Penulis: Syaikh Muqbil bin Hadi al Wadi’i
Syaikh Muqbil rahimahullah ditanya ttg Abdurahman Abdul Khaliq (situs resminya salafi.net), ulama Ihya ut Turots al Islamiyyah Kuwait, pembela pemahaman Sururiyyah (Muhammad Surrur) dan direkam pada tanggal 22 Syawal 1416 H bertepatan dengan 23 Maret 1995.
“…jadi sangatlah cocok jika kita katakan bahwa Abdurrahman Abdul Kholiq adalah SALFATY, dengan sin, lam dan fa dari SALAFY dan ta dan ya dari DEMOKRATY! Jadi beginilah, yaa ikhwan! Beginilah kondisi Abdurrahman Abdul kholiq sekarang. Dia patut hanya mendapatkan kritikan (jarh) dan tanpa mendapatkan ta’dil (pujian). Dulu ketika dia masih berada di Madinaturrosul (kota Madinah, red) dia masih di atas kebenaran, dan ketika baru memulai urusannya di Kuwait juga masih diatas kebenaran’.
Kemudian Jam’iyyah Ihya’ut Turots (Yayasan untuk Kebangkitan Kebudayaan Islam) pantas diperingatkan, karena yayasan itu memecah da’i ilallah.
‘Kemudian apa ya ikhwan. Masalahnya adalah mereka tahu bahwa Sururi telah dikritik dengan sebenar-benarnya, lalu apakah kita harus mengatakan, ‘kita harus menyebutkan kebaikan-kebaikannya juga disamping kejelekan-kejelekannya’? Mereka [Jam'iyyah Ihyaut Turots] tidak pantas untuk disebutkan kebaikannya. “Binasalah kedua tangan Abu Lahab (paman nabi) dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidak berfaidah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. (Dan begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar, yang di lehernya ada tali dari sabut.” (Al-Lahab: 1-5). Dan Imam Bukhari memberi bab untuknya [ayat tadi] pada bab kubur, yaitu bab yang membicarakan siksa kubur (jilid 2 hal. 270)
Dan Musa berkata kepada umatnya: “Sesungguhnya kalian berada pada kesesatan yang nyata” {Al-Qashas (28): 18}. Dan juga Allah berfirman: “Dan janganlah taat pada setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah, yang sangat enggan berbuat baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa, yang kaku dan kasar, selain dari itu yang kenal kejahatannya.” {Al-Qalam (68): 10-13}
Maka apakah harus disebutkan, yaa ikhwanana (saudara-saudaraku…) , bahwa orang-orang [yang disebutkan di ayat-ayat tadi] ini memiliki keberanian bangsa Arab [Keberanian termasuk sifat terpuji -pent.], atau bahwa mereka menyambut para jemaah haji, dan mereka memiliki sifat-sifat baik? Ternyata kebaikan-kebaikan ini tidak disebutkan. ‘Justru yang disebutkan adalah kekufuran mereka’, wallahu musta’an.
Selain itu, mereka [Jam'iyyah Ihyaut Turots] juga telah dipengaruhi oleh dakwah Ikhwanul Muslimin (pendirinya Hasan al Banna, red). Mereka terpengaruh dalam masalah organisasi dan hizbiyyah, dan pemilu, dan demokrasi, dan …
Yang paling penting adalah bahwa Abdurrahman Abdul Khaliq adalah khabiits (busuk). “Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah kami berikan kepadanya ayat-ayat kami (pengetahuan tentang isi al-kitab) kemudian dia melepaskan diri daripada ayat-ayat itu. Lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai ia tergoda). Maka jadilah ia orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu. Tetapi dia cenderung pada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah. Maka perumpamaannya seperti anjing yang jika kamu menghalaunya, diulurkannya lidahnya, dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikianlah orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berpikir.” {QS al-A’raaf (7): 175-176}
Dia khabits (busuk). Kemudian setelah ini, juga beberapa ihwananal karim dari Kuwait seperti Abdul-Lathif ad-Dirbas dan sejumlah ikhwan, dia [Abdurrahman Abdul Kholiq] menyebutnya ‘Al-Juhaimany.’ Dia menyebut mereka [Abdul Latif ad Dirbas dan sejumlah ikhwan] dengan sebutan Al-Juhaimany, padahal mereka tidak mengikuti Juhaiman, mereka pengikut Kitab dan Sunnah.
Na’am (benarlah), yaa ikhwanana! Kemudian dia [Abdurrahman Abdul kholiq] terperosok lebih jauh dalam penggunaan gambar-gambar, na’am, yaitu yang dia telah dihantam karena hal ini [penggunaan gambar-gambar]. Juga tuduhannya kepada ulama yang mulia dan mengatakan bahwa mereka [para ulama] tidak tahu apa-apa tentang ilmu dan kondisi waqi’ (berita-berita di media massa, red).
Dan saya perhatikan bahwa dosanya yang paling besar adalah memecah-belah Ahlus-Sunnah, memecah dai-dai ilallah. Na’am, dia sesatkan para da’i dengan dinarnya, bukan dengan pemikiran-pemikirannya. Maka dia [Abdurrahman Abdul kholiq] mendirikan pusat-pusat [dakwah]. Yaa miskiin Ihyaut Thurots! Dia mendirikan pusat-pusat dakwah dari Kuwait ke Indonesia, dari Kuwait ke Mesir, dari Kuwait ke Emirat Arab, dari Kuwait ke yang lainnya (Indonesia, yakni Abu Nida’ cs, lihat http://www.salafy.or.id/download/atturots/).
Membangun pusat-pusat dakwah dan Jam’iyah Ihyaut Thurots yang akan membiayainya. Saya katakan: Ini adalah suatu kesalahan jika memberi dana [sebagai donatur] kepada Jam’iyah Ihyaut Thurots. Ini adalah kesesatan yang besar karena mereka memecah-belah ahlussunnah. Mereka memecah-belah ahlussunnah di Jeddah, memecah-belah ahlussunnah di Sudan, dan mereka memanggil para pengikutnya dengan [nama] jamaah sesuai hawa nafsunya.
