Telah berlalu buktinya ketika si “parlente” al-atsari al-maidani
menjual kehormatan diri dan manhajnya dengan menerjemahkan pujian
terhadap Abdurrahman Abdul Khaliq dan cs hizbinya dalam buku yang
diterjemahkan oleh At-Tibyan.
http://img483.imageshack.us/img483/3496/sururiaihsantibyansz5.jpg
http://img166.imageshack.us/img166/1634/qsururiabuihsan2st6.jpg
http://fakta.blogsome.com/2006/12/dua-sejoli-yg-mengelu-elukan-gembong-ihkwani
At-Tibyannya Abu Ihsan inilah yang mempropagandakan buku gembong Sururi Internasional yang menjadi "wakil" Salman Al-Audah:
http://img504.imageshack.us/img504/4369/karyawakilsalmanalaudahsv2.jpg
http://img509.imageshack.us/img509/7749/karyawakilsalmanalaudahaq6.jpg
Di bawah ini adalah bukti lainnya bagaimana Mister plin-plan yang
banyak penggemarnya ini sedang beraksi mempertontonkan
ketegasannya….yang tiada bukti kenyataannya… sampai sekarang! Dan entah,
sampai kapan…
Kutipan Fakta :
“
Ini perkembangan terakhir sebelum saya meninggalkan
At-Turots. Termasuk juga hubungan dengan beberapa orang, misal Muhammad
Khalaf[24] dan dengan beberapa jum’iyyah. Salah satunya At-Turots yang
santer disoroti para ulama. Terutama tentang misi di belakang itu tidak
bisa ditutup-tutupi, memang ada misi di belakangnya dan itu akan nampak
sendiri[25].
Insya Allah [pernyataan saya] ini bukan diplomasi.
Seandainya [perbaikan] itu tidak terlaksana, sediakan saja mobil untuk mengangkat barang-barang saya dari sana.
Misalnya terlaksana, saya tetap akan ke sini dalam jangka satu tahun
lagi, sebab di sana masih ada binaan. Misalnya ini bisa terwujud,
berarti mereka menyadari.
Dan ini suatu perkembangan yang besar, kita katakan kegemparan bagi semua pihak. Kalau tidak terjadi, apa boleh buat. Mungkin santri-santrinya akan saya bawa seluruhnya, sebab yang menangani santri-santri itu adalah saya.
Memang saya akui, selama ini saya tidak santer dan karena kurang
perhatian. Dan ini kekurangan, kelemahan, ini saya akui. Saya banyak
mengurusi santri, saya sering ke dalam dan kurang gencar keluar. Itu
akan kita lihat kejelasannya di lapangan.” (Abu Ihsan, Parlente dari
Medan)
Komentar Nyata:
Tampaknya mobil “omprengan” Salafiyyin Medan tidak cukup kuat untuk
memikat hati Abu Ihsan agar berpaling dari iming-iming menggiurkan misi
di belakang Ihya’ut Turats dan beberapa jum’iyyah yang santer disoroti
para ulama yang tidak bisa ditutup-tutupi lagi. Bukan hanya Abu Ihsan
“tidak berhasil memperbaiki’ (seperti ucapannya di atas) tetapi bahkan
“diperbaiki’ oleh kenikmatan dakwah At-Turots yang santer disoroti para
ulama! Abu Ihsan hingga saat ini tetap lengket-ket kayak prangko nempel
di amplop mereka. Inilah kejelasan Abu Ihsan di lapangan “yang
menyebabkan slip dan keliru yang fatal sehingga terjadilah apa yang
terjadi.”
Semoga Allah Ta’ala memberi kekuatan iman kepada kita semua dari dakwah
hizbiyyah dan iming-iming harta mereka dan semoga Allah teguhkan kita
sebagai orang-orang yang jujur baik ucapan maupun perbuatan, amin.
Na’am, jujur dalam membela kebenaran dan menyingkap kebatilan para
pengusungnya.
Mukadimah:
Telah menjadi jalannya para Salafush Shalih dan termasuk da’wah
ilallah (menyeru ke jalan Allah) bahkan jihad fi sabilillah, adalah
dengan menerangkan aqidah Ahlus Sunnah dan membelanya, membongkar aurat
ahlul bid’ah, mulhiddin (orang-orang yang menyimpang), dan mentahdzirnya
(mengingatkan akan bahayanya keadaan mereka). Allah berfirman, artinya:
"Sebenarnya Kami melontarkan yang haq kepada yang batil, lalu yang
haq itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu
lenyap…" (Al-Anbiyaa`: 18).
Semoga Allah merahmati para Salaf yang telah menjadikan tahdzir terhadap
ahli bid’ah sebagai metodologi yang ditempuh dan prinsip yang dijunjung
luhur sepanjang sejarah kehidupan mereka.
Akhir-akhir ini telah banyak permintaan mengenai penjelasan seputar
"Siapakah Abu Ihsan?". Pasalnya, terlalu banyak para penuntut ilmu yang
baru mengenal Manhaj Salaf dibuat bingung. Muncul anggapan “di sini ada
Salafy dan di situ ada Salafy”. Untuk penjelasan ini, sepatutnya kita
simak hasil dialog antara Al-Ustadz Muhammad Faishal bin Jamil dengan
Abu Ihsan agar syubhat yang beredar selama ini terjawab.
Sengaja di sini hanya dibawakan dialog antara Al-Ustadz Muhammad Faishal
dengan Abu Ihsan, yang membicarakan seputar munculnya fitnah dakwah
Sururiyyah dan tokoh-tokohnya di Indonesia. Serta keberadaan yayasan
Ihya’ut Turots. Agar terfokus perhatian kita padanya.
Abu Ihsan berkata:
Syarif bin Fuad Hazza’[1] orangnya memang suka buat ulah menurut
informasi Abu Uqbah. Sikap kita akan memblokir apa-apa yang datang dari
Syarif ini, baik berupa tulisan maupun ceramah-ceramah. Telah nyata bagi
kita dari orang-orang yang mengenalnya. Kita tidak keberatan untuk
melepas hubungan-hubungan dengannya, baik berupa buku-buku dan
lainnya[2].
