Bismillaah
Segala Puji bagi Allah, shalawat dan salam pada Rasulullaah, keluarga, para sahabat dan orang-orang yang mengikuti petunjuknya.
Ketika permasalahan manusia tidak berjalan secara layak tanpa seorang pemimpin, maka Allah Ta’ala mensyari’atkan bagi kaum Muslimin supaya memiliki pemimpin, yang dengannya Allah menjaga agama mereka, kehormatan, harta dan jamaah mereka.
Namun hal itu tidak akan terwujud melainkan dengan mendengar dan taat terhadap pemimpin tersebut, maka Allah Ta’ala mewajibkan di dalam kitab Nya dan lewat lisan Rasul Nya ketaatan kepada para pemimpin, mendengar dan taat kepada mereka dengan tidak bermaksiat kepada Allah, pemimpin yang baik ataupun durhaka, dan mewajibkan jihad bersama mereka, boleh shalat di belakang mereka, mengharamkan penentangan terhadap mereka, kecuali tampak jelas di antara mereka kekafiran menurut Al Quran dan Sunnah, dalam hal ini ada petunjuk dari Allah untuk kita.
Se dzalim-dzalim nya penguasa, sejelek-jeleknya Penguasa, seburuk-buruk nya perbuatan penguasa, tetaplah kita taat dan mendengar dan bersabar terhadap ke dzaliman penguasa, serta jangan melepaskan kepemimpinan mereka dan jangan pula keluar untuk menentang mereka.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Akan ada nanti para pemimpin yang kulit menjadi lunak terhadap mereka sedangkanhati tidak tenteram kemudian akan ada pula para pemimpin yang hati manusia gemetar karena mereka dan bulu kuduk berdiri karena (takut) kepada mereka.” Lalu ada yang bertanya : “Ya Rasulullah apakah tidak diperangi saja mereka?” Beliau Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam menjawab : “Tidak, selama mereka menegakkan shalat.” (Ibid nomor
1077)
di dalam hadist lain riwayat Muslim, Dari Abi Sa’id Al Khudri ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
bersabda :
“Akan ada para pemimpin yang hingga menyebabkan kulit jadi lunak, hati tidak merasa tenang terhadap mereka, kemudian akan ada para pemimpin yang membuat hati merasa muak, dan membuat kulit terkelupas lantaran ulah mereka”
kemudian, ada seseorang bertanya : ” ya Rasulullaah, tidak bolehkah kami menentang mereka ? Beliau bersabda : “Tidak, selama mereka melaksanakan sholat di antara kalian”. (HR. Muslim)
Dari Abu Dzar radliyallahu ‘anhu ia berkata :
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam mendatangiku ketika saya di mesjid lalu beliau menyentuhku dengan kakinya dan bersabda : “Apakah kamu sedang tidur di tempat ini?” Saya menjawab : “Wahai Rasulullah, mataku mengalahkanku. ” Beliau bersabda :
“Bagaimana jika kamu diusir dari sini?” Maka saya menjawab : “Sungguh saya akan memilih tanah Syam yang suci dan diberkahi.” Beliau bertanya lagi : “Bagaimana jika kamu diusir dari Syam?”
Saya berkata : “Apa yang harus saya lakukan? Apakah saya perangi dia, ya Rasulullah?” Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menjawab : “Maukah aku tunjukkan jalan yang lebih baik dari tindakan itu dan lebih dekat kepada petunjuk (beliau ulangi dua kali)? Yaitu kamu dengar dan taati, kamu akan digiring kemanapun mereka menggiringmu.” (Hadits shahih dalam As Sunnah Ibnu Abi Ashim 1074)
Dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan ia berkata, ketika Abu Dzar keluar menuju Rabdzah,
serombongan pengendara dari Iraq menemuinya lalu berkata :
“Hai Abu Dzar, apa yang menimpamu telah sampai kepada kami, pancangkanlah bendera jihad niscaya akan datang kepadamu orang-orang berapapun kamu kehendaki.” Ia berkata : Tenanglah hai kaum Muslimin, sesungguhnya saya telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Akan ada sesudahku nanti penguasa maka hormatilah dia, barangsiapa yang mencari- cari kesalahannya maka ia berarti benar-benar merobohkan sendi-sendi Islam dan tidak akan diterima taubatnya sampai mengembalikannya seperti semula.” (Ibid nomor 1079)
Dari Qathn Abul Haitsami ia berkata bahwa Abu Ghalib bercerita kepada kami, saya berada di sisi Abu Umamah ketika seseorang berkata kepadanya :
“Apa pendapat Anda mengenai ayat :
Dia-lah yang telah menurunkan kepadamu Al Kitab di antaranya (berisi) ayat-ayat yang muhkam itulah Ummul Kitab dan ayat lainnya adalah ayat mutasyabihat. Maka adapun orng-orang yang dalam hati mereka ada zaigh (condong kepada kesesatan) maka mereka akan mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat. (QS. Ali Imran : 7)
Siapakah mereka (orang yang di hatinya terdapat zaigh) ini?” Ia berkata : “Mereka adalah Khawarij, beliau melanjutkan : dan tetaplah kamu beriltizam (komitmen) dengan As Sawadul A’zham.”