Na’am, dan di situ ada golongan sampah juga, yang kepadanya dia mengemis dinarnya, bukan pemikirannya. Dan kita beri kabar baik untuk para pemuda Salafy dari Kuwait, bahwa Jam’iyah Ihyaut Thurots telah menghabiskan dana yang sangat besar untuk mereka yang telah berubah di sini, di Yaman [agar menjadi pengikut mereka]. Akan tetapi seruan mereka mati dan tak berpengaruh. Na’am, dan telah dikatakan oleh beberapa orang di Kuwait [dari kalangan mereka] bahwa kita tidak memiliki dakwah selama Muqbil masih di Yaman. Na’am, ini ni’mat dari Rabb-ku, karena kamu telah memisahkan dirimu sendiri wahai orang yang berkata ‘bahwa kita tidak memiliki dakwah di Yaman selama Muqbil masih di Yaman’.
Dan kami balas membantahmu dengan kaset-kaset dan buku-buku yang dikirim ke Kuwait. Na’am, Wallahi, Abu Thalhah menginformasikan kepadaku, yaa ikhwananaa, Abu Thalhah al-Hadrami berkata, setelah mereka mendengar kasetmu [Syaikh Muqbil] dan membaca buku-bukumu, ‘Belajarlah! Belajarlah!. Abu Thalhah berkata, ‘Lalu saya kunjungi mereka setelah satu bulan dan mereka [orang-orang kuwait] berkata: ‘Syaikh Abdurrahman [abdul Kholiq] kadang benar dan kadang salah, ada sesuatu yang tidak diketahuinya dan ada sebagian yang diketahuinya. Apa bukti akhirnya? Buktinya adalah fakta’. (Perubahan ini tejadi setelah mereka mendengar kaset-kaset ini dan lainnya) dalam waktu yang singkat, dan segala puji adalah milik Allah, ini adalah ni’mat dari Rabbku.
Maka kami putuskan untuk membantah dengan kaset-kaset dan buku-buku kami [terhadap] Jam’iyyah Ihyaut Turots dan Abdurrahman Abdul kholiq serta si “goyah” Abdullah ats Tsabt [mengacu pada namanya As Tsabt=kokoh]. Adalah benar bahwa ia memiliki pemahaman aqidah yang shahih dan pemahamannya tentang ikhwanul-muflisin (aliran Ikhwanul Muslimin yang menyimpang, red) juga benar, tetapi dari beberapa ikhwah kita telah mendengar pertentangan ucapannya satu sama lain dalam kasetnya. Kadang dia mendukung hizbiyyah, kadang dia menentangnya -dalam satu kaset yang sama! Kadang dia mendukung jama’ah-jama’ah, di lain waktu dia mengingkari mereka, begitulah dia. Belajarlah! Belajarlah! Wahai Abdullah Ats Tsabt! Aku nasehatkan untuk Allah, mencari wajah Allah, kamu hendaklah belajar dan menelaah dan berdoalah kepada Allah agar kamu diberikan ilmu yang terang dan tidak plin-plan.
Sesuatu yang aku berterimakasih kepadamu adalah aku mendengar engkau berkata dalam sebuah kaset: “Abu Abdurrahman Muqbil Al Wadi’i adalah Salafy Sunni, dan saya tidak meragukan ke-salafy-annya dan ke-sunni-annya”, tetapi walaupun kamu mengatakan itu siang dan malam, kuberitahukan padamu bahwa, demi Allah, aku tidak berbicara tentang kamu karena kemarahan, tetapi karena kewajiban agama ini padaku. Saya harus berbicara dan memperingatkanmu dari hizbiyyah yang kamu berada diatasnya, maka bebaskanlah dirimu dari belenggu hizbiyyah. [Memberikan peringatan] Ini adalah kewajiban: “Barang siapa diantara kamu melihat suatu kemungkaran maka ubahlah dengan tangan, jika tidak mampu maka ubahlah dengan lisan, dan jika tidak mampu maka dengan hati dan itu adalah selemah-lemah iman.”
Sungguh perbuatan yang memalukan, perbuatan memalukan, ya ikhwanana, perbuatan yang memalukan di Yaman. Na’am, Abdul Qodir dan Muhammad Abdul Jalil al-Kuwaiti datang dan memberi mereka kekayaan, lalu apa yang terjadi? Mereka berusaha untuk menjadi satu-satunya pengendali dan memotong dari yang lainnya karena masalah itu, untuk masalah tersebut seorang ikhwan datang padaku, dia bernama Muhammad, pimpinan redaksi majalah Kuwait Al Furqon, saya tidak tahu bagaimana keadannya sekarang. Maka kukatakan padanya: ‘Apa ini?’ Dia katakan: ‘Kami tidak pernah ditampar di wajah di negeri manapun seperti tamparan yang kami terima di Yaman!’
Ya, rakyat Yaman akan memakan kekayaan partai sampai uangnya mengering lalu mereka pindah ke partai lain dan menghabiskan dananya dan meninggalkannya, begitu seterusnya. Jadi mereka akan meng-ganyang Ihyaut Turots sampai mereka mengganyang apapun yang dimilikinya lalu pindah ke partai lain, Wallahul musta’an.
Lalu nasehatku untuk Abdurrahman Abdul kholiq, hendaklah dia pergi dan belajar, ambil kitab dan duduklah di majelis Syaikh Utsamin, Syaikh yang mereka katakan tidak tahu apa-apa dan tidak tahu waqi’; atau Syaikh bin Baaz yang mereka katakan tidak tahu apa apa tentang waqi’.
Dia seharusnya mengambil kitab dan merendahkan dirinya di hadapan Allah Azza wa Jalla, dan belajar. Saya nasehatkan dia untuk mencari wajah Allah. Saya katakan kepada beberapa ikhwah dari Kuwait, “Dakwahmu telah berlangsung sekian lama sejak kami masih di Madinah, dan kamu masih belum mang-hasilkan seorang murid yang ber ‘ilmu, walaupun satu, wahai Abdurrahman Abdul Kholiq? Dia berkata pada saya, ‘Anda benar’, dan para pengikut setia Jam’iyyah Ihyaut Turots mereka mengatakan: ‘ketika kami melihat bahwa ini adalah kejadian dimana kami mulai menambah jumlah mahasiswa kami di Universitas Saudi.’
Ya, Saya nasihatkan kepada para pemuda Kuwait untuk meninggalkan dia dan menjauhinya: “Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang-orang zalim menggigit kedua tangannya, seraya berkata: ‘aduhai sekiranya dulu aku mengambl jalan bersama-sama Rosul. Keelakaan besarlah bagiku; kiranya aku dulu tidak menjadka si fulan itu teman akrabku’.”