Asy-Syaikh Ali Hasan Al-Halabi Al-Atsari[3] berpesan bahwa kita
berkonsultasilah pada para ulama yang tsiqoh jika ada masalah-masalah
atau pertanyaan-pertanyaan, dan jangan diputuskan sendiri. Konsultasi
dengan informasi yang jujur, akurat, ittiba’ul haq (ikut kebenaran), dan
terbuka.
Kita sibukkan diri menuntut ilmu kepada mereka yang terpecaya dan
dinyatakan tsiqoh oleh para ulama, jadi tidak dengan Qila wa Qala
(kata-kata orang tanpa bukti/saksi)
At-Turots[4] adalah lembaga Ta’awun ’alal birri wa taqwa dan tidak ada
misi pemikiran dan manhaj, hanya saja terpengaruh oleh hal-hal yang ada
di dalamnya. Itu yang menyebabkan slip dan keliru yang fatal sehingga
terjadilah apa yang terjadi. Beberapa masalah yang berhubungan dengan
jum’iyyah (Yayasan/Organisasi) yang ada, dan ini akan kita tanya pada
Ulama secara resmi, mana saja yang boleh, yang tidak boleh. Jika tidak
boleh, kita tidak keberatan meninggalkannya dan kita akan balik ke
majelis ilmu. Latar belakang fitnah, saya tidak tahu persis[5], tanya
saja mereka yang berkecimpung. Saya baru ikut setelah Asy-Syaikh Ali
Hasan ke sini. Selama ini memang di sini slipnya.
Kita jangan cenderung menyalahkan kelompok tertentu. Mencari kebenaran
butuh bimbingan para Ulama, di sini kuncinya. Dan satu lagi adalah
kejujuran.
Imam Al-Auza’i, berkata: “Tidak akan samar bagi kita pada orang yang
menyembunyikan kebid’ahannya, kita lihat kepada siapa dia loyal. Jika
dia loyal pada ulama ahlul bid’ah, jelaslah itu”.
Ishlah di antara manusia adalah amalan yang sangat baik. Mengusahakan
Ishlah diantara para ikhwah Salafiyyin. Saya pribadi tidak ada
kecondongan kepada At-Turots[6]. Bahkan saya ada upaya untuk
memperbaiki. Alhamdulillah, sudah ada perkembangan yang bagus di tubuh
mereka sendiri (At-Turots). Berusaha mendinginkan perseteruan yang
memuncak, yang akan menjurus kepada bentrok fisik.
Asy-Syaikh Rabi bin Hadi Al-Madkhaly, berkata: “Jika benar seseorang itu
ahli bid’ah, bantahlah dia (ahli bid’ah), perangi dan tumpaslah
mereka”.
Di Jogja mereka perlu contoh dan selama ini tidak didapatkan orang yang
bisa dicontoh. Dan kita juga minta dana[7] ke At-Turots untuk
menyediakan anggaran khusus untuk masalah apa saja agar ditanyakan pada
Ulama. Dan untuk periode ini Saya diangkat menjadi Ra’is Majlisul Amal
(Ketua dewan Assatidz) yang bertugas mengontrol operasional yang ada di
At-Turots.
Kita akan putuskan hubungan dengan Tengaran[8] karena Yusuf Ba’isa[9]
yang selama ini kita percayai ternyata mengulah kembali. Pemutusan
hubungan ini dilandasi dengan penerapan manhaj yang benar.
Demikianlah semoga dapat dipahami, dan saya agak kecewa karena selama
saya di sini, tidak ada yang menanyakan pada saya hal-hal yang ilmiah.
Hendaknya kita mengambil kebenaran itu dari mana saja datangnya.
Al-Ustadz Muhammad Faishal berkata :
Alhamdulillah, sesuai pengetahuan saya tentang fitnah di Jogja karena
saya santri disana, sehubungan dengan pembicaraan Al-Akh Abu Ihsan, saya
lihat beberapa unsur perbedaan yang menyolok dari apa yang saya pahami
selama ini di Jogja. Saya memandang bahwasanya perselisihan dakwah yang
ada di Jogja, tidaklah menyebabkan akan runtuhnya dakwah Salafiyyah
ketika itu. Tetapi malahan sebaliknya, Alhamdulillah, dengan ini
memunculkan mana sesungguhnya dakwah Salafiyyah secara hakekatnya. Dan
kita terdorong untuk mengenal kitab besar yang agung yang berisikan
manhaj yang haq yakni Kitab Syarah Ushul I’tiqad Ahlussunnah Wal Jama’ah
oleh Al-Imam Al-Lalikai, apa sesungguhnya hakekat dakwah Salafiyyah dan
siapa yang berhak menyandangnya agar makin jelas umat bagi ini. Saya
selalu teringat terus dengan pesan Ibnu Abbas , bahwa tidak ada satu
zamanpun, kecuali di situ hidup satu bid’ah dan mati satu sunnah sampai
akhirnya semua bid’ah hidup dan mati semua sunnah. Dengan zaman seperti
itu berarti umat perlu kepastian, mana yang sunnah mana yang bid’ah,
maka kita butuh menonjolkan bagaimana sesungguhnya hakekat dakwah
Salafiyyah.
Kemudian tentang kedatangan Asy-Syaikh Ali Hasan Al-Halabi Al-Atsari ke
Indonesia, yang saya sesalkan dari Ikhwan yang tinggal di At-Turots dan
sekitarnya adalah, tentang mereka hanya mengambil beberapa ucapan
Asy-Syaikh Ali Hasan yang terkesan di situ mendukung belajarnya mereka
selama ini kepada Syarif Hazza’, padahal Syarif yang sudah sering kita
khabarkan, – terus terang saya bukan karena lancang -, bahwa ikhwan
At-Turots hanya sekedar omongan saja, kalau mereka mencari yang al-haq
dan mencari keterangan ulama. Karena Asy-Syaikh Rabi’ telah bicara siapa
itu Syarif. Tetapi selebaran yang diterjemahkan dari hasil telepon
diremehkan, dengan sekian banyak lontaran, mengatakan Syaikh itu sebagai
Syaikh biasa, tidak kibar Ulama, dengan lontaran-lontaran yang tidak
pantas diucapkan[10].
Kemudian mereka ambil dari Asy-Syaikh Ali Hasan perkataan yang bolehnya
belajar kepada Syarif, untuk menetralisir keadaan yang ada. Padahal
seharusnya, sebagaimana yang dianjurkan tadi pada kita, untuk mencari
yang al-haq (kebenaran), ittiba’ul haq (mengikuti yang benar), dan
ta’zhimul haq (mengagungkan kebenaran).