Saya berkata : “Engkau telah mengetahui apa yang ada pada mereka (penguasa).” Ia menjawab : “Kewajiban mereka adalah apa yang dibebankan kepada mereka dan kewajiban kamu adalah apa yang dibebankan kepadamu, taatilah mereka niscaya kamu akan mendapat petunjuk.” (As Sunnah Ibnu Nashr 22 nomor 55)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Barangsiapa yang memuliakan penguasa (yang dijadikan) Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi di dunia maka Allah memuliakannya pada hari kiamat dan siapa yang menghinakan penguasa Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi di dunia maka Allah hinakan dia pada hari kiamat.” (Ash Shahihah Al Albani 2297)
Beliau bersabda :
“Lima perkara, barangsiapa yang mengamalkan salah satunya ia mendapat jaminan dari Allah Azza wa Jalla, yaitu (antara lain) barangsiapa yang masuk kepada imam (pemimpinnya) untuk memuliakan dan menghormatinya.” (Hadits shahih dalam As Sunnah Ibnu Abi Ashim 1021)
Dari Ubadah bin Ash Shamit radliyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam (beliau) bersabda :
“Dengar dan taatilah mereka baik dalam kesulitan atau kemudahan, gembira dan tidak suka, dan (meskipun) mereka bersikap egois (sewenang-wenang) terhadapmu, walaupun mereka memakan hartamu dan memukul punggungmu.” (Ibid, dishahihkan Al Albani
1026)
Dari Rabi’i bin Harrasy ia berkata, saya mendatangi Hudzaifah radliyallahu ‘anhu di Madain pada malam hari ketika banyak orang yang mendatangi Utsman bin Affan radliyallahu ‘anhu maka ia berkata :
“Hai Rabi’i! Apa yang dilakukan kaummu?” Saya menjawab : “Tentang kejadian mana yang Anda tanyakan?” Ia berkata : “Tentang siapa di antara mereka yang keluar (unjuk rasa/memberontak) kepada orang itu (Utsman)?” Maka saya sebutkan nama-nama beberapa orang di antara mereka.
Lalu kata Hudzaifah : “Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
Barangsiapa yang memisahkan diri dari Al Jamaah dan merendahkan pemerintah maka ia akan menemui Allah Azza wa Jalla dalam keadaan tidak mempunyai muka lagi –dalam lafaz Adz Dzahabi, tidak mempunyai hujjah–.” (HR. Ahmad 5/387, Al Hakim menshahihkannya, dan disetujui Adz Dzahabi 1/119)
Imam Harb Al-Karmani rahimahullah berkata:
“Dan jika penguasa memerintah engkau dengan perintah yang mengandung kedurhakaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka tidak boleh sama sekali engkau mentaatinya, tapi janganlah engkau memberontak kepadanya dan janganlah egkau mengabaikan hak-haknya”.
Imam Al Barbahary berkata, Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan :
“Dengar dan taatilah para pemimpin dalam perkara yang dicintai dan diridlai Allah! Dan siapa yang diserahi jabatan kekhalifahan dengan kesepakatan dan keridlaan manusia kepadanya maka ia adalah Amirul Mukminin. Tidak halal bagi siapapun untuk berdiam satu malam dalam keadaan tidak menganggap adanya imam baik orang yang shalih
ataupun durhaka.” (Thabaqat Hanabilah 2/21 dan Syarhus Sunnah 77-78)
Kata Syaikh Jamal bin Farihan, ijma’ (kesepakatan manusia dan keridlaan mereka) di sini maksudnya adalah manusia dari kalangan Ahlul Hali wal ‘Aqdi (ulama mujtahid) bukan seluruh rakyat yang di dalamnya banyak terdapat orang-orang yang bodoh. Maka perhatikanlah hal ini!
Kata beliau (dalam Syarhus Sunnah hal 77-78) :
“Barangsiapa yang keluar (demonstrasi/memberontak) kepada imam kaum Muslimin maka ia Khawarij dan sungguh mereka telah mematahkan tongkatnya kaum Muslimin, menyelisihi atsar maka mereka mati dalam keadaan jahiliyyah.”
Dan kata beliau lagi :
“Tidak halal memerangi (memberontak) kepada penguasa dan keluar (demonstrasi) terhadap mereka meskipun mereka jahat karena tidak ada dalam As Sunnah (tuntunan) memerangi penguasa sebab yang demikian mengakibatkan kerusakan dunia dan agama.”