Saya nasihatkan kalian, wahai para pemuda Kuwait, untuk selalu ingat dan berpikir, ‘apakah Abdurrahman Abdul Khaliq yang lebih alim atau Ahmad bin Hanbal? Apakah Abdurrahman Abdul Khaliq yang lebih taqwa kepada Allah ataukah Ahmad bin Hanbal? Apakah Abdurrahman Abdul Khaliq yang lebih shaleh atau Ahmad bin Hanbal?.
Benar, wahai saudaraku, kalau kita pengikut buta kita tentu mengikuti Ahmad bin Hanbal -rahimahullah- secara buta, tetapi kita meyakini bahwa taqlid adalah dilarang, dan kalian tidak boleh ragu bahwa kalian akan tetap buta selama kalian mengikuti Abdurrahman Abdul Khaliq. Abdurrahman Abdul Khaliq, yang menerbitkan majalah ‘al-Furqan’ di mana ia mengatakan dalam majalah tersebut, ‘Saddam adalah seorang mukmin’ (padahal pendiri paham sosialis komunis (Ba’ath), red). Ya, demi Allah, [ia mengatakan bahwa Saddam adalah] seorang mukmin! Kemudian apa yang terjadi setelah itu? Saddam al-Ba’tsi (komunis)- [yang mereka nyatakan sebagai] seorang mukmin, tetapi ketika kemudian Saddam menyerang mereka, lalu apa yang terjadi, yaa ikhwan? Dia mengubah pernyataannya sebelumnya dari mukmin menjadi kafir. Kita nyatakan bahwa Saddam adalah kafir sebelum dan sesudah [penyerangan itu]. Jadi mereka adalah orang-orang yang emosional dan berbicara dengan emosinya tanpa dilandasi dengan ilmu, memang begitulah mereka.
Selanjutnya, mungkin ada yang berkata, ‘Masalahnya sudah selesai sekarang, Syaikh Ibnu Baaz telah menulis surat kepadanya [Abdurrahman Abdul Khaliq] dan dia telah menarik ucapannya.’ Saya katakan: Bahwa dia rujuk dari ucapannya itu bukanlah apa-apa jika dibandingkan dengan pemecah-belahannya terhadap Ahlus-Sunnah, ini satu hal. Dan dalam hadis Jabir, [disana diceritakan bahwa] Muhammad -shallalllahu ‘alaihi wa sallam- telah memecah-belah umat. Dulu, Nabi -shallalllahu ‘alaihi wa sallam- telah memisahkan antara Muslim dan kafir. Bisa jadi seorang laki-laki adalah muslim sedangkan istrinya adalah kafir, sehingga laki-laki itu akan mengikuti kaum muslimin sedangkan istrinya mengikuti kaum kafir. Bisa jadi seorang laki-laki kafir sedangkan istrinya adalah muslim, dan begitu sebaliknya. Inilah perpecahan [yang memang sudah seharusnya terjadi, antara Muslim dan kafir].
Tetapi perpecahan yang kita bicarakan ini datang dari belakang. Abdurrahman Abdul Khaliq, saya khawatir dia dengan sengaja masuk ke kancah dakwah, dia memecah-belah dakwah Ahlus-Sunnah. Jadi jangan dikira bahwa perkara yang Abdurrahman Abdul Khaliq telah rujuk darinya adalah segala-segalanya yang dia dikritik karena itu. Perkataannya itu bukanlah segala-galanya, tidak juga seper-sepuluhnya, atau seper-duapuluhnya, bahkan tidak sampai seper-limapuluhnya. Dan alasan untuk hal ini adalah karena dia tidak membekali dirinya dengan ilmu.
Jadi bantahan saudara kita Rabi’ bin Hadi (asisten profesor di Univ. Islam Madinah, red), saya telah membacanya, adalah bantahan yang sangat baik, semoga Allah membalasnya dengan kebaikan. Beliau menjelaskan siapa sebenarnya dia [Abdurrahman Abdul Khaliq], dan saya katakan apabila orang yang berpikir jernih dari kalangan muda Kuwait membaca penjelasan beliau, maka mereka akan berlepas diri dari Abdurrahman Abdul Khaliq dan dari Jam’iyyah Ihyaut Thurots yang mendukung Abdurrahman Abdul Khaliq.
Siapa Abdurraman Abdul Khaliq? Dia bukan apa-apa. Dinar-lah yang membuatnya menjadi sesuatu, dan menyebabkan mereka [Ihyaut Thurots] memuat gambar-gambarnya di koran-koran, dan [dinarlah yang] menjalankan aktivitas mereka, dinar-lah yang berperan, bukan Abdurrahman Abdul Khaliq. Na’am, saya tanya kepadamu wahai Abdurrahman Abdul Khaliq, di mana kamu seharusnya berada jika kamu memang ingin berbuat baik? Dimana kamu lebih dibutuhkan?
Negerimu Mesir atau Kuwait?! Ya, negerimu Mesir, saudaraku, di mana di sana ada tempat keramat Al-Badawi; negerimu adalah Mesir di mana di sana terdapat tempat suci Al-Husain, seperti anggapan mereka, tempat yang mereka klaim sebagai kuburan Al-Husain; negerimu adalah Mesir di mana seorang nenek tua berkata, ‘Wahai tuanku Husain, kirimlah pertolongan kepada kami.’ Jadi bila kamu benar-benar ingin berdakwah, kembalilah ke negerimu dan bangunlah pusat dakwah di sana, ajarilah masyarakat sebatas ilmu yang kamu miliki, dan kamu sendiri juga harus terus belajar. Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan. Saya menangkap, kata-katanya tidak bernilai dan tidak berarti apa-apa, ini satu hal; dan saya katakan bahwa majalah ‘al-Furqan’ atau majalahnya para gelandangan Yaman, di mana si pendusta bodoh ‘Ammar bin Nashir menulis di majalah tersebut, saya tidak berkenan untuk membantahnya karena bantahan kami hanya ditujukan kepada orang-orang yang berilmu. Seperti ‘Ali Ridha yang mengkritik empat buah hadis dalam kitab “Al-’Ilal”, maka kami telah membantahnya, alhamdulillah, dalam kitab kecil, ini semua atas karunia Allah. Kami menanggapi thalabul ilmi yang memiliki ilmu. Tetapi kepada orang-orang yang tidak berarti [tidak berilmu], maka tidak [layak untuk ditanggapi].