Tetapi kenapa ta’zhimul haq yang selalu Asy-Syaikh Ali Hasan dengungkan
ketika mengisi di Degolan[11], atau di Jamilurrahman[12], kok nggak ada
dan nggak diterapkan, mungkin hanya sebagian kecil saja yang tidak
seperti itu.
Tentang keterangan Asy-Syaikh Rabi’, padahal itu haq, yang mendukung
Asy-Syaikh Rabi’ bukan hanya Masyaikh sekitar itu, tetapi juga
Asy-Syaikh Al-Albani, Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan, Asy-Syaikh Bin Baz,
Asy-Syaikh Muqbil. Bukankah itu al-haq? Itu yang saya tanyakan. Kalau
bukan al-haq, lantas itu apa? Yang katanya kita selalu untuk ittiba’ dan
ta’zhimul haq, itulah al-haq dari ucapan beliau, dari keterangan
tentang Syarif. Bukti konkrit tidak adanya ta’zhimul haq dari ikhwan
kita, yakni bukan mereka tidak mengerti al-haq, tapi memang tidak ada
ta’zhim (pengagungan) di situ, mereka terus belajar pada Syarif, padahal
Asy-Syaikh Rabi’ telah menjelaskan pada Al-Akh Usamah Mahri dalam
telepon, “Jangan belajar pada dia (Syarif), peringatkan ikhwan jangan
mendekati dia, mubtadi’! “ kata beliau.
Ada yang menganggap bahwa perkataan (mubtadi’) itu karena emosional
beliau. Karena di situ ada sedikit dialog, mungkin ada masalah pribadi
antara Syarif dengan Syaikh Rabi’. Tetapi kaset ini berisi Jarh
(kritikan) dari Asy-Syaikh Rabi’ dan pencabutan tazkiyah (rekomendasi)
yang pernah diberikan. Kaset ini dibawa langsung kepada Asy-Syaikh Rabi’
oleh Ustadz Ja’far[13] dan Ustadz Muhammad[14]. Dan di stel di situ,
lalu ditanyakan, apakah beliau emosi dan setuju dengan rekaman itu?
Syaikh Rabi’ menjawab, “hapus kalimat yang terakhir!”, – yakni akhir
dari kalimat dialog ada kata ‘laknat’ -, “tetapi kalimat yang lainnya
biarkan![15]”, jadi tahdzir terhadap Syarif bukan emosi dari Asy-Syaikh
Rabi’.
Kemudian yang penting bahwa sekarang sudah diketahui umat perlu
kejelasan, sehingga Al-Akh Abu Ihsan tidak usah heran dengan kedatangan
Antum kesini, tidak banyak ikhwan yang menanyakan ilmu yang ilmiah.
Karena zaman sekarang perlukan kejelasan, dengan siapa kita mengambil
ilmu, karena yang saya ketahui keberadaan Antum di Jogja, saya tidak ada
melihat sikap tegas yang antum tunjukkan dan tidak ada suara lantang
yang antum angkat di permukaan tentang penentangan antum yang antum
katakan tadi terhadap At-Turots, Yusuf, dan Syarif [16].
Padahal seharusnya kalau Antum ingin menunjukkan bencinya Antum kepada
kesalahan yang dia lontarkan, sikap kita ialah menunjukkannya, agar umat
jelas siapa kita. Itulah seharusnya yang disikapi oleh seorang da’i, di
zaman fitnah seperti ini.
Kemudian tentang pengakuan Askari[17], Saya juga kenal dia karena dia juga santri beberapa bulan di pondok[18] itu.
Dia telah mengakui kesalahan Syarif. Tetapi pengakuan itu setelah Syarif
pergi ke Mesir, setelah meninggalkan Indonesia. Dimana selama ini
tahdziran Asy-Syaikh Rabi’ diremehkan. Kalau memang sadar tentang
salahnya Syarif, lontarkan didepan umum, karena umat sedang bingung,
tentang apa sikap At-Turots selama ini. Dan tidak ada sedikitpun urusan
pribadi dalam masalah ini (ini murni urusan manhaj). Memang benar sabda
Rasulullah, artinya :
”Seseorang itu sesuai dengan agama temannya…” (Silsilah Ahadits Ash-Shahihah, karya Syaikh Al-Albani, no. 927).
Agamanya Syarif, itulah agama para pengikutnya! Itulah yang dipahami dari hadits Rasulullah .
Kemudian kalau kita ingin ishlah, jangan kita menutup diri, tapi
tunjukkan siapa kita, apa sikap kita, ini zaman butuh kejelasan. Tidak
ada lagi sembunyi-sembunyi atau perbaikan dari dalam, tapi kita
tunjukkan bahwa kita sudah bara’ (berlepas diri) dari fulan bin fulan
dengan kesalahan yang ada pada dia. Kalau dia kembali – kepada kebenaran
-, kitapun seluruhnya kembali pada dia. Kita bukan suka berpecah belah,
kita ingin ikhwah itu kuat, saling bersaudara. Sudah berulang kali
jalan ishlah kita tempuh. Kalau Al-Akh Abu Ihsan ingin mengadakan
ishlah, ketahuilah bahwa jalan ishlah itu bukan dengan tabayyun (mencari
keterangan) sana tabayyun sini, sebagaimana yang Antum ketahui. Tapi
dengan jalan mengajarkan ilmu dan menjelaskan siapa kita sebenarnya
didepan umat. Sehingga tidak ada lagi istilah omong kosong, katanya mau
ta’zhimul haq, tapi keterangan dari para ulama kita anggap remeh.
Malahan terlontar dari murid Aunur Rofiq[19] dari Gresik, “Itukan hanya
Asy-Syaikh Rabi’….”. Perkataan ini sudah meremehkan al-haq, padahal yang
bicara ulama ‘alim.
Kita sangat butuh kejelasan, kenapa selama ini Antum tidak menunjukkan
sikap tegas. Tidak cukup kita sekedar mengatakan “kita tidak usah
mengurusi perselisihan yang ada, kita urusi ilmu saja…”. Perkataan itu
keliru, karena menurut saya mengurusi perkara ini juga termasuk ilmu.