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Barangsiapa yang melihat pada amirnya terdapat satu hal yang dia benci hendaknya ia (tetap) bersabar.” (Hadits dalam As Sunnah Ibnu Abi Ashim 1101)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Adapun sesudah itu, sesungguhnya kamu akan melihat sikap atsarah (egois dan suka melebihkan orang lain selain kamu) maka bersabarlah sampai kamu berjumpa denganku.” (Ibid 1102)
Dari sanad Imam Ibnu Abi Ashim hingga Ibnu Umar berkata : ada seorang lelaki datang kepada Nabi Shalallaahu ‘alaihi wassalam lalu berkata : “ya Rasulullaah, nasihatilah aku. Beliau bersabda : “beribadalah kepada Allah, dan jangan mempersekutukan Nya sedikit pun, dirikanlah shalat, tunaikan zakat, berpuasalah pada bulan Ramadan, tunaikan Haji dan Umrah, serta dengar dan taatilah Imammu, lakukan dengan terang-terangfan dan tanpa sembunyi-sembunyi”. (As Sunnah, Ibnu Abi Ashim hal. 482)
Dari Imam Ibnu Abi Ashim dengan sanadnya hingga Auf bin Malik berkata, aku mendengar Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wasalam bersabda :
“para pemimpin yang paling baik diantara kalian adalah yang kamu cintai dan mereka mencintai kalaian, dan kalian dapat menemui mereka, mereka pun menemui kalian. Dan pemimpin yang paling buruk diantara kalian adalah yang kalian benci dan mereka pun membenci kalian, kalian melaknat mereka, mereka pun melaknat kalian, kami bertanya : “ya Rasulullaah tidak bolehkah kami menentang mereka ?
beliau menjawab : “Tidak, selama mereka mendirikan shalat di antara kalian, ketahuilah siapa yang dipimpin lalu dia melihatnya melakukan suatu kemaksiatan kepada Allah, maka hendaknya dia membenci perbuatan maksiatnya dan jangan mencabut tangan dari ketaatan kepadanya”. (as sunnah, Ibn Abi Ashim, hal 495)
dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu dari Nabi Shalallaahu ‘alaihi Wassalam bersabda :
“Siapa yang mentaatiku berarti dia taat kepada Allah, siapa yang menghianatiku maka dia telah berhianat kepada Allah, dan siapa yang mentaati pemimpin maka dia telah mentaatiku, dan siapa yang menghianati pemimpin berarti dia telah menghianatiku.” (HR. Muslim, shahih)
Imam Al Bukhari rahimahullaah berkata :
“bab tidak datang suatu masa melainkan setelahnya lebih buruk darinya, kemudian meriwayatkan dengan sanad nya hingga Az Zubair bin Adiy berkata :
“Kami datang kepada Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu lalu kami mengadukan kepadanya perlakuanyang mereka terima dari AL hallaj, Anas Lantas Berkata :
“Bersabarlah, sebab, tidak akan datang kepada kalian suatu masa melainkan yang sesudahnya lebih buruk darinya hingga kalian menemui Tuhan kalian, itu saya dengar dari Nabi kalian (FAThul Bari (13/5) )
dari Ibnu Abbas radhiyallaahu ‘anhu, dari Nabi shallallaahu’alaihi wassalam, Dia bersabda :
“Siapa yang tidak suka sesuatu hal pada pemimpin maka hendaknya dia bersabar, sesunguhnya siapa yang keluar dari penguasa sejengkal berarti dia mati dalamkeadaan jahiliyah”. (HR.Bukhari)
dengan membiarkan hal itu maka akan terjadi kerusakan pada para hamba dan negeri2 sebagaimana yang ada pada ilmu Allah
Imam As Syatibi rahimahullah berkata :
“70 tahun dengan seorang pemimpin yang durhaka itu lebih baik memiliki kmaslahatan dari pada satu malam tanpa seorang pemimpin’ (Al I’thisham, as syatibi, hal 433)
Imam Mawardi rahimahullah berkata :
“kepemimpinan itu dibuat untuk menggantikan kenabian dalam menjaga agama, politik dunia dan legalitas kepemimpinan itu bagi yang mampu melaksanakannya pada umat wajib berdaarkan ijma’ walaupun orang bisu tidak mematuhinya.” (Nashihah Muhimmah fi Tsaqalatsi Qadhaya, hal 44)
Imam Al Barbahari rahimahullah ta’ala berkata :
“dan siapa yang menentang salah seorang pemimpin diantara para pemimpin kaum muslimin, maka dia seoarang sparatis (penentang pemerintahan yang sah), dan dia telah memecah belah kaum Muslimin, menyalahi aturan Islam, kematiannya adalah kematian jahiliyah, tidak dihalalkan memerangi penguasa dan menentang mereka walaupun mereka orang-orang yang bermaksiat (dzalim) , berdasarkan sabda Rasulullah kepada Abu Dzar Al Ghifari :