“Kalau saya sumpalkan batu pada mulut setiap anjing yang menggonggong, maka akan habis dinar untuk membeli batu-batu, kalau setiap lalat yang terbang saya halau, maka lalat itu akan menjadi sesuatu yang penting di mata saya”. Al-Furqan hanyalah sebuah majalah yang muncul, atau sebuah kitab, untuk setiap dinar Kuwait yang mereka bayarkan, tetapi nanti akan mati, sekarang atau besok, atau besoknya lagi. Dulu, orang-orang mencintai Abdurrahman Abdul Khaliq, dan mengambil keuntungan dari buku-bukunya. Tetapi sekarang, hanya tinggal orang-orang yang tertarik dengan uang [yang masih 'menciantainya'], seperti Muhammad al-Mahdi. Hal penting seperti yang telah aku katakan kepadamu adalah bahwa orang-orang yang mengikutinya dari Sudan adalah orang-orang yang memiliki kepentingan pribadi.
Orang yang menjual dakwah demi dinar adalah orang yang bangkrut dan merugi: “Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang-orang yang menyeru kepada Allah, dan mengerjakan amal sholeh dan berkata: ‘sesungguhnya aku termasuk orang-orang yag berserah diri’?” (QS. Fushshilat (41): 33)
Sungguh bangkrut dan merugi orang yang menjual dakwah demi membangun masjid, [dia berkata]: ‘Bangunkan untuk kami sebuah masjid dan kami, insya Allah, salafy.’ Ya, tetapi ‘salafy’-nya Abdurrahman Abdul Khaliq yang membolehkan demokrasi, membolehkan pemilu, dan membolehkan demonstrasi.
Tetapi kami salafy, kami tidak menginginkan masjidmu. Dan kami tidak menginginkan dinarmu, Allah telah mencukupi kami dari merasa butuh dari hal itu. Dan kami tidak menginginkan bantuanmu.
Kami harus menjelaskan kesesatan-kesesatanmu dan menunjukkan betapa kamu berseberangan dengan al-Kitab dan as-Sunnah, Wallahul-musta’an, dan hal itu tidak bisa disangkal lagi. Dan alhamdulillah, Syaikh Rabi’ telah telah membuat [bantahan atas kesesatan-kesesatan Abdurrahman Abdul Khaliq], semoga Allah membalasnya.
(Abdurrahman Abdul Khaliq) Ya, dia seorang mubtadi’, dan hendaklah yang hadir memberitahu yang tidak hadir. Karena dia menyeru kepada hizbiyyah, Allah berfirman dalam kitab suci-Nya: “dan perpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai.” (Ali ‘Imran (3): 103)
Dan diantara ahlul ilmi ada menyatakan bahwa orang yang taklid buta pada salah satu dari empat madzhab, atau salah satu dari madzhab-madzhab yang ada, maka dia termasuk mubtadi’, seperti disebutkan As-Shan’ani dalam ‘Irsyadin nuqaad ilaa taisiril ijtihad’, (maka) orang yang taklid buta pada bentuk hizbiyyah yang tercela ini, dia termasuk mubtadi’. Dia [Abdurrahman Abdul Khaliq] juga menyerang saudaranya ahlus-sunnah, mendukung demokrasi, dan masya Allah, dia [melakukan semua itu] beralasan dengan dalih kerja sama. Siapa yang menolak kerja sama?! dan mengatakan ‘Saya akan bekerja sendiri,’ sedangkan Allah berfirman: “Tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa.” (al-Maidah (5): 2)
Dan Nabi shallallau ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘seorang mukmin dengan mukmin lainnya seperti sebuah bangunan, satu bagian mendukung bagian lainnya’. Jadi siapa yang menolak kerja sama?! Tetapi [kita bekerja sama] dalam ikatan Al-kitab dan As-Sunnah. Namun, apa bentuk kerja sama mereka? Pimpinan menyuruh kami untuk memotong jenggot kami, maka kami pun potong jenggot, sedangkan Rasulullah shallallau ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Cukurlah kumis dan biarkan jenggot.’
Pimpinan menyuruh kami agar difoto, maka kami pun berfoto. Pimpinan mengatakan bahwa seseorang tidak dapat bekerja untuk Islam kecuali dengan melakukan sesuatu yang telah dilarang [syariat]. Dan begitulah bentuk kerjasama mereka.
Saya memuji dan bersyukur kepada Allah atas kebaikan yang telah Dia bawakan melalui tangan para penyeru sunnah, dari kalangan ahlussunnah di Yaman. Pergilah kepada saudaramu yang mereka mendukungmu dengan dinar, kamu akan menjumpai mereka dalam keadaan: “mati, tidak hidup, dan mereka tidak menyadari kapan mereka akan dibangkitkan” (an-Nahl (16): 21)
Dan mereka tidak tahu kapan mereka akan jatuh. Mereka berharap untuk jatuh, maka pergilah kepada (lihatlah) saudara-saudaramu! Berbeda dengan da’wah ahlussunnah, yang Allah nyatakan dalam kitab sucinya, “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya.” (QS. Ibrahim (14): 24-25)
Alhamdulillah, dakwah ahlussunnah tersebar luas di Yaman, dan di luar Yaman. Aku berikan kabar gembira kepadamu bahwa telah datang kaset dari Inggris, pertanyaan dari Inggris, Amerika, Jerman, dan dari banyak negeri yang menanyakan tentang Abdurrahman Abdul Khaliq dan Jam’iyah Ihyaut Thurots, dan kami peringatkan mereka dengan keras dari terjatuh bersama mereka, dan saya katakan untuk memohon pertolongan kepada Allah, dan berdakwahlah sebatas dengan ilmu yang kamu miliki, dan ini bukan perkara uang, karena nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya senantiasa dalam keadaan lapar, kekurangan pakaian, dan sakit. Maka tetaplah bersabar dan berdakwah sebatas ilmu yang kamu miliki, dan jangan menjual dakwah untuk ini dan itu.
(Artikel ini adalah terjemahan dari versi bahasa Inggris dari fatwa Syaikh Muqbil rahimahullah yang direkam pada tanggal 22 Syawal 1416 H bertepatan dengan 23 Maret 1995. Diambil dari http://privatewww.essex.ac.uk/~islamic/ilm/manhaj/arkh.html – Website pribadi sdr. Abu Iyad Amjad Rafiq Da’i dan Webmaster spubs.com dari Inggris. Juga coba baca artikel ini dari website Salafi Publications: Abdurrahman Abdul Khaliq klik spubs.com . Gunakan kata kunci al turath, at turath, alturath, aturas, atturas, at turot, at turots, al toorath, al torath, al turats, al torats untuk mencari ttg At Turots lebih lanjut di Internet)
sumber: http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=263
Syaikh Muqbil rahimahullah ditanya ttg Abdurahman Abdul Khaliq (situs resminya salafi.net), ulama Ihya ut Turots al Islamiyyah Kuwait, pembela pemahaman Sururiyyah (Muhammad Surrur) dan direkam pada tanggal 22 Syawal 1416 H bertepatan dengan 23 Maret 1995.
