Halaman

Kamis, 12 April 2012

APAKAH BOLEH MEMBUNUH NYAMUK DENGAN RAKET LISTRIK???

Rosululloh shollallhu alaihi wa sallambersabda:

إِنَّهُ لَا يَنْبَغِي أَنْ يُعَذِّبَ بِالنَّارِ إِلَّا رَبُّ النَّارِ

“Sesungguhnya tidak boleh menyiksa dengan api kecuali penguasa api (yakni Alloh,).”[HR. Abu Dawud no. 2675, dishohihkan syaikh al-Albani dalam ash-Shohihah no. 487]

lalu bagaimana dengan raket listrik atau lampu setrum yang biasa digunakan untuk membunuh nyamuk & lalat? Berikut jawaban syaikh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin rohimahulloh:


***

Oleh: Syaikh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin rohimahulloh
Pertanyaan:
Apa hukum menggunakan alat listrik yang bisa menyetrum serangga ?

Jawaban Syaikh:
Tidak mengapa menggunakannya, dikarenakan:
Yang pertama, menyetrumnya tidaklah membakarnya, akan tetapi hal tersebut membuatnya mati, buktinya jika engkau letakkan kertas di atas alat ini, kertas itu tidak terbakar.
Yang kedua, orang yang meletakkan alat ini tidak bermaksud untuk menyiksa lalat dan serangga dengan api, akan tetapi tujuannya adalah untuk menolak gangguannya. Ada hadits yang melarang menyiksa dengan api, sedangkan ini tidaklah untuk menyiksa akan tetapi untuk menolak gangguan.
Yang ketiga, sangat sulit untuk membasmi serangga kecuali dengan menggunakan alat ini atau dengan alat yang menyemprotkan bau tidak enak yang terkadang bisa memudhorotkan badan. Dan Nabi shollallohu alaihi wa sallampernah membakar pohon kurma Bani Nadhir, sedangkan di pohon kurma biasanya terdapat burung, serangga dan yang semisalnya.

Diterjemahkan dari: Fatawa Nur ‘ala ad-Darb http://www.ibnothaimeen.com/all/noor/article_9081.shtml




Para ‘ulama khilaf dalam masalah ini, diantara yang melarang adalah:
 - Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi'i download rekamannya,

- Syaikh Abdul Aziz ar-Rajihi http://shrajhi.com/?Cat=1&Fatawa=542 dll



Dan yang membolehkan :
- Syaikh Ibnu Utsaimin http://www.ibnothaimeen.com/all/noor/article_9081.shtml

- Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad (download rekamannya),

- Syaikh Abdulloh  http://ibn-jebreen.com/book.php?cat=6&book=67&toc=4014&page=3613&subid=31101 

Wal amru fiihi waasi’… wallohu a’lam.

Rabu, 11 April 2012

BIMBINGAN PEMULA Untuk Mengenal MANHAJ SALAF

BIMBINGAN PEMULA

Untuk Mengenal

MANHAJ SALAF

Bersama :

Al Ustadz Muhammad Umar As Sewed -hafidzahullaah-

Kitab Irsyadul Bariyah

Tafadhal Unduh atau Dengerin disini :

 


Bimbingan Pemula 1 | (  )  

Bimbingan Pemula 2 | (  ) | 

Bimbingan Pemula 3 | (  ) | 

Bimbingan Pemula 4 | (  )


Sumber:

http://rumahbelajarku.wordpress.com/2012/04/09/bimbingan-pemula-untuk-mengenal-manhaj-salaf/

Selasa, 10 April 2012

Hukum Memotong Rambut Bagi Wanita

 Oleh : Syaikh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin rohimahulloh
 
السؤال: ما حكم قص الشعر بالنسبة للمرأة رغبة في التجمل لزوجها وما هو حد القص للشعر بمعنى آخر ما المقدار المسموح به في قص شعر المرأة؟
  الجواب  
الشيخ: قص شعر المرأة أعني قص شعر رأسها كرهه بعض العلماء وحرمه بعض العلماء وأباحه بعض العلماء وما دام الأمر مختلف فيه فالرجوع إلى الكتاب والسنة ولا أعلم إلى ساعتي هذه ما يدل على تحريم قص المرأة قص شعرها وعلى هذا فيكون الأصل فيه الإباحة وأن يطلع فيه العادة ففيما سبق كانت النساء ترغب طول الرأس وتفتخر بطول الرأس ولا تقصه إلا عند الحاجة الشرعية أو الحسية وتغيرت الأحوال الآن فالقول بالتحريم ضعيف ولا وجه له والقول بالكراهة يحتاج إلى تأمل ونظر والقول بالإباحة أقرب إلى القواعد والأصول وقد روى مسلم في صحيحه أن نساء النبي صلى الله عليه وسلم بعد موته كن يقصصن رؤوسهن حتى تكون كالوفرة لكن إذا قصته المرأة قصا بالغا حتى يكون كرأس الرجل فهذا حرام لا إشكال فيه لأن النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم لعن المتشبهات من النساء بالرجال وكذلك لو قصته قصا يماثل رؤوس الكافرات والعاهرات فإن من تشبه بقوم فهو منهم أما إذا قصته قصا خفيفا لا يصل إلى حد شبه شعور الرجال ولا يكون مشابها لرؤوس العاهرات والكافرات فلا بأس به. /



Oleh : Syaikh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin rohimahulloh
pink_guntingPertanyaan Apakah hukum memotong rambut bagi wanita karena ingin berhias dihadapan suaminya? Dan apa batasan yang dibolehkan dalam mencukur rambut wanita?

Jawaban
Memotong rambut wanita – yaitu rambut kepalanya- dimakruhkan oleh sebagian ulama, dan diharamkan oleh sebagian ulama yang lain, dan dibolehkan oleh sebagian yang lain. Dan selama perkara tersebut terdapat perbedaan di dalamnya, maka dikembalikan pada al-Qur’an dan as-Sunnah. Dan aku tidak mengetahui –sampai saat ini- dalil yang menunjukkan haromnya wanita memotong rambut kepalanya.
Oleh karena itu, maka hukum asalnya memotong rambut adalah mubah, dan boleh mengikuti adat kebiasaan dalam masalah ini. Dan dahulu wanita menyukai rambut panjang dan bangga dengan rambut panjang, serta tidak memotongnya kecuali ada kepentingan syar’i atau Hissiyah. Dan keadaannya telah berubah saat ini, sehingga perkataan haramnya memotong rambut adalah lemah, dan tidak ada sisi pendalilannya, sedangkan pendapat yang me-makruh-kan perlu untuk diperhatikan dan dicek lagi. Dan pendapat yang me-mubah-kan adalah yang mendekati kaidah dan ushul.
Muslim meriwayatkan dalam Kitab Shohihnya
 :
أن نساء النبي صلى الله عليه وسلم بعد موته كنّ يقصصن رؤوسهن حتى تكون كالوفرة
“Para istri Nabi shollallohu alaihi wa sallam setelah wafatnya beliau, mereka memotong rambut kepala mereka sehingga seperti al-wafroh (sampai/melebihi kuping, pent)”
Akan tetapi jika seorang wanita memotongnya dengan berlebih-lebihan sampai menyerupai rambut laki-laki maka tidak diragukan lagi ini adalah haram, karena nabi shollallohu alaihi wa sallam melaknat wanita yang menyerupai laki-laki, demikian pula jika wanita mencukur rambutnya dengan potongan yang menyerupai wanita-wanita kafir dan wanita pezina karena sesungguhnya barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia temasuk kaum tersebut
Adapun jika seorang wanita memotong rambutnya sedikit, tidak sampai pada batas menyerupai rambut laki-laki dan tidak menyerupai rambut wanita pezina serta wanita kafir maka tidak apa-apa.
***
Sumber Fatwa : Nur ‘ala Darb Syaikh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin, kaset no. 336
Diterjemahkan dari : http://www.ibnothaimeen.com/all/noor/article_5150.shtml] .