“Bersabarlah, alaupun dia (pemimpin) seorang budak habsyi”
dan sabdanya kepada kaum anhar :
“Bersabarlah kalian hingga menemuiku di talaga”
dari Al Irbad bin Sariyah bahwasanya dia menceritakan kepadanya, bahwasanya pada suatu hari Rasullaah memberi wasiat yang cukup mengesankan kepada mereka setelah shalat subuh, yang membuat air mata berlinangan, dan hati bergemetar, lalu ada seorang yang berkata :
“ya Rasulullah, sungguh ini merupakan wasiat orang yang akan berpisah, lalu apa yang kamu perintahkan kepada kami ? Beliau menjawab :
“Aku berwasiat kepada kalian supaya bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat. (Ibnu Abi Ashim)
di dalam sunnah tidak terdapat anjuran untuk menentang dan memerangi penguasa, sebab hal itu akan berdampak pada kerusakan agama dan dunia’ (As Sunnah, al barbahari, hal 77)
Ima Abu Ja’far At Thahawi berkata :
“kami tidak memandang dibolehkannya menentang para pemimpin dan penguasa kami, walaupun mereka bermaksiat dan dzalim, tidak melaknat mereka, tidak mencabut tangan kita dari ketaatan kepada mereka, dan menurut kami ketaatan kepada mereka termasuk ketaatan kepada Allah Ta’ala itu sebagai kewajiban, selama mereka tidak memerintahkan berbuat kemaksiatan, dan kami mendoakan mereka dengan kemaslahatan dan kesejahteraan. (asy syariah,, al ajuri, hal 28)
dari Zaid bin Tsabit Radhiyallaahu’anhu, dia berkata, Rasulullaah bersabda :
“ada tiga sifat yang membuat hati seorang Muslim tidak dengki kepada ketiganya : engikhlaskan amal perbuatan karena Allah, nasihat bagi para pemimpin dan setia bersama jamaah, sesungguhnya doa mereka mengelilingi sekitar mereka yang datang dari arah belakang mereka. (as sunnah, Ibn Abi Ashim, hal 498)
dari Tamim Ad Dari berkata : Rasulullah bersabda
“agama tu nasehat”. mereka berkata : “untuk siapa ya Rasulullaah ? ” Beliau menjawab : “<span>”Untuk Allah, kitab-Nya, rasul-Nya, para pemimpin umat Islam, dan bagi seluruh kaum muslimin.” (HR Muslim).</span>
Dari Iyadh bin Ghunaim radhiallohu ‘anhu berkata, bersabda Rasul sholallohu ‘alaihi wa sallam:
“Barangsiapa yang ingin menasehati penguasa maka janganlah melakukannya dengan terang-terangan di hadapan umum. Akan tetapi dengan cara mengambil tangan pengauas tersebut dan menyendiri. Jika ia menerimanya maka inilah yang diharapkan, jika tidak menerimanya maka ia telah melakukan kewajibannya.” (HR. Ahmad, Ibnu Abi Ashim, Al-Hakim, dan Baihaqi. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Adz-Dzilal)
Ibnu Shalaah rahimahullah berkata :
“Nasihat kepada para penguasa dilakukan dengan membantu dan mentaatinya dalam kebenaran. Menegur dan menyadarkannya dengan lemah lembut dan halus. Tidak melakukan penyerangan kepadanya dan hendaklah mendoakannya untuk mendapatkan taufiq Allah serta mengajak orang membantu mereka.”
(Lihat Iqadzul Himam hal.128)
Demikian juga Al Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan makna nasihat kepada para penguasa dengan menyatakan, “Membantu tugas kewajiban yang dibebankannya. Menegurnya ketika lalai, menyatukan kekuatan dan hati rakyat di bawah (kepemimpinan) mereka. Dan yang lebih besar lagi ialah mencegah mereka dari berbuat dzalim dengan cara yang baik.”
(Fathul Bari Syarh Shohih Al Bukhari karya Imam Al Haafidz Ibnu Hajar rahimahullah 1/136).
Imam Syaukani rahimahullah memberikan nasehat kepada kita seputar nasehat kepada wali amr dalam pernyataan beliau:
“Namun sudah seharusnya orang yang melihat kesalahan imam pada sebagian perkara untuk menasehatinya dan tidak menampakkan celaan dikhalayak ramai, bahkan seharusnya berbuat seperti yang dijelaskan dalam hadits yaitu untuk mengajaknya dan berduaan lalu memberikan nasehat kepadanya. Janganlah merendahkan sulton Allah (penguasa).”