“…jadi sangatlah cocok jika kita katakan bahwa Abdurrahman Abdul Kholiq adalah SALFATY, dengan sin, lam dan fa dari SALAFY dan ta dan ya dari DEMOKRATY! Jadi beginilah, yaa ikhwan! Beginilah kondisi Abdurrahman Abdul kholiq sekarang. Dia patut hanya mendapatkan kritikan (jarh) dan tanpa mendapatkan ta’dil (pujian). Dulu ketika dia masih berada di Madinaturrosul (kota Madinah, red) dia masih di atas kebenaran, dan ketika baru memulai urusannya di Kuwait juga masih diatas kebenaran’.
Kemudian Jam’iyyah Ihya’ut Turots (Yayasan untuk Kebangkitan Kebudayaan Islam) pantas diperingatkan, karena yayasan itu memecah da’i ilallah.
‘Kemudian apa ya ikhwan. Masalahnya adalah mereka tahu bahwa Sururi telah dikritik dengan sebenar-benarnya, lalu apakah kita harus mengatakan, ‘kita harus menyebutkan kebaikan-kebaikannya juga disamping kejelekan-kejelekannya’? Mereka [Jam'iyyah Ihyaut Turots] tidak pantas untuk disebutkan kebaikannya. “Binasalah kedua tangan Abu Lahab (paman nabi) dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidak berfaidah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. (Dan begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar, yang di lehernya ada tali dari sabut.” (Al-Lahab: 1-5). Dan Imam Bukhari memberi bab untuknya [ayat tadi] pada bab kubur, yaitu bab yang membicarakan siksa kubur (jilid 2 hal. 270)
Dan Musa berkata kepada umatnya: “Sesungguhnya kalian berada pada kesesatan yang nyata” {Al-Qashas (28): 18}. Dan juga Allah berfirman: “Dan janganlah taat pada setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah, yang sangat enggan berbuat baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa, yang kaku dan kasar, selain dari itu yang kenal kejahatannya.” {Al-Qalam (68): 10-13}
Maka apakah harus disebutkan, yaa ikhwanana (saudara-saudaraku…) , bahwa orang-orang [yang disebutkan di ayat-ayat tadi] ini memiliki keberanian bangsa Arab [Keberanian termasuk sifat terpuji -pent.], atau bahwa mereka menyambut para jemaah haji, dan mereka memiliki sifat-sifat baik? Ternyata kebaikan-kebaikan ini tidak disebutkan. ‘Justru yang disebutkan adalah kekufuran mereka’, wallahu musta’an.
Selain itu, mereka [Jam'iyyah Ihyaut Turots] juga telah dipengaruhi oleh dakwah Ikhwanul Muslimin (pendirinya Hasan al Banna, red). Mereka terpengaruh dalam masalah organisasi dan hizbiyyah, dan pemilu, dan demokrasi, dan …
Yang paling penting adalah bahwa Abdurrahman Abdul Khaliq adalah khabiits (busuk). “Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah kami berikan kepadanya ayat-ayat kami (pengetahuan tentang isi al-kitab) kemudian dia melepaskan diri daripada ayat-ayat itu. Lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai ia tergoda). Maka jadilah ia orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu. Tetapi dia cenderung pada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah. Maka perumpamaannya seperti anjing yang jika kamu menghalaunya, diulurkannya lidahnya, dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikianlah orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berpikir.” {QS al-A’raaf (7): 175-176}
Dia khabits (busuk). Kemudian setelah ini, juga beberapa ihwananal karim dari Kuwait seperti Abdul-Lathif ad-Dirbas dan sejumlah ikhwan, dia [Abdurrahman Abdul Kholiq] menyebutnya ‘Al-Juhaimany.’ Dia menyebut mereka [Abdul Latif ad Dirbas dan sejumlah ikhwan] dengan sebutan Al-Juhaimany, padahal mereka tidak mengikuti Juhaiman, mereka pengikut Kitab dan Sunnah.
Na’am (benarlah), yaa ikhwanana! Kemudian dia [Abdurrahman Abdul kholiq] terperosok lebih jauh dalam penggunaan gambar-gambar, na’am, yaitu yang dia telah dihantam karena hal ini [penggunaan gambar-gambar]. Juga tuduhannya kepada ulama yang mulia dan mengatakan bahwa mereka [para ulama] tidak tahu apa-apa tentang ilmu dan kondisi waqi’ (berita-berita di media massa, red).
Dan saya perhatikan bahwa dosanya yang paling besar adalah memecah-belah Ahlus-Sunnah, memecah dai-dai ilallah. Na’am, dia sesatkan para da’i dengan dinarnya, bukan dengan pemikiran-pemikirannya. Maka dia [Abdurrahman Abdul kholiq] mendirikan pusat-pusat [dakwah]. Yaa miskiin Ihyaut Thurots! Dia mendirikan pusat-pusat dakwah dari Kuwait ke Indonesia, dari Kuwait ke Mesir, dari Kuwait ke Emirat Arab, dari Kuwait ke yang lainnya (Indonesia, yakni Abu Nida’ cs, lihat http://www.salafy.or.id/download/atturots/).
Membangun pusat-pusat dakwah dan Jam’iyah Ihyaut Thurots yang akan membiayainya. Saya katakan: Ini adalah suatu kesalahan jika memberi dana [sebagai donatur] kepada Jam’iyah Ihyaut Thurots. Ini adalah kesesatan yang besar karena mereka memecah-belah ahlussunnah. Mereka memecah-belah ahlussunnah di Jeddah, memecah-belah ahlussunnah di Sudan, dan mereka memanggil para pengikutnya dengan [nama] jamaah sesuai hawa nafsunya.