.

Oleh : Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani rohimahulloh




ما حكم أخذ المرأة شيئاً من شعرها




جوابٌ: قصُّ المرأة شعرها ينظر فيه إلى الدَّافع إلى هذا العمل: فإن كانت المرأة تقصّ شعرها تشبُّهاً بالكافرات أو الفاسقات؛ فلا يجوز أن تقصّه لهذه النيّة.
وأمّا إن كانت تقصه تخفيفاً من شعرها، أو تحقيقاً لرغبة زوجها؛ فلا أرى في ذلك مانعاً.
وقد جاء في «صحيح مسلم»([1]1) أن نساء النبي كنَّ يأخذن من شعورهن حتى تكون كالوفرة.




Oleh : Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani rohimahulloh


Pertanyaan
Apa hukum seorang wanita memotong rambutnya? 

Jawab
Seorang wanita yang memotong rambutnya harus dilihat dari faktor pendorongnya, jika ia memotongnya dengan tujuan menyerupai wanita-wanita kafir atau fasik, maka tidak boleh ia memotongnya dengan niat tersebut.
Adapun jika ia menyenangkan suaminya, maka saya tidak melihat adanya larangan atas perbuatan memotongnya dengan maksud meringankan beban rambutnya atau untuk tersebut. Di dalam shohih Muslim :
أن نساء النبي صلى الله عليه وسلم.كن يأخذن من شعورهن حتى تكون كالوفرة
“Bahwasanya isteri-isteri Nabi shollallohu alaihi wa sallam mengambil (memotong) rambut-rambut mereka hingga seperti wafroh.”








 Oleh : Syaikh Abdul Aziz bin Baz rohimahulloh



حكم تقصير شعر الرأس للمرأة
س: أرجو إفادتي عن تقصير شعر رأسي من الأمام وهو ما يسمونه (الحفُة) التي أحياناً تصل إلى فوق الحاجب للمرأة المسلمة هل هو جائز أم لا؟
ج: قص شعر المرأة لا نعلم فيه شيئاً، المنهي عنه الحلق،فليس لك أن تحلقي شعر رأسك لكن أن تقصي من طوله أو من كثرته فلا نعلم فيه بأساً، لكن ينبغي أن يكوم ذلك على الطريقة الحسنة التي ترضينها أنت وزوجك، بحيث تتفقين معه عليها من غير أن يكون في القص تشبة بامرأة كافرة. ولأنه في بقائه طويلاً فيه كلفة بالغسل والمشط، فإذا كان كثيراً وقصت منه المرأة بعض الشيء لطوله أو لكثرته فلا يضر ذلك، أو لأن في قص بعضه جمالاً ترضاه ويرضاه زوجها فلا نعلم فيه شيئاً أما حلقه بالكلية فلا يجوز إلا من علة ومرض.
***

Oleh : Syaikh Abdul Aziz bin Baz rohimahulloh


Pertanyaan
Mohon beritahu saya hukum bagi wanita muslimah memotong rambut dari depan -yaitu yang biasa disebut poni- yang terkadang panjangnya sampai di atas alis, apakah boleh atau tidak?

Jawaban
Kami tidak mengetahui ada larangan memotong (قص / qosh) rambut wanita, yang dilarang itu adalah menggundul (الحلق / halq). Engkau (wanita penanya, pent) tidak boleh menggundul rambut kepalamu, sedangkan memotong rambut yang panjang atau lebat menurut kami tidak mengapa, akan tetapi hendaknya dilakukan dengan cara yang baik yang anti dan suami anti ridhoi, yaitu anti bersepakat dengannya dalam masalah ini tapi tanpa menjadikan potongan rambut tersebut meniru-niru potongan wanita kafir. Dan juga (boleh memotong rambut) karena kalau dibiarkan panjang akan menyulitkan untuk mencuci dan menyisir. Jadi jika rambut itu lebat dan seorang wanita memotong sebagiannya karena panjang atau lebatnya rambut tersebut maka yang demikian tidaklah masalah, atau karena memotong sebagiannya membuatnya tampak indah sehingga ia dan suaminya menyukainya, maka kami tidak mengetahui adanya larangan dalam masalah ini. Adapun menggundulnya secara menyeluruh, maka tidak diperbolehkan kecuali dengan alasan sakit.
وبالله التوفيق


Oleh : Syaikh Abdul Aziz bin Baz rohimahulloh



هل قص الشعر من الأمام حرام، ووضع السحاب من الخلف ما حكمه؟
لا أعلم في ذلك شيئاً لكن الأولى بالمرأة توفير شعرها؛ لأنه من زينتها ومن جمالها لكن تخفيف الشعر, وأخذ شيء منه تقصيره لا حرج فيه إن شاء الله؛ لكن الأولى والأفضل بقاؤه كاملاً لما فيه من الجمال والزينة للمرأة ولا سيما المتزوجة، فإذا أخذت بعضه أو قصت بعضه فلا حرج في ذلك، وهكذا السحاب سواء من الخلف أو من الإمام لا حرج فيه إذا كانت العورة محفوظة, المهم حفظ العورة والعناية بالعورة وسترها؛ لكن كونه من الأمام أفضل وإذا كان من الخلف فلا نعلم فيه حرجاً إذا كانت العورة مستورة من أمام ومن خلف.




Oleh : Syaikh Abdul Aziz bin Baz rohimahulloh


Pertanyaan
Apakah memotong rambut dari depan hukumnya haram? Dan bagaimana hukum menempatkan resleting baju di bagian belakang?

Jawaban
Aku tidak melihat adanya larangan dalam masalah ini, dan yang lebih utama adalah memeliharanya karena rambut adalah perhiasan dan keindahannya, akan tetapi memendekkan rambut dan memotongnya tidak mengapa insyaAlloh, dan yang lebih utama adalah membiarkannya semuanya secara sempurna karena ini adalah keindahan dan perhiasan bagi wanita terutama yang sudah menikah. Jika seorang wanita mengambil atau memotong sebagiannya maka tidak mengapa.
Demikian pula resleting, baik dari depan atau belakang tidaklah mengapa selama aurot tetap terjaga. Yang penting adalah terjaga dan tertutupnya aurot itu. Tapi di depan lebih afdhol, dan jika dibuat di belakang maka tidak mengapa selama aurot itu tertutup dari depan maupun belakang.