Ini juga harus diurusi. Karena kita sedang mencari kepastian kepada
siapa kita menuntut ilmu. Berbahaya di zaman seperti ini sembarangan
dalam mengambil ilmu.
Dalam Ta’zhimus Sunnah, As-Sahibani menjelaskan bahwasanya Ahlus Sunnah
itu benar-benar bersikap tegas kepada Ahlul Ahwa wal Bida’. Bukan itu
saja, tapi juga pada orang yang nggak mau tegas pada Ahlul Ahwa wal
Bida’ juga harus ditegasi. Jadi semua orang yang nggak mau tolong
menolong dalam bersikap tegas kepada Ahlul Ahwa wal Bida’ juga harus
disikapi. Karena bahaya mereka lebih tersembunyi.
Kita tidak meng-counter Syi’ah, Khawarij dan lainnya, karena bahaya
mereka lebih ringan dibandingkan bahaya Sururiyyah didalam tubuh
Salafiyyun. Mereka memakai baju Salafiyyah sehingga orang menganggap itu
dakwah Salafiyyah, ternyata bukan dakwah Salafiyyah. Sehingga rusaklah
apa yang telah ditetapkan oleh ulama Salaf tentang sikap kita terhadap
Mubtadi’ dan para pengikut-pengikutnya. Sehingga betul jelas di sini.
Selama ini Antum di Jawa disoroti sebagai orang yang tidak tegas dalam
menyikapi adanya fitnah ini. Padahal ini bukan fitnah biasa, tapi fitnah
penentu apa sikap umat pada perusak-perusak agama ini, yaitu Mubtadi’.
Fitnah ini diremehkan oleh Syarif dan Yusuf Ba’isa dengan istilah
Muwazanah (adil dalam menilai kesalahan seseorang), yang tersebar
dikasetnya, dengan istilah: “adil ya ikhwan.., inshaf…”, dll. Semua ini
terjawab dalam kitab Al-Ajwibah Al-Mufidah, Asy-Syaikh Shalih Fauzan
membantah istilah Muwazanah dipakai untuk mengkritik.
Itu yang perlu saya jelaskan.
Jadi saya minta Antum tidak
menutup-nutupi apa yang terjadi di Jawa kepada ikhwan di kota Medan ini.
Tunjukkan mana yang haq mana yang batil, walaupun itu menyinggung sikap
kita selama ini, atau mengkritik orang-orang yang dekat dengan kita
selama ini. Karena yang kita cari adalah kebenaran dan kepastian dalam
berdakwah, dan dalam menyikapi orang-orang yang tidak mau tegas terhadap
da’i yang menentang Sunnah dan menyebarkan bid’ah. Wallahu Ta’ala A’lam.
Abu Ihsan berkata:
Saya tidak menanggapi apa yang telah disampaikan, sebagaimana yang telah
dikatakan, perlunya kejelasan. Kejelasan ini akan ditunjukkan di
lapangan. Sebagai orang yang sudah disana , saya mempunyai tanggung
jawab moril atau lainnya, untuk mengadakan usaha terakhir dalam
menjelaskan ini. Kemudian saya akan mendatangi Ustadz Ja’far setelah
kepulangan saya dari Medan ini[20], Untuk membicarakan masalah ini.
Kemudian penegasan secara umum, baik itu mereka suka ataupun tidak suka
dari pihak At-Turots. Itu memang tanggung jawab kita. Saya juga ada
pemikiran untuk lari ke sini (ke Medan, pen.), tapi kita sebagai orang
yang di situ, dianggap tidak bertanggung jawab. Jadi kita bertanggung
jawab menyelamatkan mereka-mereka yang sudah terimbas ini dengan membuat
suatu pernyataan terakhir kali. Dan misalnya mereka nggak mau, saya
tarik diri. Perlu diketahui, sekarang yang menjalankan secara
operasional (di At-Turots) adalah saya, tidak lagi Sholeh Suaidi[21].
Tentu akan saya buat kebijaksanaan baru setelah dari sini. Dan
konsultasi dengan Ustadz Ja’far, juga Ustadz Yazid[22] kalau ada waktu,
tentang penyelesaian masalah ini dan kebijaksanaan baru tentang masalah
ini. Itu ada dua point. Satu hubungan dengan Tengaran, kemudian masalah
Syarif dan hubungan dengan jum’iyyah. Insya Allah kita bicarakan
langsung dengan para Masyaikh dan minta kejelasan. Kalau mereka tidak
menyetujui, jelaslah selama ini. Dan misal jika disetujui akan kita
sebarkan pernyataan resmi[23] tersebut, dan memang ini sudah jadi
pembicaraan pokok pada rapat terakhir disana. Ini perkembangan terakhir
sebelum saya meninggalkan At-Turots. Termasuk juga hubungan dengan
beberapa orang, misal Muhammad Khalaf[24] dan dengan beberapa jum’iyyah.
Salah satunya At-Turots yang santer disoroti para ulama. Terutama
tentang misi di belakang itu tidak bisa ditutup-tutupi, memang ada misi
di belakangnya dan itu akan nampak sendiri[25].
Insya Allah [pernyataan saya] ini bukan diplomasi. Seandainya
[perbaikan] itu tidak terlaksana, sediakan saja mobil untuk mengangkat
barang-barang saya dari sana. Misalnya terlaksana, saya tetap akan ke
sini dalam jangka satu tahun lagi, sebab di sana masih ada binaan.
Misalnya ini bisa terwujud, berarti mereka menyadari. Dan ini suatu
perkembangan yang besar, kita katakan kegemparan bagi semua pihak. Kalau
tidak terjadi, apa boleh buat. Mungkin santri-santrinya akan saya bawa
seluruhnya, sebab yang menangani santri-santri itu adalah saya. Memang
saya akui, selama ini saya tidak santer dan karena kurang perhatian. Dan
ini kekurangan, kelemahan, ini saya akui. Saya banyak mengurusi santri.
Saya sering kedalam dan kurang gencar keluar. Itu akan kita lihat
kejelasannya di lapangan, bagaimana realisasinya. Kesalahan yang sudah
terjadi mudah-mudahan tidak terulang lagi[26]. Kita akan buat pernyataan
resmi. Sebenarnya sudah terancang, akan tetapi karena kepergian saya
kesini, maka tertunda. Yang saya ketahui Abu Nida’[27] hanya ikut Sholeh
Suaidi, kebijaksanaan-kebijaksanaan At-Turots selama ini dari Sholeh.
