Halaman

Selasa, 12 April 2011

Surat Terbuka Dari Penulis Buku ťakwah Salafiyah Dakwah Bijak? Untuk Situs Muslim.or.id (3)

Jawaban Atas Kritik yang Dilontarkan Pengelola Situs Muslim.or.id (Selesai)


(7) ?dan bagi para thulabul ilm yang sudah lama belajar niscaya mengetahui bahwa tajamnya pena si Abdurrahman Al Thalibi tertuju menikam dada para salafiyyin.

Perhatikan kalimat di atas ?tajamnya pena si Abdurrahman Al Thalibi. Pengelola situs itu menyebut nama penulis dengan kata-kata Ŵi?. Pada sebagian masyarakat di Indonesia, istilah Ŵi? memiliki konotasi negatif, yaitu digunakan untuk menyebut binatang. Selama saya menulis buku ťakwah Salafiyah? ini saya tidak pernah menyebut Ja��ar Umar, Umar As Sewed, Luqman Ba��bduh dan lainnya dengan kata-kata Ŵi?. Bahkan kadang mereka saya sebut dengan panggilan Ustadz (bukan Al Ustadz). Tentu kita tidak bisa memaksakan agar setiap orang bersikap lebih sopan, tetapi kata-kata Ŵi? itu jika diletakkan di depan nama-nama tertentu yang dianggap sebagai panutan kelompok tertentu, maka mereka pasti akan kesal. Sekedar contoh, bagi sebagian Muslim di Indonesia, menyebut nama Usamah bin Ladin tanpa disertai kata-kata Ŵyaikh?, hal itu sudah dianggap sebagai kekeliruan.

Melalui kalimat di atas, pengelola situs itu menuduh saya telah menikam dada Salafiyin. Kalimat di atas jika disederhanakan bisa menjadi, ţagi para Salafy senior, mereka pasti tahu bahwa tulisan Abdurrahman Al Thalibi itu diarahkan untuk menikam dada Salafiyin (di Indonesia).? Paling tidak, demikianlah pemahaman yang secara sederhana bisa saya tangkap dari kalimat itu.

Saya tidak pernah bermaksud menikam seseorang, apalagi Ahlus Sunnah. Apa yang dituju dengan buku ťakwah Salafiyah? ini adalah mengingatkan sebagian orang agar tidak mudah-mudah berbuat kekerasan kepada sesama saudaranya (Muslim). Sikap kekerasan itu tidak sesuai dengan prinsip dakwah Islam yang hikmah, mauizhah hasanah, dan mujadalah secara ihsan. Bahkan sikap kekerasan itu bisa mencoreng nama baik Salafus Shalih radhiyallahu 'anhum dan Dakwah Salafiyah secara umum. Jika ada penyimpangan-penyimpangan dalam Syariat, alangkah baik jika disikapi secara ilmiah, dengan dialog, bayan, dan sebagainya.

Bagi orang-orang tertentu yang telah dikuasai oleh sempitnya fanatisme dan eksklusifisme, bisa jadi sebagian pandangan yang dikemukakan dalam buku ini sulit mereka terima. Tetapi jika mereka berani mengakui bahwa Salafiyah adalah manhaj yang bersifat ��lamiyyah (universal) yang tidak dibatasi oleh sekat-sekat geografis, organisasi, kelompok dsb., mereka akan tahu bahwa apa yang dikemukakan disana tidaklah berlebihan. Disini ingin ditekankan, bahwa Salafiyah itu milik semua kaum Muslimin, sebab istilah Salafiyah itu dinisbahkan kepada Salafus Shalih radhiyallahu 'anhum yang merupakan nenek-moyang seluruh Ummat Islam, baik yang di Timur maupun Barat. Salafiyah bukan milik syaikh tertentu, ustadz tertentu, madrasah tertentu, majlis taklim tertentu, situs internet tertentu, majalah tertentu dsb. Mungkin, inilah perkara yang menyebabkan buku ini disebut menikam dada Salafiyin.

Alangkah bahagianya jika keberkahan Salafiyah bisa diterima oleh Ummat Islam secara luas. Semakin banyak yang menerima hikmah Tauhid dan Sunnah, maka hal itu merupakan kemenangan besar. Berbeda jika tujuan dakwah itu adalah demi kebanggaan diri, merasa tinggi dengan gelar Salafy, lalu menganggap orang lain di luar kelompoknya sebagai calon ŧin Naar?. Keangkuhan seperti inilah yang kemudian kerap melatar-belakangi sikap-sikap keras (syadid) dalam dakwah.

Dalam Al Qur��n, Allah Subhanahu Wa Ta'ala menggambarkan betapa mulianya akhlak Nabi shallallah 'alaihi wa sallam.Ŵungguh benar-benar telah datang kepada kalian seorang Rasul dari kalangan kalian sendiri. Sangat berat baginya penderitaan yang menimpa kalian, dia sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagi kalian, dan kepada orang-orang beriman dia sangat penyantun dan belas-kasih.? (At Taubah: 128). Seharusnya, para dai Salafy mengambil pelajaran seluas-luasnya dari ayat di atas, sebab sifat Nabi kita terhadap Ummatnya sangatlah penyantun. Sampai-sampai menjelang wafatnya pun,beliau terus memikirkan nasib Ummatnya. 