Diterjemahkan dari : http://www.binbaz.org.sa/mat/8909




Rabu, 04 April 2012

Tasawuf dan Wali

Mengangkat tema tasawuf dan kaum Sufi terasa hampa dan kosong tanpa mencuatkan pemikiran mereka tentang wali dan demikian juga karamah. Pasalnya, mitos ataupun legenda lawas tentang wali dan karamah ini telah menjadi senjata andalan mereka didalam mengelabui kaum muslimin. Sehingga dalam gambaran kebanyakan orang, wali Allah adalah setiap orang yang bisa mengeluarkan keanehan dan mempertontonkannya sesuai permintaan. Selain itu, dia juga termasuk orang yang suka mengerjakan shalat lima waktu atau terlihat memiliki ilmu agama. Bagi siapa yang memililki ciri-ciri tersebut, maka akan mudah baginya untuk menyandang gelar wali Allah sekalipun dia melakukan kesyirikan dan kebid’ahan. 



WALI MENURUT AL QUR’AN DAN AS SUNNAH

 
Adalah perkara yang lumrah bila kita mendengar kata-kata wali Allah. Di sisi lain, terkadang menjadi suatu yang asing bila disebut kata wali setan. Itulah yang sering kita jumpai di antara kaum muslimin. Bahkan sering menjadi sesuatu yang aneh bagi mereka kalau mendengar kata wali setan. Fakta ini menggambarkan betapa jauhnya persepi saudara kita kaum muslimin dari pemahaman yang benar tentang hakikat wali Allah dan lawannya, wali setan. Padahal Allah telah menetapkan bahwa wali itu ada dua jenis yaitu:
-wali Allah
-wali setan
 

Allah ta'ala  berfirman 


10:62

10:63

 “Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran pada mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Yaitu orang-orang yang beriman dan bertakwa.” (Yunus:62-63)



Dia berfirman tentang wali setan


3:175

  “Sesungguhnya Mereka tidak lain adalah setan yang menakut-nakuti wali-walinya (kawan-kawannya), karena itu janganlah kalian takut kepada mereka jika kalian benar-benar orang yang beriman.” (Ali Imran:175)
 


Dari kedua ayat ini jelaslah bahwa wali Allah itu adalah siapa saja yang beriman dan bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya. Sedangkan wali setan itu adalah lawan dari mereka.




Al Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan: “Wali-wali Allah adalah mereka yang beriman dan bertakwa sebagaimana telah dijelaskan oleh Allah tentang mereka, sehingga setiap orang yang bertakwa adalah wali-Nya.” (Tafsir Ibnu Katsir 2/422). Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan: “Wali Allah adalah orang yang berilmu tentang Allah dan dia terus-menerus diatas ketaatan kepada-Nya dengan penuh keikhlasan.” (Fathul Bari 11/ 342). 




Didalam ayat yang lainnya Allah menyatakan bahwa wali Allah itu tidak mesti ma’shum (terpelihara dari kesalahan). Dia Azza Wajalla berfirman 



39:3339:34

39:35

 “Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, maka mereka itulah orang-orang yang bertakwa. Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki disisi Rabb mereka. Itulah balasan bagi orang-orang yang berbuat baik. Agar Allah akan mengampuni bagi mereka perbuatan paling buruk yang mereka kerjakan kemudian membalas mereka dengan ganjaran yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Az Zumar: 33-35)



 KARAMAH MENURUT AL QUR’AN DAN AS SUNNAH

Demikian juga halnya, Allah dan Rasul-Nya menerangkan bahwa karamah itu memang ada pada sebagian manusia yang bertakwa, baik dimasa dahulu maupun dimasa yang akan datang sampai hari kiamat. Diantaranya apa yang Allah kisahkan tentang Maryam didalam surat Ali Imran: 37 ataupun Ashhabul Kahfi dalam surat Al Kahfi dan kisah pemuda mukmin yang dibunuh Dajjal di akhir jaman (H.R. Al Bukhari no. 7132 dan Muslim no. 2938). Selain itu, kenyataan yang kita lihat ataupun dengar dari berita yang mutawaatir bahwa karamah itu memang terjadi di jaman kita ini.

Adapun definisi karamah itu sendiri adalah: kejadian diluar kebiasaan yang Allah anugerahkan kepada seorang hamba tanpa disertai pengakuan (pemiliknya) sebagai seorang nabi, tidak memiliki pendahuluan tertentu berupa doa, bacaan, ataupun dzikir khusus, yang terjadi pada seorang hamba yang shalih, baik dia mengetahui terjadinya (karamah tersebut) ataupun tidak, dalam rangka mengokohkan hamba tersebut dan agamanya. (Syarhu Ushulil I’tiqad 9/15 dan Syarhu Al Aqidah Al Wasithiyah 2/298 karya Asy Syaikh Ibnu Utsaimin)




APAKAH WALI ALLAH ITU MEMILIKI ATRIBUT-ATRIBUT TERTENTU?


Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menyatakan bahwa wali-wali Allah itu tidak memiliki sesuatu yang membedakan mereka dengan manusia lainnya dari perkara-perkara dhahir yang hukumnya mubah seperti pakaian, potongan rambut atau kuku. Dan merekapun terkadang dijumpai sebagai ahli Al Qur’an, ilmu agama, jihad, pedagang, pengrajin atau para petani. (Disarikan dari Majmu’ Fatawa 11/194)




APAKAH WALI ALLAH ITU HARUS MEMILIKI KARAMAH? LEBIH UTAMA MANAKAH ANTARA WALI YANG MEMILIKINYA DENGAN YANG TIDAK?

 
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menyatakan bahwa tidak setiap wali itu harus memiliki karamah. Bahkan, wali Allah yang tidak memiliki karamah bisa jadi lebih utama daripada yang memilikinya. Oleh karena itu, karamah yang terjadi di kalangan para tabi’in itu lebih banyak daripada di kalangan para sahabat, padahal para sahabat lebih tinggi derajatnya daripada para tabi’in. (Disarikan dari Majmu’ Fatawa 11/283)




APAKAH SETIAP YANG DILUAR KEBIASAAN DINAMAKAN DENGAN ‘KARAMAH’?

 
Asy Syaikh Abdul Aziz bin Nashir Ar Rasyid rahimahullah memberi kesimpulan bahwa sesuatu yang diluar kebiasaan itu ada tiga macam:
-Mu’jizat yang terjadi pada para rasul dan nabi
-Karamah yang terjadi pada para wali Allah
-Tipuan setan yang terjadi pada wali-wali setan
(Disarikan dari At Tanbihaatus Saniyyah hal. 312-313).