(Lihat: As Sail Al Jaraar Al Mutadaffiq ‘Alaa Hadaa’iq Al Azhaar, karya Muhammad bin Ali Asy Syaukani)
Imam Al-Barbahariy berkata:
“Jika kamu melihat seseorang mendo’akan kejelekan bagi penguasa maka ketahuilah bahwa dia adalah pengekor hawa nafsu, dan jika kamu mendengar seseorang mendoakan penguasa dengan kebaikan maka ketahuilah bahwa dia adalah pengikut Sunnah.” (Aqidah as salaf Ashabul Hadist)
Fudhail bin Iyadh berkata : ” seandainya aku memiliki suatu doa, maka aku tidak memperuntukkannya melainkan kepada penguasa”. dia berkata, Ahmad bin Kamil memberitahukan kepada kami, dia berkata, Al Husain bin Muhammad t Thabari memeberitahkan kepada kami, Mardawih as Shaigh memberitahukan kepada kami, dia berkata : “aku mendengar Fudhail berkata : “seandainya aku memiliki doa yang mustajab maka aku tidak memperuntukkannya melainkan kepada penguasa, dikatakan kepadanya :
“wahai Abu Ali, jelaskan hal ini kepada kami. dia berkata :
“jika aku peruntukkan bagi diriku maka doa itu akan mengembalikanku, dan jika aku peruntukkan bagi penguasa, itu akan baik, jika penguasa baik maka masyarakat dan negeri pun turut baik, kami diperintah supaya mendoakan kebaikan bagi mereka, tapi kami tidak diperintahkan supaya melaknati mereka, walaupun mereka adalah penguasa yang zalim dan durhaka, karena kezaliman dan kedurhakaan itu dampaknya pada diri mereka sendiri, tapi kebaikan mereka akan berdampak pada diri mereka dan kaum Muslimin. (as sunnah, al Barbahari)
maka, nasihatku bagi diriku dan bagi pemuda Islam, bertakwalah kepada Allah, hendaknya memahami agama ini sesuai dengan petunjuk Al Quran dab As Sunnah sebagaimna yang dipahami oleh generasi pertama dari umat ini.
semoga Allah melimpahkan rahmatNya kepada Mereka, inilah perkataan mereka dan inilah atsar mereka dan sejarah perjalanan hidup mereka, hikmah adalah hikmah, jalan kebenaran adalah jalan kebenaran wahai pemuda Islam.
Wallaahu’alam
Segala Puji bagi Allah, shalawat dan salam pada Rasulullaah, keluarga, para sahabat dan orang-orang yang mengikuti petunjuknya.
Ketika permasalahan manusia tidak berjalan secara layak tanpa seorang pemimpin, maka Allah Ta’ala mensyari’atkan bagi kaum Muslimin supaya memiliki pemimpin, yang dengannya Allah menjaga agama mereka, kehormatan, harta dan jamaah mereka.
Namun hal itu tidak akan terwujud melainkan dengan mendengar dan taat terhadap pemimpin tersebut, maka Allah Ta’ala mewajibkan di dalam kitab Nya dan lewat lisan Rasul Nya ketaatan kepada para pemimpin, mendengar dan taat kepada mereka dengan tidak bermaksiat kepada Allah, pemimpin yang baik ataupun durhaka, dan mewajibkan jihad bersama mereka, boleh shalat di belakang mereka, mengharamkan penentangan terhadap mereka, kecuali tampak jelas di antara mereka kekafiran menurut Al Quran dan Sunnah, dalam hal ini ada petunjuk dari Allah untuk kita.
Se dzalim-dzalim nya penguasa, sejelek-jeleknya Penguasa, seburuk-buruk nya perbuatan penguasa, tetaplah kita taat dan mendengar dan bersabar terhadap ke dzaliman penguasa, serta jangan melepaskan kepemimpinan mereka dan jangan pula keluar untuk menentang mereka.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Akan ada nanti para pemimpin yang kulit menjadi lunak terhadap mereka sedangkanhati tidak tenteram kemudian akan ada pula para pemimpin yang hati manusia gemetar karena mereka dan bulu kuduk berdiri karena (takut) kepada mereka.” Lalu ada yang bertanya : “Ya Rasulullah apakah tidak diperangi saja mereka?” Beliau Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam menjawab : “Tidak, selama mereka menegakkan shalat.” (Ibid nomor
1077)
di dalam hadist lain riwayat Muslim, Dari Abi Sa’id Al Khudri ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
bersabda :
“Akan ada para pemimpin yang hingga menyebabkan kulit jadi lunak, hati tidak merasa tenang terhadap mereka, kemudian akan ada para pemimpin yang membuat hati merasa muak, dan membuat kulit terkelupas lantaran ulah mereka”
kemudian, ada seseorang bertanya : ” ya Rasulullaah, tidak bolehkah kami menentang mereka ? Beliau bersabda : “Tidak, selama mereka melaksanakan sholat di antara kalian”. (HR. Muslim)
Dari Abu Dzar radliyallahu ‘anhu ia berkata :
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam mendatangiku ketika saya di mesjid lalu beliau menyentuhku dengan kakinya dan bersabda : “Apakah kamu sedang tidur di tempat ini?” Saya menjawab : “Wahai Rasulullah, mataku mengalahkanku. ” Beliau bersabda :
“Bagaimana jika kamu diusir dari sini?” Maka saya menjawab : “Sungguh saya akan memilih tanah Syam yang suci dan diberkahi.” Beliau bertanya lagi : “Bagaimana jika kamu diusir dari Syam?”