Abu Ihsan berkata:
Dari keterangan yang saya ketahui, kesalahan hanya terjadi di
dalam penerapan dan penempatan manhaj. Saya baru datang dan tidak tahu
asal usul fitnah ini. Mungkin Al-Akh Faishal yang lebih mengetahui,
karena mengikutinya dari awal. Sedangkan Saya baru mulai ikut
setelah kedatangan Asy-Syaikh Ali Hasan. Informasi terakhir memang Yusuf
berulah lagi, menyebarkan Muwazanah. Dan mungkin dia tidak akan
berubah. Kita akan buat sikap terakhir bagi Yusuf, sekaligus akan kita
buat pernyataan. Karena akan khianat jika ditutupi. Misalnya hal ini
terjadi di Jogja, saya tidak akan lama lagi berada di sana[28], karena
hanya tinggal tanggung jawab moril.
Penutup
Demikianlah transkrip kami yang berisi dialog antara Al-Ustadz
Muhammad Faishal dengan Abu Ihsan. Dan ini bukanlah untuk menganggap Abu
Ihsan sebagai Ahlul Bid’ah, tetapi dikarenakan Abu Ihsan berteman dan
bergaul dengan Ahlul Ahwa’, yang justru menjadikan dirinya sebagai
Shohibul Hawa’ (pengikut hawa nafsu). Sebagaimana yang dikatakan oleh
Al-Imam Al-Barbahari:
“Apabila engkau melihat seseorang duduk bersama Ahlul Ahwa’,
maka berilah peringatan kepadanya dan beritahukan tentang keadaan orang
tersebut. Dan apabila dia tetap duduk bersamanya setelah dia
mengetahui, maka hati-hatilah darinya, karena dia adalah pengikut hawa
nafsu” (Syarhus Sunnah, hal. 121)
Semua ini semata-mata bertujuan untuk menyingkap kebenaran yang mungkin
selama ini masih tersamar bagi sebagian pihak. Mudah-mudahan dengan ini
kita bisa kembali ke jalan yang benar di atas manhaj yang lurus. Dan
semoga Allah menjadikan ini sebagai nasehat bagi orang-orang yang masih
memiliki hati yang bersih.
Footnote:
[1] Syarif bin Muhammad Fuad Hazza’. Seorang yang dianggap Ulama dari
Mesir. Datang ke Indonesia dan mengajar di Pesantren Al-Irsyad Tengaran,
Salatiga, pimpinan Yusuf Utsman Ba’isa. Syarif sebelumnya adalah
pengurus organisasi Ihya’ut Turots Al-Islami cabang Yordania. Kemudian
dipindahkan ke Indonesia pada pesantren Al-Irsyad Tengaran. Markas besar
Ihya’ut Turots sendiri berada di Kuwait. Pimpinan tertingginya adalah
Abdurrahman Abdul Khaliq, seorang yang memiliki pemahaman Ikhwaniyyah.
Dia membela pemikiran Takfir (pengkafiran kaum muslimin) Muhammad Surur
(pencetus paham Sururiyyah) serta membela dan menyanjung tokoh besar
Ikhwanul Muslimin Dr. Yusuf Al-Qaradhawi. Datangnya Syarif ke Indonesia
ini menyebarkan pemikiran Abdurrahman Abdul Khaliq, sekaligus sebagai
awal mula munculnya fitnah dakwah Sururiyyah di Indonesia. Dakwah inilah
yang memecah belah Salafiyyun hingga saat ini. Syarif juga telah
terbukti mencerca, mencemooh, dan merendahkan Ahlul Hadits masa kini,
yaitu Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Asy-Syaikh Muqbil bin
Hadi Al-Wadi’i, Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali. Diantaranya
adalah menuduh Asy-Syaikh Al-Albani berbuat bid’ah di majelisnya.
Kemudian menghina ilmu ushul fiqh Asy-Syaikh Muqbil yang dianggapnya
berbeda dengan ilmu ushul fiqh para Ulama. Dan membuat forum di
Al-Irsyad untuk membantah buku yang disebar oleh Asy-Syaikh Rabi’. Buku
yang menjelaskan tentang kesesatan pemikiran Sayyid Quthb, justru
dibantah oleh Syarif !! Sikap mencerca Ahlul Hadits seperti ini adalah
tanda Ahlul Bid’ah, sebagaimana kata Imam Abu Hatim Ar-Razi dlm kitabnya
Ashlus Sunnah wa I’tiqadud Dien, hal. 24:
“Dan tanda Ahlul Bid’ah ialah membicarakan kejelekan Ahlul Hadits”.
[2] Setelah terjadinya dialog ini, Abu Ihsan masih bermesraan dengan
Syarif, yang telah ditahdzir (diperingatkan akan bahayanya) oleh
Asy-Syaikh Rabi’. Jadi omongan Abu Ihsan itu hanyalah ucapan kosong
belaka.
[3] Salah seorang murid senior Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani
[4] Yayasan ini memecah belah da’i ilallah pimpinan Abdurrahman Abdul
Khaliq, yang dikatakan oleh Asy-Syaikh Muqbil sebagai khabiits (busuk),
pada wawancara tanggal 22 Syawal 1416 H bertepatan dengan 23 Maret 1995.
[5] Tapi kenapa Abu Ihsan justru seakan-akan merasa tahu dan tidak bertanya kepada yang mengerti tentang masalah ini?
[6] At-Turots Indonesia bertempat di Jogja dan dipimpin oleh Abu Nida’.
Tentu saja para "hamba" Abu Nida’ (baca:Ihya’ut Turats) merasakan
manisnya dinar karena persahabatan dakwah ini:
http://img247.imageshack.us/img247/7637/lampiran18abunidaberkubwn2.jpg Betapa
naifnya bahwa bos Ihya’ut Turats ini (akibat kemesraannya dengan harta
Ihya’) dalam perkara manhaj ternyata lebih "loyo" daripada seorang
Akhwat Bantul:
http://img292.imageshack.us/img292/2606/abunidaalbanavsakhwatbarp1.jpg Haihata…haihata
dinar Ihya’ yang digembar-gemborkan "tanpa syarat" itu menjadikan
seorang lelaki menjadi loyo dan lemah manhaj!!
[7] Dinar (fulus) yang dapat menyesatkan para da’i.