Sedangkan untuk mengetahui apakah itu karamah atau tipu daya setan tentu saja dengan kita mengenal sejauh mana keimanan dan ketakwaan pada masing-masing orang yang mendapatkannya (wali) tersebut. Al Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata: “Apabila kalian melihat seseorang berjalan diatas air atau terbang di udara maka janganlah mempercayainya dan tertipu dengannya sampai kalian mengetahui bagaimana dia dalam mengikuti Rasulullah .” (A’lamus Sunnah Al Manshurah hal. 193)




WALI DAN KARAMAH MENURUT KAUM SUFI

 
Pandangan kaum Sufi tentang wali dan karamah sangatlah rancu, bahkan menyimpang dari Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah. Diantara pandangan mereka adalah sebagai berikut:

1. Wali Adalah Gambaran Tentang Sosok Yang Telah Menyatu Dan Melebur Diri Dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Al Manuufi (dedengkot Sufi) dalam kitabnya Jamharatul ‘Auliya’ 1/98-99 (lihat Firaq Mu’ashirah 2/ 699)
2. Gelar wali merupakan pemberian dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang bisa diraih tanpa melakukan amalan (sebab), dan bisa diraih oleh seorang yang baik atau pelaku kemaksiatan sekalipun. (Lihat Firaq Mu’ashirah 2/701)

3. Wali Memiliki Kekhususan Melebihi Kekhususan Nabi Shalallahu’alaihi Wassallam.
Diantara kekhususan tersebut adalah:
a. Mengetahui apa yang ada di hati manusia sebagaimana ucapan An-Nabhani tentang Muhammad Saifuddin Al Farutsi An Naqsyabandi.
b. Mampu menolak malaikat maut yang hendak mencabut nyawa atau mengembalikan nyawa seseorang. Hal ini diterangkan Muhammad Shadiq Al Qaadiri tentang Asy Syaikh Abdul Qadir Al Jailani.
c. Mampu berjalan di atas air dan terbang di udara. An Nabhani menceritakan hal itu tentang diri Muhammad As Sarwi yang dikenal dengan Ibnu Abil Hamaa’il.
d. Dapat menunaikan shalat lima waktu di Makkah padahal mereka ada di negeri yang sangat jauh. An Nabhani membela perbuatan wali-wali mereka tersebut.
e. Memiliki kesanggupan untuk memberi janin pada seorang ibu walaupun tidak ditakdirkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sekali lagi kedustaan Muhammad Shadiq Al Qaadiri tentang Asy Syaikh Abdul Qadir Al Jailani.
(Dinukil dari buku-buku kaum Sufi melalui kitab Khashaa’ishul Mushthafa hal. 280-293).
Dan masih ada lagi keanehan-keanehan yang ada pada tokoh-tokoh atau wali-wali mereka. Subhanallah, semua itu adalah kedustaan yang nyata!! Sebelumnya Ibnu Arabi menyatakan kalau kedudukan wali itu lebih tinggi dari pada nabi. Didalam sebuah syairnya dia mengatakan:
Kedudukan puncak kenabian berada pada suatu tingkatan
Sedikit dibawah wali dan diatas rasul
(Lathaa’iful Asraar hal.49)
Demikian juga Abu Yazid Al Busthami berkata: “Kami telah mendalami suatu lautan, yang para nabi hanya mampu di tepi-tepinya saja.” (Firaq Mu’ashirah 2/698)
4. Seorang Wali Tidak Terikat Dengan Syariat Islam
Asy Sya’rani menyatakan bahwa Ad Dabbagh pernah berkata: “Pada salah satu tingkatan kewalian dapat dibayangkan seorang wali duduk bersama orang-orang yang sedang minum khamr (minuman keras), dan dia ikut juga minum bersama mereka. Orang-orang pasti menyangka ia seorang peminum khamr, namun sebenarnya ruhnya telah berubah bentuk dan menjelma seperti yang terlihat tersebut. (Ath Thabaqaatul Kubra 2/41)
5. Seorang Wali Harus Ma’shum (Terjaga Dari Dosa)
Ibnu Arabi berkata: “Salah satu syarat menjadi imam kebatinan adalah harus ma’shum. Adapun imam dhahir (syariat-pen) tidak bisa mencapai derajat kema’shuman.” (Al Futuuhaat Al Makkiyah 3/183)

6. Seorang Wali Harus Ditaati Secara Mutlak
Al Ghazali berkata: “Apapun yang telah diinstruksikan syaikhnya dalam proses belajar mengajar maka hendaklah dia mengikutinya dan membuang pendapat pribadinya. Karena, kesalahan syaikhnya itu lebih baik daripada kebenaran yang ada pada dirinya.” (Ihya’ Ulumuddin 1/50)

7. Perbuatan Maksiat Seorang Wali Dianggap Sebagai Karamah
Dalam menceritakan karamah Ali Wahisyi, Asy Sya’rany berkata: “Syaikh kami itu, bila sedang mengunjungi kami, dia tinggal di rumah seorang wanita tuna susila/pelacur.” (Ath Thabaqaatul Kubra 2/135)

8. Karamah Menjadikan Seorang Wali Memiliki Kema’shuman
Al Qusyairi berkata: “Salah satu fungsi karamah yang dimiliki oleh para wali agar selalu mendapat taufiq untuk berbuat taat dan ma’shum dari maksiat dan penyelisihan syari’at.” (Ar Risalah Al Qusyairiyah hal.150)

Para pembaca, dari bahasan diatas akhirnya kita dapat menyimpulkan bahwasanya pengertian wali menurut kaum sufi sangatlah rancu dan menyimpang, karena dengan pengertian sufi tersebut siapa saja bisa menjadi wali, walaupun ia pelaku kesyirikan, bid’ah atau kemaksiatan. Ini jelas-jelas bertentangan dengan Al Qur’an, As Sunnah dan fitrah yang suci.
Wallahu a’lam bishshawaab.





HADITS-HADITS LEMAH DAN PALSU YANG TERSEBAR DIKALANGAN UMAT
Hadits Ubadah bin Shamit :

الأَبْدَالُ في هَذِهِ الأُمَّةِ ثَلاَثُوْنَ …

 

“Wali Al Abdaal di umat ini ada 30 orang…”

Asy Syaikh Al Albani rahimahullah banyak membawakan hadits tentang wali Al Abdaal didalam Silsilah Adh Dha’ifah hadits no. 936, 1392, 1474, 1475, 1476, 1477, 1478, 1479, 2993, 4341, 4779 dan 5248.
Beliau mengatakan bahwa seluruh hadits tentang wali Al Abdaal adalah lemah, tidak ada satupun yang shahih. (Lihat pembahasan ini lebih detailnya didalam Majmu’ Fatawa 11/433-444)


Sumber:   http://www.darussalaf.or.id/stories.php?id=188

Atsar-Atsar Salaf "Allah beristiwa Di Atas 'Arasy"

Abdullah bin Mubarak rohimahulloh wafat 181 H

ثبت عن علي بن الحسن بن شقيق، شيخ البخاري، قال: قلت لعبد الله ابن المبارك كيف نعرف ربنا؟ قال: "في السماء السابعة على عرشه". وفي لفظ "على السماء السابعة على عرشه، ولا نقول كما تقول الجهمية إنه هاهنا في الأرض". وقال أيضاً: سألت ابن المبارك: كيف ينبغي لنا أن نعرف ربنا؟. قال: "على السماء السابعة، على عرشه، ولا نقول كما تقول الجهمية إنه هاهنا في الأرض"
Dari Ali Ibnul Hasan bin Syaqiq guru Imam Bukhari, dia berkata, "Saya pernah bertanya kepada Abdullah bin Mubarak bagaimana kita mengetahui Robb kita?" katanya, "Di langit ke tujuh di atas 'Arasy-Nya." Dalam lafaz lain, "Di atas langit ke tujuh di atas 'Arasy-Nya, dan kita tidak mengatakan sebagaimana yang dikatakan Jahmiyah bahawasanya Allah di sini, di bumi."