Jika kemudian saya dituduh telah ��enikam dada Salafiyah?, tentu saya menuntut disebutkannya bukti-bukti. Janganlah seseorang dihukumi begitu buruknya, sedangkan bukti-bukti untuk menghukuminya tidak disebutkan sedikit pun. Buktinya hanya satu, yaitu tentang kesenioran dalam mengaji Salafy.
  
(8)Kami (muslim.or.id) berlepas diri dari buku tersebut!!

Kalimat di atas aslinya memang ditebalkan. Ia merupakan satu-satunya kalimat dalam pernyataan situs itu yang ditebalkan. Hal itu menunjukkan, bahwa kalimat di atas merupakan kesimpulan besar yang ingin diperlihatkan pihak pengelola situs kepada pembaca-pembacanya.

Kalimat berlepas diri (bara��h) seperti di atas, merupakan tanda bahwa pengelola situs itu ��ungkin sebagiannya saja-, adalah orang-orang yang tidak mengerti prinsip-prinsip dasar Islam. Seharusnya mereka membaca Surat Al �shr dengan baik. Disana dikatakan: ťemi waktu. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih, dan saling nasehat-menasehati dalam kebenaran dan keshabaran.? (Surat Al �shr).

Setiap Muslim, satu dengan lainnya saling bersaudara. Jika seorang Muslim melakukan kekeliruan, maka Muslim yang lain harus mengingatkan, atau menasehatinya dengan baik. Dalam kaitan dengan buku ini, nasehat, kritik, atau bahkan bantahan pun belum disampaikan, tetapi sudah buru-buru mengatakan, Ŭami berlepas diri dari buku tersebut!!? Mengapa mereka begitu cepat berlepas diri, sedangkan membaca isinya saja mereka belum tuntas? Apakah mereka melihat bahwa dalam buku ini terdapat perkara-perkara kebathilan, kesesatan, kemungkaran, serta kedustaan besar? Wal �yadzubillah. Kita semua memohon perlindungan kepada Allah dari semua keburukan itu.

Tentu sangat enak menjadi seorang Salafy jika boleh berlepas diri sesuka hati, boleh mencela sesuka hati, boleh merendahkan sesuka hati, boleh menuduh sesuka hati, boleh men-tahdzir sesuka hati, dsb. Tetapi kenyataannya, jalan yang akan menghantarkan kepada syurga bukanlah jalan seperti itu. Setiap Muslim dituntut untuk bertanggung-jawab atas semua perbuatannya, baik lisan maupun tangannya. Bahkan di antara kita terikat hubungan persaudaraan (ukhuwwah) yang harus selalu dibina dan dipelihara. Bukan sedikit-sedikit bara?, sedikit sedikit tahdzir, sedikit-sedikit hajr (boikot), sedikit-sedikit mencela, menuduh, dsb. 

Rasulullah shallallah 'alaihi wa sallam berpesan: Ŵeorang Muslim itu saudara Muslim yang lain, dia tidak boleh dizhalimi, tidak boleh dibiarkan (tidak ditolong), tidak boleh dihina. Taqwa itu ada disini!, lalu beliau memberi isyarat ke arah dadanya tiga kali. Cukuplah seseorang disebut telah berbuat suatu kejahatan jika menghina saudaranya. Setiap Muslim terhadap Muslim yang lain, diharamkan darahnya, hartanya, dan kehormatannya.? (HR. Muslim).


(9) ?dan kami nasehatkan kepada saudara-saudara kami agar tidak termakan oleh buku tersebut,

Dari kalimat di atas jelas-jelas pengelola situs itu hendak memberikan nasihat? dan kami nasehatkan kepada saudara-saudara kami. Seharusnya, yang namanya nasihat itu sifatnya baik-baik, bijaksana, dan lembut. Istilah nasihat tidak dihubungkan dengan sesuatu yang bersifat keras atau kasar. Tapi perhatikan kelanjutan kalimat tersebut ?agar tidak termakan oleh buku tersebut. Kata ��ermakan? disana sudah tentu konotasinya negatif atau kasar. Seolah buku ini merupakan karya tidak bertanggung-jawab yang bersifat menipu atau menjerumuskan orang lain. Kalimat seperti itu bukan nasihat, tetapi tahdzir (peringatan) agar manusia bersikap waspada. 

Sebenarnya saya lebih berhak mengatakan agar Ummat tidak ��ermakan? oleh peringatan tak bertanggung-jawab yang disebarkan oleh para pengelola situs itu. Mereka sudah menghukumi karya orang lain, tetapi tidak menyebutkan alasan-alasan apapun, selain beberapa baris kalimat yang sangat subyektif.

