النهي عن التشبه بالكافرين
Al-Hafizh Abul Fida’ Ibnu Katsir dalam Tafsir beliau (1/373-374):
والغرض: أن الله تعالى نهى المؤمنين عن مشابهة الكافرين قولا وفعلا. فقال: } يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَقُولُوا رَاعِنَا وَقُولُوا انْظُرْنَا وَاسْمَعُوا وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ أَلِيمٌ{
وقال الإمام أحمد: ... عن ابن عمر، رضي الله عنهما، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "... وجعلت الذلة والصَّغارُ على من خالف أمري، ومن تشبه بقوم فهو منهم."
وروى أبو داود، ... "من تشبه بقوم فهو منهم”
ففيه دلالة على النهي الشديد والتهديد والوعيد، على التشبه بالكفار في أقوالهم وأفعالهم، ولباسهم وأعيادهم، وعباداتهم وغير ذلك من أمورهم التي لم تشرع لنا ولا نُقَرر عليها
Intinya: Allah melarang kaum mukminin
dari menyerupai (bertasyabbuh) orang-orang kafir baik dalam ucapan atau
perbuatan. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَقُولُوا رَاعِنَا وَقُولُوا انْظُرْنَا وَاسْمَعُوا وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (kepada Nabi
Muhammad): “Raa’ina”, tetapi katakanlah: “Unzhurna”, dan “dengarlah.”
Dan bagi orang-orang yang kafir siksaan yang pedih.” (QS. Al-Baqarah: 104)
Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
وجعلت الذلة والصَّغارُ على من خالف أمري، ومن تشبه بقوم فهو منهم
“Kerendahan
dan kekerdilan dijadikan pada orang yang menyelisihi perintahku.
Barangsiapa yang meniru satu kaum, maka dia termasuk golongan mereka.”
Imam Abu Dawud juga meriwayatkan:
من تشبه بقوم فهو منهم
“Barangsiapa yang meniru satu kaum, maka dia termasuk golongan mereka.”
Hadits
ini menunjukkan larangan yang keras, peringatan, dan ancaman atas
perbuatan menyerupai orang-orang kfir dalam perkataan, perbuatan,
pakaian, hari-hari raya, dan peribadahan mereka, serta perkara mereka
yang lain yang tidak disyariatkan bagi kita dan syariat kita tidak
mentaqrir (menyetujui)nya untuk kita.
Imam As Syuyuti rahimahullah berkata:
لا
ينبغي للمسلم أن يتشبه بهم في شيء من ذلك، ولا يوافقهم عليه، قال الله
تعالى لنبيه محمد صلى الله عليه وسلم: " ثم جعلناك على شريعة من الأمر
فاتبعها ولا تتبع أهواء الذين لا يعلمون إنهم لن يغنوا عنك من الله شيئاً
وإن الظالمين بعضهم أولياء بعض والله ولي المتقين). وأهواء الذين لا يعلمون
هو ما يهوونه من الباطل، فإنه لا ينبغي للعالم أن يتبع الجاهل فيما يفعله
من أهواء نفسه، قال تعالى لنبيه صلى الله عليه وسلم: (ولئن اتبعت أهواءهم
من بعد ما جاءك من العلم إنك إذا لمن الظالمين). فإذا كان هذا خطابه لنبيه
صلى الله عليه وسلم، فكيف حال غيره إذا وافق الجاهلين أو الكافرين وفعل كما
يفعلون مما لم يأذن به الله ورسوله ويتابعهم فيما يختصون به من دينهم
وتوابع دينهم؟ وترى كثيراً من علماء المسلمين الذين يعلمون العلم الظاهر،
وهم منسلخون منه بالباطن، يصنعون ذلك مع الجاهلين في مواسم الكافرين
بالتشبه بالكافرين، وقد جاء عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: " من أشد
الناس عذاباً يوم القيامة عالم لم ينفعه الله بعلمه " . والتشبه بالكافرين
حرام وإن لم يقصد ما قصده، بدليل ما روي عن ابن عمر عن رسول الله : " من
تشبه بقوم فهو منهم " . رواه أبو داود وغيره في السنن. فهذا الحديث أقر
أحوالاً تقتضي تحريم التشبه بهم.
روى
عمر بن شعيب، عن أبيه، عن جده أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: " ليس
منا من تشبه بغيرنا، لا تشبهوا باليهود ولا النصارى " . وعن أبي هريرة رضي
الله عنه، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: " خالفوا المشركين،
احفوا الشوارب، وأعفوا اللحى " فأمر رسول الله صلى الله عليه وسلم بمخالفة
المشركين مطلقاً.
وقال عمر بن الخطاب رضي الله عنه إياكم ورطانة الأعاجم، وأن تدخلوا على المشركين في كنائسهم.
وقال عبد الله بن عمر: من بنى بأرض المشركين وصنع نيروزهم ومهرجانهم وتشبه بهم حتى يموت حُشر معهم يوم القيامة.
وقد
شرط عليهم عمر بن الخطاب رضي الله عنه أن لا يظهروا أعيادهم في بلاد
المسلمين، فإذا كانوا ممنوعين من إظهار أعيادهم في بلادنا، فكيف يسع المسلم
فعلها؟ هذا مما يقوي طمعهم وقلوبهم في إظهارها، وإنما منعوا من ذلك لما
فيه من الفساد، إما لأنه معصية، وإما لأنه شعار الكفر. والمسلم ممنوع من
ذلك كله. وقال عمر بن الخطاب رضي الله عنه: اجتنبوا أعداء الله في دينهم،
فإن السخط ينزل عليهم. فموافقتهم في أعيادهم من أسباب سخط الله تعالى لأنه
إما محدث وإما منسوخ.