Ali juga berkata, "Saya pernah bertanya kepada Abdullah bin Mubarak, bagaimana seharusnya kita mengenali Robb kita?" Dia menjawab, "Di atas langit yang ke tujuh, di atas 'Arasy-Nya, dan kita tidak mengatakan sebagaimana Jahmiyah berkata bahawasanya Allah ada di bumi ini."

Dikeluarkan Oleh:Bukhari, Khalqu Af'al 'Ibad 8. Ad-Darimi, Ar-Raddu 'Ala Al-Marisi, 103 Ar-Raddu 'Ala Al-Jahmiyah, 50. Abdullah bin Imam Ahmad, As-Sunnah, 1/111, no: 22 & 1/174-176, no: 216. Ibn Baththah, Al-Ibanah, 3/155-156, no: 112. Ibn Mandah, At-Tauhid, 3/308, no: 899. As-Shabuni, Aqidah As-Salaf, 20, no: 28. Al-Baihaqi, Al-Asma' Wa As-Sifat, 2/336, no: 903. Ibn Abdil Barr, At-Tamhid, 7/142. Ibn Qudamah, Itsbat Sifat Al-Uluw, 117-118, no: 99 & 100. Ibn Taimiyyah, Dar-u Ta'arud Al-'Aql wa an-Naql, 6/264, Al-Fatawa Al-Hamawiyah, 91. Al-Dzahabi, Al-Uluw, 110, Siyar A'lam An-Nubala', 8/402, Al-Arba'in, 40, no: 10, Al-'Arasy, 2/187, no: 161-162. Ibn Qayyim al-Jauziyyah, Ijtima' Al-Juyusy Al-Islamiyyah, 134-135, katanya diriwayatkan oleh Ad-Darimi, al-Hakim, al-Baihaqi dengan sanad yang paling sahih kepada Ali Ibnul Hasan bin Syaqiq. 







Hammad bin Hannad rohimahulloh wafat 230 H

قال: "هذا ما رأينا عليه أهل الأمصار وما دلت عليه مذاهبهم فيه، وإيضاح مناهج العلماء وطرق الفقهاء، وصفة السنة وأهلها أن الله فوق السماء السابعة على عرشه بائن من خلقه وعلمه وقدرته وسلطانه بكل مكان"
Hammad berkata: "Inilah keyakinan ulama-ulama di seluruh pelusuk dunia dan ditunjukkan oleh pandangan-pandangan mazhab mereka, menjelaskan manhaj para ulama' dan jalan ahli fiqh dan merupakan sifat As-Sunnah; bahawa Allah di atas langit yang ke tujuh di atas 'ArasyNya, terpisah dari hamba-hambaNya. IlmuNya, kuasaNya dan kekuasaanNya di setiap tempat."

Lihat: Al-Uluw oleh Az-Dzahabi, halaman 151, dan Ijtima' Al-Juyusy Al-Islamiyyah oleh Ibnul Qayyim, halaman 242.





Ahmad bin Nashr Al-Khuza'I rohimahulloh wafat 231 H

قال إبراهيم الحربي فيما صح عنه: قال أحمد بن نصر وسئل عن علم الله فقال: "علم الله معنا وهو على عرشه"
Berkata Ibrahim Al-Harbi berdasarkan riwayat yang sahih darinya, berkata Ahmad bin Nashr ketika beliau ditanya tentang ilmu Allah: "Ilmu Allah bersama kita sedangkan Allah di atas 'Arasy-Nya."

Lihat: Al-Uluw oleh Az-Dzahabi, halaman 128. Ahmad bin Nashr bin Malik Al-Khuza'I seorang yang tsiqah (terpecaya). Ia dibunuh sebagai seorang syahid tahun 231 H di waktu pemerintahan khalifah Al-Watsiq kerana beliau tidak mahu mengatakan Al-Quran itu makhluk. Biografinya boleh dilihat dalam Siyar A'lam An-Nubala (11/166) dan Tahzib At-Tahzib (1/87).







Imam Ahmad bin Hanbal Rohimahulloh wafat 241 H

قال يوسف بن موسى القطان: وقيل لأبي عبد الله: الله فوق السماء السابعة على عرشه، بائن من خلقه، وعلمه وقدرته بكل مكان. قال: "نعم"
Berkata Yusuf Ibnul Qatthan: "Dikatakan kepada Abu Abdillah, Allah di atas langit ketujuh di atas 'Arasy-Nya, terpisah dengan makhlukNya, dan ilmuNya serta kuasaNya di setiap tempat?" Jawabnya: "Ya." (Dikeluarkan oleh Ibn Batthah dalam Al-Ibanah (3/159), no: 115)
قال أحمد بن حنبل رحمه الله في كتاب "الرد على الجهمية" مما جمعه ورواه عبد الله ابنه عنه: "باب بيان ما أنكرت الجهمية أن يكون الله على العرش، قلت لهم: أنكرتم أن يكون الله على العرش، وقد قال {الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى فقالوا: هو تحت الأرض السابعة، كما هو على العرش، وفي السموات والأرض. فقلنا: قد عرف المسلمون أماكن كثيرة ليس فيها من عظمة الرب شيء، أجسامكم وأجوافكم والأماكن القذرة ليس فيها من عظمته شيء، وقد أخبرنا عز وجل أنه في السماء فقال تعالى {أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمُ الأَرْضَ فَإِذَا هِيَ تَمُورُ أَمْ أَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِباً} {إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ}، {إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ}، {بَلْ رَفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ}، {يَخَافُونَ رَبَّهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ}، فقد أخبرنا سبحانه أنه في السماء"
Imam Ahmad berkata di dalam kitab Ar-Raddu 'Ala Al-Jahmiyyah, yang mana dihimpunkan dan diriwayatkan dari anaknya iaitu Abdullah: "Tentang apa yang diingkari oleh Al-Jahmiyyah bahawa Allah berada di atas 'Arasy, saya katakan kepada mereka: "Kamu mengingkari Allah berada di atas 'Arasy, padahal Allah telah berfirman:

"Allah Yang Maha Pemurah bersemayam di atas 'Arasy." (Thaha: 5)

Mereka mengatakan: "Dia di bawah bumi ketujuh sebagaimana Dia di atas 'Arasy, (iaitu) di langit dan di bumi." Maka kami katakan: "Kaum muslimin telah mengetahui banyak tempat yang sama sekali tidak memberikan citra keagungan bagi Allah, seperti tubuh kamu, perut kamu dan tempat-tempat kotor dan najis yang sama sekali tidak ada keagungan bagiNya. Padahal Allah telah mengkhabarkan kepada kita dalam firmanNya:

"Apakah kalian merasa aman terhadap Allah yang di langit bahawa Dia akan menjungkir-balikkan bumi bersama kalian, sehingga tiba-tiba bumi itu bergoncang. Ataukah kalian meresa aman terhadap Tuhan yang di langit bahawa Dia akan menghantarkan badai yang berbatu. Maka kelak kalian akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku." (Al-Mulk: 16-17) "KepadaNya naik perkataan-perkataan yang baik dan amal soleh yang dinaikkanNya." (Fathir: 10) "…Sesungguhnya Aku akan mematikanmu dan mengangkatmu kepadaKu." (Ali-Imran: 55) "Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka…" (An-Nahl: 50)

Allah telah mengkhabarkan kepada kita bahawa Dia di atas langit."

