Halaman

Sabtu, 23 April 2011

Bantahan Tafsir Mimpi Muhammad Ilyas


bismilah
BANTAHAN TAFSIR MIMPI MUHAMMAD ILYAS
Disusun Oleh:
Abu Muhammad Abdurrahman Sarijan

Berkata Muhammad Manzur Al-Nu’maaniy menukil perkataan Syaikh Muhammad Ilyas tentang dirinya:”Terbuka jelas jalan dakwah ini ketika saya mendapatkan ilham dalam mimpi tentang tafsir baru firman Allah:
{كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ} (110) سورة آل عمران
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik” (QS. Ali Imron: 110).
Dan hal itu tidak dapat terwujud dengan tetap tinggal disatu tempat, berdasarkan dalil firman Allah ( أخرجت). Dan iman akan bertambah dengan khuruj ini, dengan dalil adanya firman Allah Azza wa Jalla ( وتؤمنون بالله ) setetelah firman-Nya ( أخرجت للناس ) dan makna kalimat ( أمة ) adalah bangsa arab dan ( الناس) adalah bangsa-bangsa selain arab1).
Berkata Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmiy hafizahullah Ta’ala ketika mengomentari pernyataan di atas:
a) Sesungguhnya Al-Qur’an tidak dapat ditafsirkan oleh orang-orang yang sedang tidur, sesungguhnya hal ini merupakan salah satu penafsiran Al-Kasyf dari para pengikut shufiyyah yang mana hal ini berasal dari Syaithon.
b) Perkataannya:” Dan hal itu tidak dapat terwujud dengan tetap tinggal disatu tempat..”. Ini adalah perkataan bathil. Sesungguhnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam telah mewujudkan dakwah sedangkan ia berada di Makkah dan Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab telah mewujudkan dakwah sedangkan ia berada di Ad-Dar’iyyah. Barangsiapa yang membuka madrosah dan mengajarkan ilmu kepada menusia maka ia telah menegakkan/mewujudkan dakwah di atas tangannya apabila ia melakukannya dengan ikhlash dan menasehati (ummat, pent) walaupun ia tinggal disuatu tempat.
c) Dan perkataannya:” Dan iman akan bertambah dengan khuruj... Pernyataan ini juga tidak benar, karena iman akan bertambah dengan keta’atan apabila menetapi syarat-syarat diterimanya suatu amal. Karena syarat diterimanya suatu amal adalah ikhlash dan benar dengan apa-apa yang disyari’atkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Ta’ala berfirman:
{وَيَزِيدُ اللَّهُ الَّذِينَ اهْتَدَوْا هُدًى …} (76) سورة مريم
“Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunju…” (QS. Maryam: 76).
Membaca Al-Qur’an dengan mentadaburinya, membaca As-Sunnah (Al-Hadits, pent) dengan tujuan untuk memahami Ad-Dien, berdzikir dengan dzikir-dzikir yang masyru’, melakukan sholat sunnah, shodaqoh, shaum dan lain sebagainya semuanya ini merupakan wasilah bertambahnya iman. Bertambahnya iman bukan karena khuruj.
d) Sedangkan tafsir ( أمة) khusus untuk bangsa arab saja dan ( الناس) untuk orang-orang selain bangsa arab, ini adalah penafsiran yang tidak pernah aku (Syaikh Ahmad Yahya, pent) lihat dari generasi terbaik ummat ini, bahkan khithob (ayat ini, pent) adalah kepada seluruh ummat Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, baik bangsa arab maupun bangsa selain arab.
Berkata Abdullah bin ‘Abas:
” هم الذين هاجروا من مكة وشهدوا بدرا والحديبية “
“Mereka adalah orang-orang yang berhijrah dari Makkah dan syahid di Badr dan Hudaibiyyah” (HR. Ahmad 1/272; An-Nasa’I dalam At-Tafsir 1/319 no. 92; Ath-Thabariy dalam Tafsirnya 7/110; Ibn Abi Haatim no. 1157; Ibn Abi Syaibah 12/155; Ath-Thabraniy dalam Al-Kabiir no. 12303; Al-Haakim 2/294 ia berkata:”Shahih menurut syarat Imam Muslim dan disepakati oleh Adz-Dzahabiy. Berkata Al-Hafiz (Ibn Hajar, pent) dalam Al-Fath 8/225:”Sanadnya bagus”)
Berkata ‘Umar ibn Al-Khothob:
” من فعل فعلهم فهو مثلهم “
“Barangsiapa yang melakukan apa-apa yang mereka lakukan maka ia seperti mereka”2)
Dan dalam hadits Shahih Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(( خير الناس قرني ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم…))
“Sebaik-baiknya manusia adalah pada masaku, kemudian setelahnya, kemudian setelahnya…” (HR. Bukhori no. 4557; Ath-Thabraniy 4/29-30; Ibn Abi Haatim no. 1161; Al-Haakim dalam Al-Mustadrok 4/84. Hadits ini dishahihkannya dan disepakati oleh Adz-Dzahabiy. Lihat Tafsir Ibn Katsir 1/392).
Berkata Syaikh Muhammad bin Hadi Al-Madkholiy hafizahullah:”Dan yang benar terhadap tafsir ayat: {كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ… } adalah umum untuk seluruh ummat di setiap masa.3 dan 4)

Catatan Kaki:
1) Lihat Al-Mauridul ‘Adzbul Zulal, hal: 250-251. Oleh: Syaikh Ahmad Yahya dan juga Jama’ah Tabligh, hal: 14. Oleh: Miyan Muhammad Aslam.
2) Lihat Ad-Durul Mantsur 2/293.
3) Lihat Tuhfatul Ahwadzi 8/353.
4) Dinukil dari kitab Al-Mauridul ‘Adzbul Zulal, hal: 265-268 dengan diringkas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.