Na’am, dan di situ ada golongan sampah juga, yang kepadanya dia mengemis dinarnya, bukan pemikirannya. Dan kita beri kabar baik untuk para pemuda Salafy dari Kuwait, bahwa Jam’iyah Ihyaut Thurots telah menghabiskan dana yang sangat besar untuk mereka yang telah berubah di sini, di Yaman [agar menjadi pengikut mereka]. Akan tetapi seruan mereka mati dan tak berpengaruh. Na’am, dan telah dikatakan oleh beberapa orang di Kuwait [dari kalangan mereka] bahwa kita tidak memiliki dakwah selama Muqbil masih di Yaman. Na’am, ini ni’mat dari Rabb-ku, karena kamu telah memisahkan dirimu sendiri wahai orang yang berkata ‘bahwa kita tidak memiliki dakwah di Yaman selama Muqbil masih di Yaman’.
Dan kami balas membantahmu dengan kaset-kaset dan buku-buku yang dikirim ke Kuwait. Na’am, Wallahi, Abu Thalhah menginformasikan kepadaku, yaa ikhwananaa, Abu Thalhah al-Hadrami berkata, setelah mereka mendengar kasetmu [Syaikh Muqbil] dan membaca buku-bukumu, ‘Belajarlah! Belajarlah!. Abu Thalhah berkata, ‘Lalu saya kunjungi mereka setelah satu bulan dan mereka [orang-orang kuwait] berkata: ‘Syaikh Abdurrahman [abdul Kholiq] kadang benar dan kadang salah, ada sesuatu yang tidak diketahuinya dan ada sebagian yang diketahuinya. Apa bukti akhirnya? Buktinya adalah fakta’. (Perubahan ini tejadi setelah mereka mendengar kaset-kaset ini dan lainnya) dalam waktu yang singkat, dan segala puji adalah milik Allah, ini adalah ni’mat dari Rabbku.
Maka kami putuskan untuk membantah dengan kaset-kaset dan buku-buku kami [terhadap] Jam’iyyah Ihyaut Turots dan Abdurrahman Abdul kholiq serta si “goyah” Abdullah ats Tsabt [mengacu pada namanya As Tsabt=kokoh]. Adalah benar bahwa ia memiliki pemahaman aqidah yang shahih dan pemahamannya tentang ikhwanul-muflisin (aliran Ikhwanul Muslimin yang menyimpang, red) juga benar, tetapi dari beberapa ikhwah kita telah mendengar pertentangan ucapannya satu sama lain dalam kasetnya. Kadang dia mendukung hizbiyyah, kadang dia menentangnya -dalam satu kaset yang sama! Kadang dia mendukung jama’ah-jama’ah, di lain waktu dia mengingkari mereka, begitulah dia. Belajarlah! Belajarlah! Wahai Abdullah Ats Tsabt! Aku nasehatkan untuk Allah, mencari wajah Allah, kamu hendaklah belajar dan menelaah dan berdoalah kepada Allah agar kamu diberikan ilmu yang terang dan tidak plin-plan.
Sesuatu yang aku berterimakasih kepadamu adalah aku mendengar engkau berkata dalam sebuah kaset: “Abu Abdurrahman Muqbil Al Wadi’i adalah Salafy Sunni, dan saya tidak meragukan ke-salafy-annya dan ke-sunni-annya”, tetapi walaupun kamu mengatakan itu siang dan malam, kuberitahukan padamu bahwa, demi Allah, aku tidak berbicara tentang kamu karena kemarahan, tetapi karena kewajiban agama ini padaku. Saya harus berbicara dan memperingatkanmu dari hizbiyyah yang kamu berada diatasnya, maka bebaskanlah dirimu dari belenggu hizbiyyah. [Memberikan peringatan] Ini adalah kewajiban: “Barang siapa diantara kamu melihat suatu kemungkaran maka ubahlah dengan tangan, jika tidak mampu maka ubahlah dengan lisan, dan jika tidak mampu maka dengan hati dan itu adalah selemah-lemah iman.”
Sungguh perbuatan yang memalukan, perbuatan memalukan, ya ikhwanana, perbuatan yang memalukan di Yaman. Na’am, Abdul Qodir dan Muhammad Abdul Jalil al-Kuwaiti datang dan memberi mereka kekayaan, lalu apa yang terjadi? Mereka berusaha untuk menjadi satu-satunya pengendali dan memotong dari yang lainnya karena masalah itu, untuk masalah tersebut seorang ikhwan datang padaku, dia bernama Muhammad, pimpinan redaksi majalah Kuwait Al Furqon, saya tidak tahu bagaimana keadannya sekarang. Maka kukatakan padanya: ‘Apa ini?’ Dia katakan: ‘Kami tidak pernah ditampar di wajah di negeri manapun seperti tamparan yang kami terima di Yaman!’
Ya, rakyat Yaman akan memakan kekayaan partai sampai uangnya mengering lalu mereka pindah ke partai lain dan menghabiskan dananya dan meninggalkannya, begitu seterusnya. Jadi mereka akan meng-ganyang Ihyaut Turots sampai mereka mengganyang apapun yang dimilikinya lalu pindah ke partai lain, Wallahul musta’an.
Lalu nasehatku untuk Abdurrahman Abdul kholiq, hendaklah dia pergi dan belajar, ambil kitab dan duduklah di majelis Syaikh Utsamin, Syaikh yang mereka katakan tidak tahu apa-apa dan tidak tahu waqi’; atau Syaikh bin Baaz yang mereka katakan tidak tahu apa apa tentang waqi’.
Dia seharusnya mengambil kitab dan merendahkan dirinya di hadapan Allah Azza wa Jalla, dan belajar. Saya nasehatkan dia untuk mencari wajah Allah. Saya katakan kepada beberapa ikhwah dari Kuwait, “Dakwahmu telah berlangsung sekian lama sejak kami masih di Madinah, dan kamu masih belum mang-hasilkan seorang murid yang ber ‘ilmu, walaupun satu, wahai Abdurrahman Abdul Kholiq? Dia berkata pada saya, ‘Anda benar’, dan para pengikut setia Jam’iyyah Ihyaut Turots mereka mengatakan: ‘ketika kami melihat bahwa ini adalah kejadian dimana kami mulai menambah jumlah mahasiswa kami di Universitas Saudi.’
Ya, Saya nasihatkan kepada para pemuda Kuwait untuk meninggalkan dia dan menjauhinya: “Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang-orang zalim menggigit kedua tangannya, seraya berkata: ‘aduhai sekiranya dulu aku mengambl jalan bersama-sama Rosul. Keelakaan besarlah bagiku; kiranya aku dulu tidak menjadka si fulan itu teman akrabku’.”