[8] Pondok Pesantren Al-Irsyad Tengaran, Salatiga. Perhatikan bukti kliknya dengan Ihya’ut Turats:
http://img504.imageshack.us/img504/3465/irsattengaranihyakl7.jpg
[9] Yusuf Utsman Ba’isa, ketika itu menjabat sebagai pimpinan pesantren
Al-Irsyad Tengaran (Sekarang “naik pangkat” sebagai Wakil Ketua Majelis
Dakwah Al-Irsyad Illegal Farouk Badjabir, salah satu promotor
penyelenggaraan Daurah masyayikh yang rutin diselenggarakan oleh Ma’had
Al-Irsyad illegal Chalid Bawazir-Abdurrahman Tamimi). Dialah orang yang
memfasilitasi dan membantu Syarif Hazza’ dalam menyebarkan pemahaman
Abdurrahman Abdul Khaliq di Indonesia, sehingga Salafiyyun
tercerai-berai. Dia juga pembela tokoh-tokoh Sururiyyin (para pengikut
Muhammad Surur) seperti, Salman Al-‘Audah, ‘Aidh Al-Qarni, Safar
Al-Hawali, dll, seraya menganjurkan para pemuda untuk membaca dan
mengambil manfaat dari buku-buku mereka. Majalah kaum yang mengklaim
sebagai Salafiyyin pejuang dakwah "lemah lembut dan bijaksana bijaksini"
inipun tanpa rasa malu mempromosikan para ‘dai hizbi kaliber
internasional di atas:
http://img244.imageshack.us/img244/4263/elfatapromogembongsururzl3.jpg Lihatlah wahai saudaraku bukti “bualan” Abu Ihsan dan teman-temannya di atas.
Bahkan, ketika Abdurrahman Abdul Khaliq datang ke Indonesia pada tahun
1995, Yusuf pun menjadikan pesantrennya sebagai tempat bagi Abdurrahman
Abdul Khaliq untuk menularkan pemikirannya kepada para da’i Salafiyyin
yang ada di Indonesia.
Dengan cara apa Abu Ihsan Al-Atsari merealisasikan ucapannya: “Pemutusan
hubungan (dengan Yusuf Ba’isa) ini dilandasi dengan penerapan manhaj
yang benar?” Dengan cara berselingkuh mesra di acara-acara daurah
Masyayikh yang diselenggarakan oleh Al-Irsyad!! Silakan lihat buktinya
di daftar peserta daurah Masyayikh yang dibocorkan kepada kita. Sungguh
serapat-rapat menyimpan bangkai pada akhirnya hidung si penyimpan
sendiri tidak akan kuat dengan bau bangkai hizbiyyah yang disimpannya!!
[10] Inilah penghinaan At-Turots cs terhadap Ulama Ahlus Sunnah! Tetapi
lihatlah wahai saudaraku sekalian akan kelicikan Turatsiyyun yang luar
biasa!
http://img77.imageshack.us/img77/9182/gembongturotsinebengsyrai6.jpg Ketika
mereka "butuh" dengan Syaikh Rabi’ maka dalam sekejap beliaupun menjadi
aset berharga untuk menghantam Salafiyyin (dan ini hanyalah sebatas
dugaan mereka!!) Waqi’nya bahwa sampai saat ini beliau tetap
memperingatkan segenap Salafiyyin agar berhati hati dari iming-iming
kesesatan Ihya’ut Turats!
[11] Pondok Pesantren Ihya’us Sunnah, Degolan, Yogyakarta. Dulunya
adalah pesantren yang mengajarkan manhaj Salaf yang haq dibawah
bimbingan
Ustadz Ja’far Umar Thalib dan Ustadz Muhammad Umar As-Sewed. Namun, saat ini
Ustadz
Ja’far telah menyimpang jauh dari manhaj yang benar. Semoga Allah
Ta’ala mengembalikannya ke jalan yang lurus sebelum kematian
menghampirinya.
[12] Pondok Pesantren Jamilurrahman, Yogyakarta. Pesantren ini berada di bawah yayasan At-Turots.
http://img230.imageshack.us/img230/252/admuslimoridjamilurrahmpr5.jpg Saat dialog ini terjadi, Abu Ihsan adalah pengajar di pesantren itu.
[13]
Ustadz Ja’far Umar Thalib. Pimpinan pondok
pesantren Ihya’us Sunnah, Degolan, yang juga mantan panglima Laskar
Jihad. Dia saat ini sudah menyimpang dari manhaj Salaf yang dahulu dia
pegang dan dia dakwahkan. Sekarang “asyik” bergaul dengan da’i-da’i
sesat, Ahlul Ahwa wal Bida’.
[14] Al-Ustadz Muhammad Umar As-Sewed. Bekas pengajar di pondok
pesantren Ihya’us Sunnah, Degolan. Beliau telah berlepas diri dari
Ustadz Ja’far Umar Thalib dan sekarang mengajar di pondok pesantren Dhiya’us Sunnah, Cirebon, Jawa Barat.
[15] Berarti Asy-Syaikh Rabi’ tetap mentahdzir Syarif Hazza’.
[16] Karena Abu Ihsan adalah orang-orangnya mereka, dan hidup dari
mereka. Tidak mungkin dia berani berbicara tegas hingga saat ini!
[17] Al-Ustadz Abu Karimah Askari. Saat ini bermukim di Balikpapan,
Kalimantan Timur, menjadi pengajar di pondok pesantren Ibnul Qayyim,
Balikpapan.
[18] Saat itu Al-Ustadz Askari sempat menjadi santri di pondok pesantren
Ihya’us Sunnah, Degolan, namun kemudian bergabung ke At-Turots.
Alhamdulillah beliau saat ini telah bara’ berlepas diri dari At-Turots
dan dakwahnya serta dari orang-orang yang terkait dengannya. Bahkan
beliaulah salah satu asatidzah yang sering menjelaskan kesesatan dan
penyimpangan Ihya’ut Turats. Jazahumullahu khairan katsira.