Saya berkata : “Apa yang harus saya lakukan? Apakah saya perangi dia, ya Rasulullah?” Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menjawab : “Maukah aku tunjukkan jalan yang lebih baik dari tindakan itu dan lebih dekat kepada petunjuk (beliau ulangi dua kali)? Yaitu kamu dengar dan taati, kamu akan digiring kemanapun mereka menggiringmu.” (Hadits shahih dalam As Sunnah Ibnu Abi Ashim 1074)
Dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan ia berkata, ketika Abu Dzar keluar menuju Rabdzah,
serombongan pengendara dari Iraq menemuinya lalu berkata :
“Hai Abu Dzar, apa yang menimpamu telah sampai kepada kami, pancangkanlah bendera jihad niscaya akan datang kepadamu orang-orang berapapun kamu kehendaki.” Ia berkata : Tenanglah hai kaum Muslimin, sesungguhnya saya telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Akan ada sesudahku nanti penguasa maka hormatilah dia, barangsiapa yang mencari- cari kesalahannya maka ia berarti benar-benar merobohkan sendi-sendi Islam dan tidak akan diterima taubatnya sampai mengembalikannya seperti semula.” (Ibid nomor 1079)
Dari Qathn Abul Haitsami ia berkata bahwa Abu Ghalib bercerita kepada kami, saya berada di sisi Abu Umamah ketika seseorang berkata kepadanya :
“Apa pendapat Anda mengenai ayat :
Dia-lah yang telah menurunkan kepadamu Al Kitab di antaranya (berisi) ayat-ayat yang muhkam itulah Ummul Kitab dan ayat lainnya adalah ayat mutasyabihat. Maka adapun orng-orang yang dalam hati mereka ada zaigh (condong kepada kesesatan) maka mereka akan mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat. (QS. Ali Imran : 7)
Siapakah mereka (orang yang di hatinya terdapat zaigh) ini?” Ia berkata : “Mereka adalah Khawarij, beliau melanjutkan : dan tetaplah kamu beriltizam (komitmen) dengan As Sawadul A’zham.”
Saya berkata : “Engkau telah mengetahui apa yang ada pada mereka (penguasa).” Ia menjawab : “Kewajiban mereka adalah apa yang dibebankan kepada mereka dan kewajiban kamu adalah apa yang dibebankan kepadamu, taatilah mereka niscaya kamu akan mendapat petunjuk.” (As Sunnah Ibnu Nashr 22 nomor 55)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Barangsiapa yang memuliakan penguasa (yang dijadikan) Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi di dunia maka Allah memuliakannya pada hari kiamat dan siapa yang menghinakan penguasa Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi di dunia maka Allah hinakan dia pada hari kiamat.” (Ash Shahihah Al Albani 2297)
Beliau bersabda :
“Lima perkara, barangsiapa yang mengamalkan salah satunya ia mendapat jaminan dari Allah Azza wa Jalla, yaitu (antara lain) barangsiapa yang masuk kepada imam (pemimpinnya) untuk memuliakan dan menghormatinya.” (Hadits shahih dalam As Sunnah Ibnu Abi Ashim 1021)
Dari Ubadah bin Ash Shamit radliyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam (beliau) bersabda :
“Dengar dan taatilah mereka baik dalam kesulitan atau kemudahan, gembira dan tidak suka, dan (meskipun) mereka bersikap egois (sewenang-wenang) terhadapmu, walaupun mereka memakan hartamu dan memukul punggungmu.” (Ibid, dishahihkan Al Albani
1026)
Dari Rabi’i bin Harrasy ia berkata, saya mendatangi Hudzaifah radliyallahu ‘anhu di Madain pada malam hari ketika banyak orang yang mendatangi Utsman bin Affan radliyallahu ‘anhu maka ia berkata :
“Hai Rabi’i! Apa yang dilakukan kaummu?” Saya menjawab : “Tentang kejadian mana yang Anda tanyakan?” Ia berkata : “Tentang siapa di antara mereka yang keluar (unjuk rasa/memberontak) kepada orang itu (Utsman)?” Maka saya sebutkan nama-nama beberapa orang di antara mereka.
Lalu kata Hudzaifah : “Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
Barangsiapa yang memisahkan diri dari Al Jamaah dan merendahkan pemerintah maka ia akan menemui Allah Azza wa Jalla dalam keadaan tidak mempunyai muka lagi –dalam lafaz Adz Dzahabi, tidak mempunyai hujjah–.” (HR. Ahmad 5/387, Al Hakim menshahihkannya, dan disetujui Adz Dzahabi 1/119)
Imam Harb Al-Karmani rahimahullah berkata:
“Dan jika penguasa memerintah engkau dengan perintah yang mengandung kedurhakaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka tidak boleh sama sekali engkau mentaatinya, tapi janganlah engkau memberontak kepadanya dan janganlah egkau mengabaikan hak-haknya”.
Imam Al Barbahary berkata, Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan :
“Dengar dan taatilah para pemimpin dalam perkara yang dicintai dan diridlai Allah! Dan siapa yang diserahi jabatan kekhalifahan dengan kesepakatan dan keridlaan manusia kepadanya maka ia adalah Amirul Mukminin. Tidak halal bagi siapapun untuk berdiam satu malam dalam keadaan tidak menganggap adanya imam baik orang yang shalih
ataupun durhaka.” (Thabaqat Hanabilah 2/21 dan Syarhus Sunnah 77-78)
Kata Syaikh Jamal bin Farihan, ijma’ (kesepakatan manusia dan keridlaan mereka) di sini maksudnya adalah manusia dari kalangan Ahlul Hali wal ‘Aqdi (ulama mujtahid) bukan seluruh rakyat yang di dalamnya banyak terdapat orang-orang yang bodoh. Maka perhatikanlah hal ini!