Lihat Ar-Raddu Al-Jahmiyyah, halaman 92-93, Az-Dzahabi menyebutkan di dalam Al-Arasy (2/250-251), no: 224, dan Ibnul Qayyim dalam Ijtima' Al-Juyusy, halaman 201-202.




Al-Harits bin Asad Al-Muhasibi rohimahulloh Wafat 243 H

قال: "وأما قوله تعالى {الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى} {وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ} {أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ} {إِذاً لابْتَغَوْا إِلَى ذِي الْعَرْشِ سَبِيلاً} {إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ} هذا يوجب أنه فوق العرش فوق الأشياء كلها متنزه عن الدخول في خلقه لايخفى عليه منهم خافية لأنه أبان في هذه الآيات أنه أراد أنه بنفسه فوق عباده؛ لأنه قال: {أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمُ الأَرْضَ} يعني فوق العرش، والعرش على السماء لأن من قد كان فوق كل شيء على السماء، في السماء وقد قال {فَسِيحُوا فِي الأَرْضِ}يعني علي الأرض لايريد الدخول في جوفها...."
Dia berkata: Adapun firman Allah: "Allah Yang Maha Pemurah bersemayam di atas 'Arasy" (Thaha: 5) "Dan Dialah yang berkuasa di atas sekalian hamba-hambaNya." (Al-An'am: 18) "Nescaya tuhan-tuhan itu akan mencari jalan kepada Tuhan yang memiliki 'Arasy." (Al-Israa: 42) "KepadaNya naik perkataan-perkataan yang baik dan amal soleh yang dinaikkanNya." (Fathir: 10)

Semua ini mewajibkan bahawasanya Allah di atas 'Arasy di atas segala sesuatu, disucikan dari bertempat pada makhlukNya, tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari padaNya kerana Allah menjelaskan di dalam ayat-ayat ini bahawa Dia berkehendak dengan diriNya di atas semua hamba-hambaNya, kerana Dia berfirman: "Apakah kalian meresa aman terhadap Allah yang di langit bahawa Dia akan menjungkir-balikkan bumi bersama kalian." (Al-Mulk: 16)

Maknanya di atas 'Arasy, dan 'Arasy adalah di atas langit, kerana Allah yang berada di atas segala sesuatu di atas langit. Dia telah berfirman: "Maka berjalanlah di bumi.." Ertinya di atas bumi yang Dia tidak ingin masuk di dalamnya."

Lihat: Ijtima' Al-Juyusy Al-Islamiyyah, halaman 272. Al-Harits bin Asad Al-Muhasibi dikenali sebagai seorang sufi. Antara kitabnya yang terkenal dalam menulis masalah tasawwuf ialah Ar-Ri'ayah li Huquqillah dan Risalah Al-Murtarsyidin. Biografinya boleh dilihat di dalam Tarikh Al-Baghdadi (8/211) dan Siyar A'lam An-Nubala' (12/110).






Abdul Wahab bin Abdul Hakam Al-Warraq rohimahulloh Wafat 251 H


Abdul Wahab bin Abdul Hakam Al-Warraq ketika diriwayatkan hadis Ibnu Abbas yang mengatakan Jarak antara langit ketujuh dengan kursi Allah adalah tujuh ribu cahaya, dan Dia di atas semua itu. Beliau berkata:
"من زعم أن الله ههنا فهو جهمي خبيث، إن الله فوق العرش، وعلمه محيط بالدنيا والآخرة"
"Barang siapa yang menyangka bahawa Allah di sini (di bumi), maka dia adalah seorang Jahmiyyah yang keji. Allah berada di atas 'Arasy dan ilmuNya melingkupi dunia dan akhirat."

Lihat: Al-Uluw (halaman 142) dan Al-'Arasy (2/253) no: 226 oleh Az-Dzahabi dan Ijtima' Al-Juyusy, halaman 232 dan Ibnul Qayyim mengatakan riwayat ini sahih. Abdul Wahab bin Abdul Hakam bin Nafi' An-Nasa'I pernah bertemu dengan Imam Ahmad bin Hanbal serta berguru dengannya. Beliau seorang yang soleh, wara' dan zuhud. Biografinya boleh dilihat di dalam Thabaqat Al-Hanabilah (1/209-212) dan Taqrib At-Tahzib, halaman 633.




Yahya bin Mu'az Ar-Razi rohimahulloh wafat 258 H

قال: "الله تعالى على العرش، بائن من الخلق، قد أحاط بكل شيء علماً، وأحصى كل شيء عدداً، ولا يشك في هذه المقالة إلا جهمي رديء ضليل هالك مرتاب، يمزج الله بخلقه ويخلط الذات بالأقذار والأنتان"
Yahya berkata: "Allah Ta'ala di atas 'Arasy, terpisah dari hamba-hambaNya. Allah telah meliputi segala sesuatu dengan ilmuNya dan telah menghitung segala sesuatu. Tidak ada yang ragu terhadap pendangan ini kecuali dia adalah seorang Jahmiyyah yang busuk, sesat, binasa dan ragu-ragu kerana dia mencampuradukkan Allah dengan makhlukNya dan membaurkan Zat-Nya dengan kotoran dan benda-benda busuk."

Lihat: Ijtima' Al-Juyusy Al-Islamiyyah, halaman 270 dan Majmu' Al-Fatawa (5/49). Yahya bin Mu'az Ar-Razi seorang penyampai nasihat yang baik sebagaimana disebutkan oleh Abul Qasim al-Qusyairi di dalam Ar-Risalah. Beliau wafat di Nisabur. Lihat Wafayat Al-A'yan (6/165).





Muhammad bin Yahya Az-Dzahali rohimahulloh Wafat 258 H

سئل محمد بن يحي عن حديث عبد الله بن معاوية عن النبي صلى الله عليه وسلم: "ليعلم العبد أن الله معه حيث ما كان" (رواه الطبراني في الصغير ص 115)، فقال: "يريد أن الله علمه محيط بكل مكان والله على العرش"
Muhammad bin Yahya pernah ditanya tentang hadis Abdullah bin Mu'awiyah yang diriwayatkannya dari Nabi sallallahu 'alaihi wasallam: "Hendaklah hamba mengetahui bahawasanya Allah bersama dengannya dimanapun dia berada." (Hadis riwayat Thabrani di dalam Al-Mu'jam Ash-Shaghir, 115) Maka ia menjawab: "Maksud hadis itu adalah bahawa ilmu Allah meliputi semua tempat sedangkan Allah di atas 'Arasy."

Lihat: Al-Uluw oleh Az-Dzahabi, halaman 136. Muhammad bin Yahya bin Abdullah bin Khalid bin Faris bin Zu'aib Ad-Dzahali an-Nisaburi as-Zuhri, seorang yang tsiqah, penghafal yang baik, peribadinya agung dari thabaqah kesebelas. Ia wafat ketika berumur 85 tahun. Biografi beliau boleh dilihat di dalam Taqrib At-Tahzib, halaman 907 dan Siyar A'lam An-Nubala (12/273).