[19] Aunur Rofiq bin Ghufron, pimpinan pondok pesantren Al-Furqon di
Gresik, Jawa Timur. Salah seorang pembela yang paling gigih dakwah
Irsyadiyyah Surkatiyyah Lotreiyyah Halaliyyah Pan Islamiyyah si
Jamaluddin Al-Afghani Ar-Rafidhi:
http://img292.imageshack.us/img292/5027/aunurrofiqorangalirsyadus9.jpg Beliau
menerbitkan majalah yang berjudul ‘Al-Furqon’ yang hingga saat ini
masih terkait dengan At-Turots dan dakwahnya. Kami sadar bahwa akan ada
para "tuna netra al-haq" yang akan mengingkari keterkaitan antara
Al-Furqon Aunur Rafiq Gresik dengan At Turats. Alhamdulillah kami telah
menyediakan bagi mereka huruf braille (baca:bukti FAKTA) BUESAR agar
mata mereka yang pura-pura memejam bisa terbelalak menyaksikan koalisi
dakwahnya. Silakan klik gambar sampul depan dan belakang majalah ini:
http://img75.imageshack.us/img75/2407/alfurqonturatsisampuldpzs5.jpg
Sungguh patut untuk dikasihani ternyata kita melihat kenyataan bahwa
Islamic Center Bin Bazz adalah salah satu pasien Ihya’ut Turats yang
paling kronis dan akut yang tergolek tanpa daya di ruang UGD Rumah Sakit
Bobrok Manhaj Ihya’ut Turats:
http://img241.imageshack.us/img241/3305/binbazugdrsihyajc7.gif Hanya satu kalimat: "Berhati-hatilah dari mereka!"
[20] Tetapi mengapa setelah Abu Ihsan mendatangi
Ustadz
Ja’far, justru beberapa saat setelah itu membuat acara yang bertema:
‘Pedang Terhunus atas Ja’far Umar Thalib’, yang isi ceramahnya
mengatakan bahwa Ustadz Ja’far dan orang-orang yang bersamanya adalah
Haddadi! Sampai hari ini, tuduhan "usang dan kadaluwarsa" inilah yang
diteriakkan oleh pembela fanatikus Surkatiyyah Irsyadiyyah demi
memalingkan umat dari kenyataan bahwa "guru besar Salafi"nya ternyata
memiliki jabatan keren pula sebagai guru yang sangat dihormati oleh para
pejabat penjajah kafir harbi Belanda!
{Haddadi = Pengikut gerakan Mahmud Al-Haddad Al-Mishri, yang berasal
dari Mesir. Gerakan ini menghukumi para Ulama yang mempunyai kesalahan
sebagai Mubtadi’ (Ahlul Bid’ah)! Tidak tanggung-tanggung, bahkan Ulama
besar seperti Al-Hafidz Ibnu Hajar dan Imam Nawawi di vonis Mubtadi’
oleh Mahmud Al-Haddad!!}
[21] Sholeh Suaidi. Bergaul dengan Yusuf Ba’isa dan Syarif Hazza’
menjadikan rancu manhaj yang dipegangnya. Sama seperti Abu Ihsan, Sholeh
Suaidi juga pernah menimba ilmu di Pakistan. Sholeh juga pernah
menganggap bantahan kepada Abdurrahman Abdul Khaliq adalah sebagai
penghinaan terhadap Ulama.
[22] Yazid bin Abdul Qadir Jawwas. Dia saat ini juga bergabung dengan
Aunur Rofiq bin Ghufron, Abu Nida’, dll. Yazid Jawwas juga terkait
dengan At-Turots.
[23] Sampai saat ini belum terdengar realisasi “resmi”nya bahkan yang
kita pegang adalah bukti “resmi” bahwa Abu Ihsan benar-benar menjadi
anggota “resmi” komunitas mereka!
[24] Muhammad Khalaf. Pendiri Yayasan Al-Muntada di Indonesia yang
kemudian berganti nama menjadi Al-Shofwa, sebuah organisasi
"nikmat" bagi para pecinta harta walaupun mereka tahu benar bahwa
undang-undang dasar yayasan ini berisi kedustaan yang sangat besar
terhadap Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan para salaful ummah
dengan undang-undang dasar "amar mungkar nahi ma’ruf"nya:
http://img241.imageshack.us/img241/5074/buktiyayasanalsofwaamarvc1.jpg
Lihatlah buku sururi ini (pentolan yayasan amar mungkar nahi ma’ruf) yang diterbitkannya sendiri:
http://img122.imageshack.us/img122/6509/muhkhalafsofwawd2.jpg
Muhammad Khalaf adalah seorang tokoh yang sangat berbahaya dengan
pemahaman sururi yang punya hubungan dekat dengan Salman Al-‘Audah. Dia
juga memperoleh bantuan-bantuan dari Ihya’ut Turots. Dengarkan kesaksian
Al Ustadz Muhammad Umar as Sewed dalam bentuk suara:
http://www.thullabul-ilmiy.or.id/blog/?p=69
Atau baca persaksian beliau tentang Muhammad Kholaf dan yayasannya, al Sofwah:
http://fakta.blogsome.com/go.php?http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=557 cadangan :
http://fakta.blogsome.com/go.php?http://www.electronicfiles.net/files/8018/persaksian-alsofwah.jpg
Bagi anda yang belum puas dengan hakekat Al-Sofwa yang disamarkan oleh
Abdullah Taslim dan yang sejenis dengannya, lihat promo istimewa Sayyid
Sabiq, Hasan al Banna, Yusuf al Qaradhawy dan Al-Sofwa:
http://fakta.blogsome.com/go.php?http://alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihattokoh&id=96
Cadangan, kalau-kalau…
http://fakta.blogsome.com/go.php?http://www.electronicfiles.net/files/8018/alsofwah-hasanalbanna-yusufqaradhawi.jpg
Dalam mengambil urusan agama kita, lain kali dan ‘kali lain’, hati-hati kang…
Semoga kita semua dapat mengingat ucapan Ali bin Abi Thalib radiyallahu
‘anhu ketika berkata,”Lihatlah dari mana kamu mengambil ilmu, karena
ilmu adalah agama.” (At Tankil, Al Khatib Al Baghdadi, hal. 121).
Pernyataan ini dinukil dari beberapa ulama salaf seperti Ibnu Sirin Adh
Dhahak bin Muzahim dan yang lain. (Lihat Syarh Shahih Muslim, vol I, hal
14, Sunan Ad Darimi, vol. 1 hal 124).