Kata beliau (dalam Syarhus Sunnah hal 77-78) :
“Barangsiapa yang keluar (demonstrasi/memberontak) kepada imam kaum Muslimin maka ia Khawarij dan sungguh mereka telah mematahkan tongkatnya kaum Muslimin, menyelisihi atsar maka mereka mati dalam keadaan jahiliyyah.”
Dan kata beliau lagi :
“Tidak halal memerangi (memberontak) kepada penguasa dan keluar (demonstrasi) terhadap mereka meskipun mereka jahat karena tidak ada dalam As Sunnah (tuntunan) memerangi penguasa sebab yang demikian mengakibatkan kerusakan dunia dan agama.”
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Barangsiapa yang melihat pada amirnya terdapat satu hal yang dia benci hendaknya ia (tetap) bersabar.” (Hadits dalam As Sunnah Ibnu Abi Ashim 1101)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Adapun sesudah itu, sesungguhnya kamu akan melihat sikap atsarah (egois dan suka melebihkan orang lain selain kamu) maka bersabarlah sampai kamu berjumpa denganku.” (Ibid 1102)
Dari sanad Imam Ibnu Abi Ashim hingga Ibnu Umar berkata : ada seorang lelaki datang kepada Nabi Shalallaahu ‘alaihi wassalam lalu berkata : “ya Rasulullaah, nasihatilah aku. Beliau bersabda : “beribadalah kepada Allah, dan jangan mempersekutukan Nya sedikit pun, dirikanlah shalat, tunaikan zakat, berpuasalah pada bulan Ramadan, tunaikan Haji dan Umrah, serta dengar dan taatilah Imammu, lakukan dengan terang-terangfan dan tanpa sembunyi-sembunyi”. (As Sunnah, Ibnu Abi Ashim hal. 482)
Dari Imam Ibnu Abi Ashim dengan sanadnya hingga Auf bin Malik berkata, aku mendengar Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wasalam bersabda :
“para pemimpin yang paling baik diantara kalian adalah yang kamu cintai dan mereka mencintai kalaian, dan kalian dapat menemui mereka, mereka pun menemui kalian. Dan pemimpin yang paling buruk diantara kalian adalah yang kalian benci dan mereka pun membenci kalian, kalian melaknat mereka, mereka pun melaknat kalian, kami bertanya : “ya Rasulullaah tidak bolehkah kami menentang mereka ?
beliau menjawab : “Tidak, selama mereka mendirikan shalat di antara kalian, ketahuilah siapa yang dipimpin lalu dia melihatnya melakukan suatu kemaksiatan kepada Allah, maka hendaknya dia membenci perbuatan maksiatnya dan jangan mencabut tangan dari ketaatan kepadanya”. (as sunnah, Ibn Abi Ashim, hal 495)
dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu dari Nabi Shalallaahu ‘alaihi Wassalam bersabda :
“Siapa yang mentaatiku berarti dia taat kepada Allah, siapa yang menghianatiku maka dia telah berhianat kepada Allah, dan siapa yang mentaati pemimpin maka dia telah mentaatiku, dan siapa yang menghianati pemimpin berarti dia telah menghianatiku.” (HR. Muslim, shahih)
Imam Al Bukhari rahimahullaah berkata :
“bab tidak datang suatu masa melainkan setelahnya lebih buruk darinya, kemudian meriwayatkan dengan sanad nya hingga Az Zubair bin Adiy berkata :
“Kami datang kepada Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu lalu kami mengadukan kepadanya perlakuanyang mereka terima dari AL hallaj, Anas Lantas Berkata :
“Bersabarlah, sebab, tidak akan datang kepada kalian suatu masa melainkan yang sesudahnya lebih buruk darinya hingga kalian menemui Tuhan kalian, itu saya dengar dari Nabi kalian (FAThul Bari (13/5) )
dari Ibnu Abbas radhiyallaahu ‘anhu, dari Nabi shallallaahu’alaihi wassalam, Dia bersabda :
“Siapa yang tidak suka sesuatu hal pada pemimpin maka hendaknya dia bersabar, sesunguhnya siapa yang keluar dari penguasa sejengkal berarti dia mati dalamkeadaan jahiliyah”. (HR.Bukhari)
dengan membiarkan hal itu maka akan terjadi kerusakan pada para hamba dan negeri2 sebagaimana yang ada pada ilmu Allah
Imam As Syatibi rahimahullah berkata :
“70 tahun dengan seorang pemimpin yang durhaka itu lebih baik memiliki kmaslahatan dari pada satu malam tanpa seorang pemimpin’ (Al I’thisham, as syatibi, hal 433)
Imam Mawardi rahimahullah berkata :