Tidak sepantasnya seorang muslim untuk
bertasyabuh (menyerupai) orang-orang kafir dalam perkara hari-hari raya
mereka itu. Juga tidak boleh menyepakati mereka di atas hal itu.
Allah berfirman kepada Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam:
“Kemudian
Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat dari agama itu, maka
ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang
yang tidak mengetahui. Sesungguhnya mereka sekali-kali tidak akan dapat
menolak dari kamu sedikitpun dari siksaan Allah. Dan Sesungguhnya
orang-orang yang zalim itu sebagian mereka menjadi penolong bagi
sebagian yang lain, dan Allah adalah pelindung orang-orang yang
bertakwa.” (Al-Jatsiyah: 18-19)
Sedangkan
yang dimaksud dengan hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui
adalah segala sesuatu kecenderungan untuk melakukan hal-hal yang bathil.
Dan bagi seorang yang berilmu (alim), tidak boleh mengikuti segala yang
dilakukan oleh orang-orang yang bodoh tersebut.
Allah berfirman kepada Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam:
“Dan
sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu
kepadamu, sesungguhnya kamu -kalau begitu- termasuk golongan orang-orang
yang zalim.” (QS. Al-Baqarah: 145)
Jika
demikian ini firman Allah kepada Nabi-Nya, maka bagaimana keadaan
selain Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam jika mencocoki
orang-orang bodoh atau orang-orang kafir dan berbuat seperti perbuatan
mereka yang tidak diijinkan Allah dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa
sallam dan mengikuti mereka dalam perkara ciri khusus agama mereka dan ciri khusus para penganut agama mereka.
Engkau lihat banyak para tokoh kaum muslimin yang mengetahui ilmu yang
zhahir namun mereka tidak memiliki ilmu bathin, mereka berbuat hal
demikian bersama orang-orang bodoh pada perayaan-perayaan orang-orang
kafir dengan bentuk menyerupai orang-orang kafir.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam terah bersabda:
من أشد الناس عذاباً يوم القيامة عالم لم ينفعه الله بعلمه
“Di
antara orang yang paling keras siksanya pada hari kiamat adalah seorang
alim yang Allah tidak memberi manfaat dia dengan ilmunya (dengan
mengamalkannya).” (HR. Ath-Thabarani, Said bin Manshur, Ibnu Adi dan Al-Baihaqi)
Tasyabbuh
(menyerupai) orang-orang kafir adalah haram meskipun tidak mempunyai
maksud seperti mereka, dengan dalil hadits Ibnu Umar radhiyallahu
‘anhuma dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
من تشبه بقوم فهو منهم
“Barangsiapa yang tasyabbuh dengan satu kaum, maka dia termasuk golongan mereka.” (HR. Abu Dawud didalam Sunannya dan lainnya)
Hadits ini menetapkan berbagai hal tentang dilarangnya menyerupai orang-orang kafir.
‘Amr bin Syu’aib telah meriwayatkan dari bapaknya dari kakeknya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
ليس منا من تشبه بغيرنا، لا تشبهوا باليهود ولا النصارى
“Bukan termasuk golongan kami orang yang menyerupai kaum selain kami. Jangan kalian menyerupai yahudi dan nashrani.”
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
خالفوا المشركين، احفوا الشوارب، وأعفوا اللحى
“Selisihilah kaum musyrikin, pendekkanlah kumis dan peliharalah jenggot.”
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan untuk menyelisihi kaum musyrikin secara mutlak.
Umar bin Al-Khaththab
radhiyallahu ‘anhu berkata: “Hendaklah kalian berhati-hati dari logat
khusus orang-orang non muslim, dan jangan kalian masuk bersama musyrikin
di gereja mereka.”
Abdullah bin
Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Barangsiapa yang tinggal di negeri
kaum musyrikin, melakukan hari raya niruz (tahun baru masehi persia) dan
mahrojan, serta menyerupai mereka hingga dia meninggal, maka dia akan
dikumpulkan bersama mereka pada hari kiamat.”
Umar
bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu menyaratkan kepada orang kafir
untuk tidak menampakkan hari raya mereka di negeri kaum muslimin. Jika
mereka saja dilarang untuk menampakkan hari raya mereka di negeri kita,
maka bagaimana boleh seorang muslim melakukannya? Ini termasuk perkara
yang akan memperkuat keinginan mereka dan hati mereka untuk menampakkan
hari raya mereka. Mereka dilarang dari hal itu karena mengandung
kerusakan, apakah itu maksiat, atau merupakan syiar orang kafir. seorang
muslim dilarang rai itu semua.
Umar bin Al-Khaththab
radhiyallahu ‘anhu berkata: “Jauhilah musuh-musuh Allah dalam agama
mereka, sesungguhnya kemurkaan Allah turun atas mereka. Mencocoki mereka
dalam hari-hari raya mereka termasuk sebab kemurkaan Allah, karena hal
itu tidak terlepas merupakan suatu perkara yang diadakan (muhdats) atau
perkara yang dimansukh.”
(Sumber: Al-Amru Bil Ittiba’ Wan Nahyu ‘An Al-Ibtida’)
(Sumber: Al-Amru Bil Ittiba’ Wan Nahyu ‘An Al-Ibtida’)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.