Silakan pembaca yang menilai bagaimana seolah Fakta yang tersimpan
secara rapi seperti sedikit contoh di atas kemudian di balik menjadi
tuduhan tidak terdata (dusta), bahkan bukankah kita sudah menghadirkan
kepada anda semua BUKTI FAKTA bagaimana dalam Daurah Masyayikh Yordan
kalian nyata-nyata telah mengundang jaringan Teroris Khawarij dari
Al-Mukmin Solo dan Darusy Syahadah Boyolali? Maka hanya dengan mengharap
wajah Allah, kami memperingatkan seluruh kaum muslimin agar
berhati-hati dari propaganda dusta dengan mengatasnamakan Dakwah
Salafiyyah Al-Mubarakah yang dilancarkan oleh Ma’had Al-Irsyad pimpinan
pendusta kelas kakap Abdurrahman Tamimi dan penyandang dana acara Daurah
Masyayikh (Chalid Bawazeer) beserta seluruh para da’i yang terlibat
dalam acara tersebut!! Kita menunggu, apakah mereka mampu mendustakan
bukti-bukti yang mereka buat sendiri. Na’am, mereka telah melibatkan
jaringan Teroris Khawarij dalam Daurah Masyayikh yang telah mereka
selenggarakan!! Apakah Masyayikh Yordan dan Madinah mengetahui? Bukan
itu yang terpenting saat ini, yang terpenting dan paling penting adalah
kaum Muslimin Indonesia dapat mengakses dan menyaksikan secara langsung
bukti-bukti yang kita hadirkan keterlibatan mereka dengan jaringan
teroris Khawarij dalam daurah yang diselenggarakannya sekaligus mengukur
sejauh mana dan sebesar ap kedustaan pengakuan mereka selama ini!!
Apakah masih ada diantara kaum muslimin yang “silau” dengan kemampuan
mereka dalam mendatangkan masyayikh?! Jangan heran kalau Muhammad Arifin
dan Firanda kemudian tergopoh-gopoh membantah Ustadz Luqman Ba’abduh
dengan menyoal kata “teroris” di dalam buku MAT, walaupun pada akhirnya
mereka berdua (think-tank
STIS/
Sekolah
Tinggi
Ihya’ut turat
S
Jember) harus babak belur karena “Tragedi Kata-Katanya
sendiri-walhamdulillah), kenapa dua sejoli “Madinah (baca:Ihya’ut
Turats) connection” ini meradang dengan istilah “teroris” yang dipakai
MAT? Ternyata kita baru tahu bahwa Ma’had Al-Irsyad dan Chalid Bawazeer
(orang yang mendanainya dalam membelikan tiket) yang mendatangkan para
Masyayikh tersebut juga TERBUKTI mengundang jaringan TERORIS yang
sesungguhnya!!
http://img242.imageshack.us/img242/3249/khawarijalmukmindarusyact1.jpg
Haihata..haihata sesungguhnya dakwah ini milik Allah Ta’ala, jangan
bermimpi bahwa dengan fulus dan dana yang melimpah mereka akan dapat
menggilas dan menghancurkan dakwah. Kalaulah demikian kenyataannya,
tentulah Salafiyyin Kuwait yang paling pertama HABIS BINASA DIMAKAN FULUS DAN HARTA IHYA’UT TURATS!
Subhanallah, justru para masyayikh di sanalah sampai hari ini tetap
gigih kuat bertahan di garis terdepan dalam peperangan ini! Membela
Salafiyyin dak dakwahnya dari rongrongan jahat harta-harta mereka dan
rongrongan jahat orang-orang yang memiliki kecintaan kepada harta!
Na’am antara Turatsiyyun dengan Salafiyyun!! Ini bukanlah "pertikaian"
wahai Firanda dan Turatsiyyun tetapi ini adalah "peperangan!" Bagaimana
mungkin dirimu berlagak sebagai wasit yang akan menengahi "pertikaian
ini" sementara di dalam bukumu itu jelas-jelas engkau dalam posisi
melakukan pembelaan terhadap dakwah Ihya’ut Turats? Menggunakan buku
propaganda (induk) Kantor Pusat Ihya’ untuk menyerang Salafiyyin dan
dirimu hendak menipu umat dengan berperan sebagai "wasit"?
Haihata…haihata… Walhamdulillah, Allah benar-benar tunjukkan kebobrokan
Ihya’ut Turats dan para pembelanya, baik mereka dibayar ataupun secara
sukarela membela organisasi hizbiyyah ini. Justru di saat mereka telah
mengetahui dengan jelas berbagai bukti kesesatan yayasan pemecah belah
dari Kuwait ini!! Kita bersyukur kepada Allah bahwa sampai saat ini para
Masyayikh kita terus menunjukkan dan menerangkan kesesatan dan
kejahatan Ihya’! Walhamdulillah. Semuanya kita kembalikan kepada Allah
keselamatannya dari makar orang-orang jahat seperti ini. Wallahul
Musta’an.
[25] Inilah pengakuan langsung dari Abu Ihsan tentang At-Turots. Namun
amat disayangkan, pengakuan tinggallah pengakuan. Ucapan “tegas”nya di
atas sekarang telah meningkat judul derajatnya menjadi “bualan” Abu
Ihsan si parlente dari Medan, tiada buktinya…tiada kenyataannya. Memang,
lidah tidak bertulang!
[26] Sekali lagi, inilah pengakuan bersalah dari Abu Ihsan yang kemudian
dia batalkan dengan kembali ke pangkuan At-Turots cs. Dan dialog yang
terjadi ini, sekarang dianggapnya hanyalah main-main saja. Sungguh
tragis!
[27] Abu Nida’ Chomsaha Shofwan. Gembong At-Turots Indonesia.
Menerbitkan majalah ‘Fatawa’, yang bertempat di Islamic Centre Bin Baz,
Bantul, Yogyakarta.
http://fakta.blogsome.com/go.php?http://img231.imageshack.us/img231/8364/fatawacovrredaksiev1.jpg
Abu Nida’-lah wakil Abdurrahman Abdul Khaliq untuk wilayah Indonesia.
Nasehat Ulama tentang kesalahan Abdurrahman Abdul Khaliq tidak dia
gubris dan terus menjalankan pemikiran Abdurrahman melalui At-Turots
Indonesia.
[28] Dusta, sungguh dusta!
Medan, 3 Jumadil Akhir 1427 H
Transkriptor:
Anhar Ali bin Harmeini
Muhammad Ihsan