Saya nasihatkan kalian, wahai para pemuda Kuwait, untuk selalu ingat dan berpikir, ‘apakah Abdurrahman Abdul Khaliq yang lebih alim atau Ahmad bin Hanbal? Apakah Abdurrahman Abdul Khaliq yang lebih taqwa kepada Allah ataukah Ahmad bin Hanbal? Apakah Abdurrahman Abdul Khaliq yang lebih shaleh atau Ahmad bin Hanbal?.
Benar, wahai saudaraku, kalau kita pengikut buta kita tentu mengikuti Ahmad bin Hanbal -rahimahullah- secara buta, tetapi kita meyakini bahwa taqlid adalah dilarang, dan kalian tidak boleh ragu bahwa kalian akan tetap buta selama kalian mengikuti Abdurrahman Abdul Khaliq. Abdurrahman Abdul Khaliq, yang menerbitkan majalah ‘al-Furqan’ di mana ia mengatakan dalam majalah tersebut, ‘Saddam adalah seorang mukmin’ (padahal pendiri paham sosialis komunis (Ba’ath), red). Ya, demi Allah, [ia mengatakan bahwa Saddam adalah] seorang mukmin! Kemudian apa yang terjadi setelah itu? Saddam al-Ba’tsi (komunis)- [yang mereka nyatakan sebagai] seorang mukmin, tetapi ketika kemudian Saddam menyerang mereka, lalu apa yang terjadi, yaa ikhwan? Dia mengubah pernyataannya sebelumnya dari mukmin menjadi kafir. Kita nyatakan bahwa Saddam adalah kafir sebelum dan sesudah [penyerangan itu]. Jadi mereka adalah orang-orang yang emosional dan berbicara dengan emosinya tanpa dilandasi dengan ilmu, memang begitulah mereka.
Selanjutnya, mungkin ada yang berkata, ‘Masalahnya sudah selesai sekarang, Syaikh Ibnu Baaz telah menulis surat kepadanya [Abdurrahman Abdul Khaliq] dan dia telah menarik ucapannya.’ Saya katakan: Bahwa dia rujuk dari ucapannya itu bukanlah apa-apa jika dibandingkan dengan pemecah-belahannya terhadap Ahlus-Sunnah, ini satu hal. Dan dalam hadis Jabir, [disana diceritakan bahwa] Muhammad -shallalllahu ‘alaihi wa sallam- telah memecah-belah umat. Dulu, Nabi -shallalllahu ‘alaihi wa sallam- telah memisahkan antara Muslim dan kafir. Bisa jadi seorang laki-laki adalah muslim sedangkan istrinya adalah kafir, sehingga laki-laki itu akan mengikuti kaum muslimin sedangkan istrinya mengikuti kaum kafir. Bisa jadi seorang laki-laki kafir sedangkan istrinya adalah muslim, dan begitu sebaliknya. Inilah perpecahan [yang memang sudah seharusnya terjadi, antara Muslim dan kafir].
Tetapi perpecahan yang kita bicarakan ini datang dari belakang. Abdurrahman Abdul Khaliq, saya khawatir dia dengan sengaja masuk ke kancah dakwah, dia memecah-belah dakwah Ahlus-Sunnah. Jadi jangan dikira bahwa perkara yang Abdurrahman Abdul Khaliq telah rujuk darinya adalah segala-segalanya yang dia dikritik karena itu. Perkataannya itu bukanlah segala-galanya, tidak juga seper-sepuluhnya, atau seper-duapuluhnya, bahkan tidak sampai seper-limapuluhnya. Dan alasan untuk hal ini adalah karena dia tidak membekali dirinya dengan ilmu.
Jadi bantahan saudara kita Rabi’ bin Hadi (asisten profesor di Univ. Islam Madinah, red), saya telah membacanya, adalah bantahan yang sangat baik, semoga Allah membalasnya dengan kebaikan. Beliau menjelaskan siapa sebenarnya dia [Abdurrahman Abdul Khaliq], dan saya katakan apabila orang yang berpikir jernih dari kalangan muda Kuwait membaca penjelasan beliau, maka mereka akan berlepas diri dari Abdurrahman Abdul Khaliq dan dari Jam’iyyah Ihyaut Thurots yang mendukung Abdurrahman Abdul Khaliq.
Siapa Abdurraman Abdul Khaliq? Dia bukan apa-apa. Dinar-lah yang membuatnya menjadi sesuatu, dan menyebabkan mereka [Ihyaut Thurots] memuat gambar-gambarnya di koran-koran, dan [dinarlah yang] menjalankan aktivitas mereka, dinar-lah yang berperan, bukan Abdurrahman Abdul Khaliq. Na’am, saya tanya kepadamu wahai Abdurrahman Abdul Khaliq, di mana kamu seharusnya berada jika kamu memang ingin berbuat baik? Dimana kamu lebih dibutuhkan?
Negerimu Mesir atau Kuwait?! Ya, negerimu Mesir, saudaraku, di mana di sana ada tempat keramat Al-Badawi; negerimu adalah Mesir di mana di sana terdapat tempat suci Al-Husain, seperti anggapan mereka, tempat yang mereka klaim sebagai kuburan Al-Husain; negerimu adalah Mesir di mana seorang nenek tua berkata, ‘Wahai tuanku Husain, kirimlah pertolongan kepada kami.’ Jadi bila kamu benar-benar ingin berdakwah, kembalilah ke negerimu dan bangunlah pusat dakwah di sana, ajarilah masyarakat sebatas ilmu yang kamu miliki, dan kamu sendiri juga harus terus belajar. Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan. Saya menangkap, kata-katanya tidak bernilai dan tidak berarti apa-apa, ini satu hal; dan saya katakan bahwa majalah ‘al-Furqan’ atau majalahnya para gelandangan Yaman, di mana si pendusta bodoh ‘Ammar bin Nashir menulis di majalah tersebut, saya tidak berkenan untuk membantahnya karena bantahan kami hanya ditujukan kepada orang-orang yang berilmu. Seperti ‘Ali Ridha yang mengkritik empat buah hadis dalam kitab “Al-’Ilal”, maka kami telah membantahnya, alhamdulillah, dalam kitab kecil, ini semua atas karunia Allah. Kami menanggapi thalabul ilmi yang memiliki ilmu. Tetapi kepada orang-orang yang tidak berarti [tidak berilmu], maka tidak [layak untuk ditanggapi].