Abdullah bin Mas'ud rodhiallahu 'anhu 

وعن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال: "ما بين السماء القصوى والكرسي خمسمائة عام، ويبن الكرسي والماء كذلك، والعرش فوق الماء والله فوق العرش، ولا يخفى عليه شيء من أعمالكم"
Dari Abdullah bin Mas'ud, dia berkata, "Di antara langit yang paling tinggi dengan kursi adalah lima ratus tahun, dan di antara kursi dengan air juga demikian. 'Arasy di atas air dan Allah di atas 'Arasy, dan tidak sesuatupun yang tersembunyi atas-Nya dari amal perbuatan kalian."

Dikeluarkan Oleh: Al-Lalika'i, Syarah Usul I'tiqad Ahlis Sunnah Wal Jamaah, 3/395-396, no: 659. Al-Baihaqi, Al-Asma' Was Sifat, 2/186-187. Ad-Darimi, Ar-Raddu Al-Jahmiyyah, 275. Ibn Khuzaimah, At-Tauhid, 1/242-243, no: 149. Al-Thabrani, Mu'jam al-Kabir, 9/228. Abu al-Syeikh, Al-Azhamah, 2/688-689, no: 279. Ibn Abdil Barr, At-Tamhid, 7/... Ibn Qudamah Itsbat Sifat Al-Uluw, 104-105, no: 75. Al-Dzahabi, Al-Uluw, 64, katanya sanadnya sahih. Ibn Qayyim al-Jauzi, Ijtima' Al-Juyusy Al-Islamiyyah, 122. Al-Haitsami, Majma' Az-Zawa'id, 1/86, katanya perawi-perawinya adalah sahih.




Ka'ab Al-Ahbar rohimahulloh

قال: "قال الله في التوراة: أنا الله فوق عبادي، وعرشي فوق خلقي، وأنا على عرشي، أدبر أمر عبادي، ولا يخفى علي شيء في السماء، ولا في الأرض"
Ka'ab berkata, Allah berfirman di dalam Taurat, "Aku Allah di atas hamba-hamba-Ku, 'Arasy-Ku di atas makhluk-makhluk-Ku, dan Aku di atas 'Arasy mengatur semua urusan hamba-hamba-Ku. Tidak ada sesuatupun yang tersembunyi dari-Ku dan tidak juga di bumi."

Dikeluarkan Oleh: Abu al-Syeikh, Al-Azhamah, 2/625-626, no: 244. Ibn Baththah, Al-Ibanah, 3/185-186, no: 137. Abu Nu'aim, Al-Hilyah, 6/7. Abu Ya'la, Ibthal At-Ta'wilat, 149. Abdul Qadir al-Jailani, Al-Ghunyah Li Thalibi Thariq Al-Haq, 1/57. Al-Dzahabi, Al-Uluw, 92, katanya perawi-perawinya tsiqah. Ibn Qayyim al-Jauzi, Ijtima' Al-Juyusy Al-Islamiyyah, 129 & 260, pada nombor 129 ia berkata diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dengan sanad sahih dari Ka'ab.



Imam Al-Muzani Rohimahullah Wafat 264 H

قال: "الحمد لله أحق من ذكر وأولى من شكر... إلى أن قال.. علا على عرشه في مجده بذاته، وهو دان بعلمه من خلقه، أحاط علمه بالأمور..."
Al-Muzani berkata: "Segala puji bagi Allah tuhan yang paling hak diingat dan disebut, dan Tuhan yang paling utama disyukuri... Allah di atas 'ArasyNya dalam segala keagunganNya dengan ZatNya, Dia dekat dengan ilmuNya dari hamba-hambaNya, ilmuNya meliputi segala sesuatu..." (Lihat: Syarah As-Sunnah oleh Al-Muzani, halaman 75.)






Abu Hatim Ar-Razi Wafat 277 H dan Abu Zur'ah Ar-Razi wafat 264 H rohimahumullah


Abdurrahman bin Abi Hatim pernah bertanya kepada Abu Hatim dan Abu Zur'ah tentang mazhab Ahlus Sunnah dalam masalah aqidah dan apa yang mereka dapatkan dari para ulama di setiap tempat, serta apa yang mereka sendiri yakini. Maka, mereka berkata:
"أدركنا العلماء في جميع الأمصار، حجازاً، وعراقاً، ومصراً، وشاماً، ويمناً، وكان من مذهبهم أن الله على عرشه بائن من خلقه كما وصف نفسه بلا كيف، أحاط بكل ‎شيء علماً"
"Kami mendapati seluruh ulama di Hijaz, Iraq, Mesir Syam, dan Yaman meyakini bahawa Allah di atas 'ArasyNya terpisah dari hamba-hambaNya sebagaimana Allah mensifati diriNya tanpa menentukan cara dan bentuknya, dan ilmuNya meliputi segala sesuatu." (Lihat: Syarah Usul I'tiqad Ahli Sunnah Wal Jama'ah (1/176-179), no: 321)




 'Utsman bin Sa'id Ad-Darimi rohimahullah wafat 280 H

"قد اتفقت الكلمة من المسلمين، أن الله بكماله فوق عرشه، فوق سمواته"
"Kaum muslimin telah sepakat bahawa Allah dengan segala kesempurnaanNya di atas 'ArasyNya, di atas langit-langitNya." (Lihat: Ar-Raddu 'Ala Bisyr Al-Marisi, halamn 408)
"وقال أهل السنة: إن الله بكماله فوق عرشه، يعلم ويسمع من فوق العرش، لا يخفى عليه خافية من خلقه، ولا يحجبهم عنه شيء"
Di tempat lain beliau berkata: "Ahlus Sunnah berkata "Allah dengan segala kesempurnaanNya di atas 'ArasyNya, mengetahui dan mendengar dari atas 'Arasy, tidak ada sesuatu pun dari hamba-hambaNya yang tersembunyi daripadaNya, dan tidak ada yang dapat menghalangiNya dari mereka." (Lihat: Ar-Raddu 'Ala Bisyr Al-Marisi, halaman 438. Ar-Raddu 'Ala Al-Jahmiyyah, halaman 268. Dan Al-'Arasy (2/260), no: 230)




Zakaria bin Yahya As-Saji rohimahullah wafat 307 H

قال: "القول في السنة التي رأيت عليها أصحابنا أهل الحديث، إن الله تعالى على عرشه، في سمائه، يقرب من خلقه كيف شاء"
Zakaria berkata: Pandangan dalam As-Sunnah yang saya lihat pada sahabat-sahabat kami Ahlul Hadis, bahawasanya Allah di atas 'ArasyNya di langitNya, dekat dari hamba-hambaNya sebagaimana yang dikehendakiNya." (Lihat: Ijtima' Al-Juyusy Al-Islamiyyah, halaman 245-246. Al-'Uluw, halaman 150 dan Al-'Arasy (2/278), no: 240)




Al-Hasan bin Ali bin Khalaf Al-Barbahari rohimahullah wafat  329 H


"وهو جل ثناؤه واحد ليس كمثله شئ وهو السميع البصير، ربنا أول بلا متى وآخر بلا منتهى، يعلم السر وأخفى، وعلى عرشه استوى، وعلمه بكل مكان، لايخلو من علمه مكان"
"Allah Yang Maha agung adalah Esa, tidak ada sesuatu pun yang sama denganNya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Tuhan kita adalah permulaan tenpa menentukan 'bila'? Dia adalah Yang Akhir tanpa kesudahan. Dia mengetahui rahsia apa yang tersembunyi, bersemayam di atas 'ArasyNya. ilmuNya (pengetahuanNya) ada di setiap tempat, tidak ada sesuatu tempat pun yang sunyi dari pengetahuanNya."