Nasihat saya kepada orang-orang itu, baik operator maupun aktor intelektualnya, berhati-hatilah saudara dalam bertindak, menulis, bersikap dan sebagainya. Jangan hanya karena persoalan-persoalan yang belum jelas, Anda sudah menghukumi orang lain, dimana jika karya Anda sendiri dihukumi secara semena-mena Anda akan keberatan. Bersikap adillah, sebab seseorang yang Anda tahdzir itu pada dasarnya masih saudara Anda sendiri. Jika kepada orang kafir saja kita dilarang bersikap zhalim, apalagi kepada sesama saudara Muslim. Atau jangan-jangan, mereka sudah tidak lagi memandang saya sebagai saudaranya lagi? Semoga tidak sampai sejauh itu.

  
(10) ?dan sebaiknya ikhwah yang sudah terlanjur membaca buku tersebut agar mendiskusikan semua isi buku tersebut dengan ustadz yang benar-benar mengetahui realita yang sebenarnya?
  
Sepertinya para pengelola situs itu sudah terjangkiti rasa khawatir yang begitu kuat. Sejak awal kalimat sampai akhir (di bagian ini), isinya bersifat merendahkan, menuduh, menghina, menghakimi, berlepas-diri, memperingatkan dan seterusnya. Tidak ada kata-kata yang begitu indah didengar, kecuali kalimat Assalamu��laikum Warahmatullah Wabarakaatuh yang ditulis di bagian terdepan. Sebenarnya, sejak awal kalimat tahdzir mereka sudah jelas, tetapi itu masih ditambah lagi dengan kalimat?dan sebaiknya ikhwah yang sudah terlanjur? Tampak sekali, mereka begitu khawatir dengan munculnya buku ini, sampai-sampai harus mengingatkan agar mereka yang sudah terlanjur membaca, mendiskusikan semua isi buku ini dengan ustadz-ustadz yang lebih tahu waqi? (realitas). Padahal biasanya, mereka sangat risih mendengar istilah waqi?.

Saya kira hal seperti ini tidak perlu dikomentari lebih jauh. Sikap pengelola situs itu sewarna sejak awal sampai akhir, mereka bersikap negatif terhadap kemunculan buku ini. Ya, itu hak setiap orang, kita tidak bisa memaksakan.

Pandangan Umum
Sebenarnya kita tidak boleh apriori menghadapi kritik dari siapapun. Adanya kritik menunjukkan adanya perhatian dan komitmen kepada kebenaran (al shawab). Tetapi kita juga bisa membedakan apakah suatu kritik bersifat ilmiah, atau ia hanya didasari emosi belaka. Apa yang ditunjukkan oleh situs di atas sebenarnya sudah jauh lebih serius dari sekedar kritik. Mereka telah mencela, merendahkan, menghakimi, juga men-tahdzir dengan keras. Tidak tercermin dari kalimat-kalimat mereka adab orang-orang beriman kepada saudaranya.

Sikap orang-orang itu merupakan contoh nyata sikap keras (syadid) dalam dakwah. Bahkan mereka telah menghakimi orang lain secara tidak bertanggung-jawab. Buktinya, mereka tidak menyebutkan alasan-alasan yang jelas di balik penghakimannya. Bahkan mereka tampaknya belum tuntas membaca buku ini, sehingga sekedar menyebutkan nama penulis dan judul bukunya saja, mereka keliru. Lalu apa yang akan kita katakan terhadap kenyataan seperti ini?

Syaikh Salim bin �ed Al Hilaly hafizhahullah dalam buku beliau tentang Ůengapa Memilih Manhaj Salaf?, menyebutkan riwayat-riwayat dari Nabi shallallah 'alaihi wa sallam bahwa suatu masa nanti akan muncul jaman fitnah. Di jaman itu, sumpah mendahului kesaksian, dan kesaksian mendahului sumpah. Maksudnya, banyak manusia telah bersumpah sebelum menjadi saksi atas suatu perkara. Sebaliknya, mereka berani memberi kesaksian sebelum diminta sumpahnya.

Hal ini tidak berbeda jauh dengan orang-orang yang begitu mudah menghakimi orang lain, tetapi mereka sendiri tidak tahu perkara-perkara yang dihakiminya. Seolah, di tangan mereka terdapat wewenang untuk menjatuhkan penilaian, sedang apakah penilaian itu bertanggung-jawab atau tidak, dipikirkan kemudian.

Akhirnya, saya berbaik sangka bahwa kritikan keras situs tersebut terhadap buku ini hanyalah sikap emosional satu atau dua orang saja, dan tidak mewakili keseluruhan suara pengelola situs itu. Jawaban yang saya sampaikan disini hanyalah berkaitan dengan penggunaan hak-jawab atas kritik yang ditujukan kepada saya. Nama baik situs itu tetap terpelihara dan Ummat pun tidak perlu meragukan situs itu. Disana ada indikasi-indikasi upaya membangun komunikasi dakwah secara lebih bijaksana. Sesinis apapun jawaban yang dikemukakan disini, ia tidak berhubungan dengan citra situs itu secara keseluruhan, ia hanya berkaitan dengan hak-jawab.

Mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan. Kepada Allah jua saya memohon ampunan dan menghiba rahmat-Nya. Wallahu a��am bisshawaab.



Abu Abdirrahman At Thalibipronusantari@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.