“Kalau saya sumpalkan batu pada mulut setiap anjing yang menggonggong, maka akan habis dinar untuk membeli batu-batu, kalau setiap lalat yang terbang saya halau, maka lalat itu akan menjadi sesuatu yang penting di mata saya”. Al-Furqan hanyalah sebuah majalah yang muncul, atau sebuah kitab, untuk setiap dinar Kuwait yang mereka bayarkan, tetapi nanti akan mati, sekarang atau besok, atau besoknya lagi. Dulu, orang-orang mencintai Abdurrahman Abdul Khaliq, dan mengambil keuntungan dari buku-bukunya. Tetapi sekarang, hanya tinggal orang-orang yang tertarik dengan uang [yang masih 'menciantainya'], seperti Muhammad al-Mahdi. Hal penting seperti yang telah aku katakan kepadamu adalah bahwa orang-orang yang mengikutinya dari Sudan adalah orang-orang yang memiliki kepentingan pribadi.
Orang yang menjual dakwah demi dinar adalah orang yang bangkrut dan merugi: “Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang-orang yang menyeru kepada Allah, dan mengerjakan amal sholeh dan berkata: ‘sesungguhnya aku termasuk orang-orang yag berserah diri’?” (QS. Fushshilat (41): 33)
Sungguh bangkrut dan merugi orang yang menjual dakwah demi membangun masjid, [dia berkata]: ‘Bangunkan untuk kami sebuah masjid dan kami, insya Allah, salafy.’ Ya, tetapi ‘salafy’-nya Abdurrahman Abdul Khaliq yang membolehkan demokrasi, membolehkan pemilu, dan membolehkan demonstrasi.
Tetapi kami salafy, kami tidak menginginkan masjidmu. Dan kami tidak menginginkan dinarmu, Allah telah mencukupi kami dari merasa butuh dari hal itu. Dan kami tidak menginginkan bantuanmu.
Kami harus menjelaskan kesesatan-kesesatanmu dan menunjukkan betapa kamu berseberangan dengan al-Kitab dan as-Sunnah, Wallahul-musta’an, dan hal itu tidak bisa disangkal lagi. Dan alhamdulillah, Syaikh Rabi’ telah telah membuat [bantahan atas kesesatan-kesesatan Abdurrahman Abdul Khaliq], semoga Allah membalasnya.
(Abdurrahman Abdul Khaliq) Ya, dia seorang mubtadi’, dan hendaklah yang hadir memberitahu yang tidak hadir. Karena dia menyeru kepada hizbiyyah, Allah berfirman dalam kitab suci-Nya: “dan perpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai.” (Ali ‘Imran (3): 103)
Dan diantara ahlul ilmi ada menyatakan bahwa orang yang taklid buta pada salah satu dari empat madzhab, atau salah satu dari madzhab-madzhab yang ada, maka dia termasuk mubtadi’, seperti disebutkan As-Shan’ani dalam ‘Irsyadin nuqaad ilaa taisiril ijtihad’, (maka) orang yang taklid buta pada bentuk hizbiyyah yang tercela ini, dia termasuk mubtadi’. Dia [Abdurrahman Abdul Khaliq] juga menyerang saudaranya ahlus-sunnah, mendukung demokrasi, dan masya Allah, dia [melakukan semua itu] beralasan dengan dalih kerja sama. Siapa yang menolak kerja sama?! dan mengatakan ‘Saya akan bekerja sendiri,’ sedangkan Allah berfirman: “Tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa.” (al-Maidah (5): 2)
Dan Nabi shallallau ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘seorang mukmin dengan mukmin lainnya seperti sebuah bangunan, satu bagian mendukung bagian lainnya’. Jadi siapa yang menolak kerja sama?! Tetapi [kita bekerja sama] dalam ikatan Al-kitab dan As-Sunnah. Namun, apa bentuk kerja sama mereka? Pimpinan menyuruh kami untuk memotong jenggot kami, maka kami pun potong jenggot, sedangkan Rasulullah shallallau ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Cukurlah kumis dan biarkan jenggot.’
Pimpinan menyuruh kami agar difoto, maka kami pun berfoto. Pimpinan mengatakan bahwa seseorang tidak dapat bekerja untuk Islam kecuali dengan melakukan sesuatu yang telah dilarang [syariat]. Dan begitulah bentuk kerjasama mereka.
Saya memuji dan bersyukur kepada Allah atas kebaikan yang telah Dia bawakan melalui tangan para penyeru sunnah, dari kalangan ahlussunnah di Yaman. Pergilah kepada saudaramu yang mereka mendukungmu dengan dinar, kamu akan menjumpai mereka dalam keadaan: “mati, tidak hidup, dan mereka tidak menyadari kapan mereka akan dibangkitkan” (an-Nahl (16): 21)
Dan mereka tidak tahu kapan mereka akan jatuh. Mereka berharap untuk jatuh, maka pergilah kepada (lihatlah) saudara-saudaramu! Berbeda dengan da’wah ahlussunnah, yang Allah nyatakan dalam kitab sucinya, “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya.” (QS. Ibrahim (14): 24-25)
Alhamdulillah, dakwah ahlussunnah tersebar luas di Yaman, dan di luar Yaman. Aku berikan kabar gembira kepadamu bahwa telah datang kaset dari Inggris, pertanyaan dari Inggris, Amerika, Jerman, dan dari banyak negeri yang menanyakan tentang Abdurrahman Abdul Khaliq dan Jam’iyah Ihyaut Thurots, dan kami peringatkan mereka dengan keras dari terjatuh bersama mereka, dan saya katakan untuk memohon pertolongan kepada Allah, dan berdakwahlah sebatas dengan ilmu yang kamu miliki, dan ini bukan perkara uang, karena nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya senantiasa dalam keadaan lapar, kekurangan pakaian, dan sakit. Maka tetaplah bersabar dan berdakwah sebatas ilmu yang kamu miliki, dan jangan menjual dakwah untuk ini dan itu.
(Artikel ini adalah terjemahan dari versi bahasa Inggris dari fatwa Syaikh Muqbil rahimahullah yang direkam pada tanggal 22 Syawal 1416 H bertepatan dengan 23 Maret 1995. Diambil dari http://privatewww.essex.ac.uk/~islamic/ilm/manhaj/arkh.html – Website pribadi sdr. Abu Iyad Amjad Rafiq Da’i dan Webmaster spubs.com dari Inggris. Juga coba baca artikel ini dari website Salafi Publications: Abdurrahman Abdul Khaliq klik spubs.com . Gunakan kata kunci al turath, at turath, alturath, aturas, atturas, at turot, at turots, al toorath, al torath, al turats, al torats untuk mencari ttg At Turots lebih lanjut di Internet)
sumber: http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=263
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.