Lihat: Syarah As-Sunnah oleh Al-Barbahari, halaman 71. Al-Barbahari ialah seorang Imam dan Hafiz dan seorang ulama dalam mazhab Hanbali di Baghdad. Terkenal dengan sikapnya yang tegas terhadap As-Sunnah. Lihat biografinya dalam Thabaqat Al-Hanabilah, jilid 2, halaman 18-45.





Ibn Abi Zaid Al-Qairawani rohimahullah wafat 386 H

قال الإمام أبو محمد بن أبي زيد المالكي المغربي في رسالته في مذهب مالك، أولها: "وأنه فوق عرشه المجيد بذاته، وأنه في كل مكان بعلمه"
Berkata Imam Abu Muhammad bin Abi Zaid Al-Maliki di dalam risalahnya tentang Mazhab Imam Malik: "Sesungguhnya Allah di atas 'ArasyNya yang Maha agung dengan ZatNya dan bahawasanya ilmuNya di setiap tempat." (Lihat: Risalah Al-Qairawani, halaman 4 dan Al-'Uluw, halaman 171)
وقال في كتابه المفرد في السنة: "وأنه فوق سمواته على عرشه دون أرضه وأنه في كل مكان بعلمه"
Dalam kitab Al-Mufrad ia berkata: "Sesungguhnya Allah di atas langitNya di atas 'ArasyNya bukan di bumiNya, dan bahawa Dia di setiap tempat dengan ilmuNya." (Lihat: Al-Ijtima' Al-Juyusy Al-Islamiyyah, halaman 151)






Muhammad bin Abdillah bin Abi Zamnain rohimahulloh wafat 399 H

قال محمد بن عبد الله: "ومن قول أهل السنة إن الله عز وجل خلق العرش واختصه بالعلو والارتفاع فوق جميع ما خلق ثم استوى عليه كيف شاء كما أخبر عن نفسه في قوله {الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى}... فسبحان من بعد فلا يرى، وقرب بعلمه وقدرته فسمع النجوى"
Muhammad bin Abdillah berkata: "Di antara pandangan Ahlus Sunnah adalah bahawasanya Allah menciptakan 'Arasy dan mengkhususkannya untuk ketinggianNya di atas makhluk-makhlukNya. Kemudian Dia bersemayam di atasNya sebagaimana yang Dia kehendaki, seperti yang Dia khabarkan tentang diriNya di dalam firmanNya: "Allah yang Maha Pemurah bersemayam di atas 'Arasy." Maka Maha Suci Allah yang jauh sehigga tidak dapat dilihat, dan dekat dengan ilmuNya dan kuasaNya sehingga mendengar bisikan rahsia sekalipun."

Lihat: Riyadh Al-Jannah Bi Takhrij Usul Sunnah, halaman 88. Biografi Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah bin Isa al-Mariy Al-Andalusi boleh dilihat dalam Al-Wafi Bi Al-Wafayat (2/321) dan Syadzarat Az-Dzahab (3/156). Beliau seorang yang bermazhab Maliki terkenal dengan gelarannya Ibn Zamnain. 





Abu Bakar Al-Baqilani rohimahulloh  wafat 403 H

قال أبو بكر محمد بن الطيب الباقلاني في كتاب "الإبانة": "فإن قيل: هل تقولون إنه في كل مكان؟؛ قيل له: معاذ الله، بل هو مستو على عرشه، كما أخبر في كتابه وقال {الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى}، وقال {إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ}، وقال: {أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ}، ولو كان في كل مكان، لكان في بطن الإنسان، وفمه، والحشوش، ولوجب أن يزيد بزيادات الأماكن، إذا خلق منها ما لم يكن، ولصح أن يرغب إليه إلى نحو الأرض، وإلى خلفنا، وإلى يميننا، وشمالنا، وهذا قد أجمع المسلمون على خلافه وتخطئة قائله"
Abu Bakar berkata dalam kitab Al-Ibanah: "Jika ada yang bertanya, apakah kalian berpandangan bahawasanya Allah ada di setiap tempat, maka jawablah, aku berlindung kepada Allah dari pandangan seperti itu. Bahkan Dia bersemayam di atas'ArasyNya, sebagaimana yang Dia khabarkan di dalam kitabNya: "Allah yang Maha Pemurah bersemayam di atas 'Arasy," "KepadaNya naik perkataan-perkataan yang baik dan amal soleh yang dinaikkanNya," "Apakah kalian merasa aman terhadap Allah yang di langit." Kalaulah Dia di setiap tempat, nescaya juga berada di dalam perut dan mulut manusia, perut binatang, serta akan bertambah dengan tambahannya tempat. Kita juga nescaya akan menghadap kepadaNya (dalam solat dan doa) ke setiap arah bumi, ke arah belakang kita, ke sebelah kanan atau sebelah kiri dan kaum muslimin telah ijma' (sepakat) menentang pandangan ini dan menyalahi orang yang mengatakannya." (Lihat: Al-'Arasy oleh Az-Dzahabi (2/338), no: 261 begitu juga secara ringkas disebutkan di dalam Siyar A'lam An-Nubala', jilid 17, halaman 558-559)




Imam Al-Lalika'I rohimahulloh wafat 418 H

قال الإمام أبو القاسم هبة الله بن الحسن الشافعي، في كتاب شرح أصول السنة له: "سياق ما روي في قوله {الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى}، و‎أن الله على عرشه في السماء، قال عزوجل {إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ}، وقال {أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ}، وقال {وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ}، قال: فدلت هذه الآيات أنه في السماء وعلمه محيط بكل مكان"
Berkata Al-Imam Abul Qasim Hibatallah bin Al-Hasan As-Syafi'I, dalam kitab Syarah Usul As-Sunnahnya: "Rangkaian apa yang difirmankan oleh Allah "Allah yang Maha Pemurah bersemayam di atas 'Arasy," Dan bahawa Allah di atas 'ArasyNya di langit, firman Allah "KepadaNya naik perkataan-perkataan yang baik dan amal soleh yang dinaikkanNya," Dan firmanNya lagi "Apakah kalian merasa aman terhadap Allah yang di langit." Dan firmanNya lagi "Dan Dia berkuasa di atas hamba-hambaNya." Al-Lalika'I berkata: "Maka semua ayat ini menunjukkan bahawasanya Allah di langit dan ilmuNya meliputi setiap tempat."

Lihat: Syarah Usul I'tiqad Ahlus Sunnah Wal Jamaah, jilid 3, halaman 387-388. Al-Lalika'I adalah seorang ulama' bermazhab As-Syafi'i, seorang Imam dan Hafiz. Dia menulis kitab Syarah I'tiqad Ahlus Sunnah Wal Jamaah yang menjadi rujukan paling penting berkenaan akidah Ahli Sunnah. Biografinya boleh dilihat di dalam Tarikh Baghdad (14/70), dan Siyar A'lam An-Nubala' (17/419).