“kepemimpinan itu dibuat untuk menggantikan kenabian dalam menjaga agama, politik dunia dan legalitas kepemimpinan itu bagi yang mampu melaksanakannya pada umat wajib berdaarkan ijma’ walaupun orang bisu tidak mematuhinya.” (Nashihah Muhimmah fi Tsaqalatsi Qadhaya, hal 44)
Imam Al Barbahari rahimahullah ta’ala berkata :
“dan siapa yang menentang salah seorang pemimpin diantara para pemimpin kaum muslimin, maka dia seoarang sparatis (penentang pemerintahan yang sah), dan dia telah memecah belah kaum Muslimin, menyalahi aturan Islam, kematiannya adalah kematian jahiliyah, tidak dihalalkan memerangi penguasa dan menentang mereka walaupun mereka orang-orang yang bermaksiat (dzalim) , berdasarkan sabda Rasulullah kepada Abu Dzar Al Ghifari :
“Bersabarlah, alaupun dia (pemimpin) seorang budak habsyi”
dan sabdanya kepada kaum anhar :
“Bersabarlah kalian hingga menemuiku di talaga”
dari Al Irbad bin Sariyah bahwasanya dia menceritakan kepadanya, bahwasanya pada suatu hari Rasullaah memberi wasiat yang cukup mengesankan kepada mereka setelah shalat subuh, yang membuat air mata berlinangan, dan hati bergemetar, lalu ada seorang yang berkata :
“ya Rasulullah, sungguh ini merupakan wasiat orang yang akan berpisah, lalu apa yang kamu perintahkan kepada kami ? Beliau menjawab :
“Aku berwasiat kepada kalian supaya bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat. (Ibnu Abi Ashim)
di dalam sunnah tidak terdapat anjuran untuk menentang dan memerangi penguasa, sebab hal itu akan berdampak pada kerusakan agama dan dunia’ (As Sunnah, al barbahari, hal 77)
Ima Abu Ja’far At Thahawi berkata :
“kami tidak memandang dibolehkannya menentang para pemimpin dan penguasa kami, walaupun mereka bermaksiat dan dzalim, tidak melaknat mereka, tidak mencabut tangan kita dari ketaatan kepada mereka, dan menurut kami ketaatan kepada mereka termasuk ketaatan kepada Allah Ta’ala itu sebagai kewajiban, selama mereka tidak memerintahkan berbuat kemaksiatan, dan kami mendoakan mereka dengan kemaslahatan dan kesejahteraan. (asy syariah,, al ajuri, hal 28)
dari Zaid bin Tsabit Radhiyallaahu’anhu, dia berkata, Rasulullaah bersabda :
“ada tiga sifat yang membuat hati seorang Muslim tidak dengki kepada ketiganya : engikhlaskan amal perbuatan karena Allah, nasihat bagi para pemimpin dan setia bersama jamaah, sesungguhnya doa mereka mengelilingi sekitar mereka yang datang dari arah belakang mereka. (as sunnah, Ibn Abi Ashim, hal 498)
dari Tamim Ad Dari berkata : Rasulullah bersabda
“agama tu nasehat”. mereka berkata : “untuk siapa ya Rasulullaah ? ” Beliau menjawab : “<span>”Untuk Allah, kitab-Nya, rasul-Nya, para pemimpin umat Islam, dan bagi seluruh kaum muslimin.” (HR Muslim).</span>
Dari Iyadh bin Ghunaim radhiallohu ‘anhu berkata, bersabda Rasul sholallohu ‘alaihi wa sallam:
“Barangsiapa yang ingin menasehati penguasa maka janganlah melakukannya dengan terang-terangan di hadapan umum. Akan tetapi dengan cara mengambil tangan pengauas tersebut dan menyendiri. Jika ia menerimanya maka inilah yang diharapkan, jika tidak menerimanya maka ia telah melakukan kewajibannya.” (HR. Ahmad, Ibnu Abi Ashim, Al-Hakim, dan Baihaqi. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Adz-Dzilal)
Ibnu Shalaah rahimahullah berkata :
“Nasihat kepada para penguasa dilakukan dengan membantu dan mentaatinya dalam kebenaran. Menegur dan menyadarkannya dengan lemah lembut dan halus. Tidak melakukan penyerangan kepadanya dan hendaklah mendoakannya untuk mendapatkan taufiq Allah serta mengajak orang membantu mereka.”
(Lihat Iqadzul Himam hal.128)
Demikian juga Al Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan makna nasihat kepada para penguasa dengan menyatakan, “Membantu tugas kewajiban yang dibebankannya. Menegurnya ketika lalai, menyatukan kekuatan dan hati rakyat di bawah (kepemimpinan) mereka. Dan yang lebih besar lagi ialah mencegah mereka dari berbuat dzalim dengan cara yang baik.”
(Fathul Bari Syarh Shohih Al Bukhari karya Imam Al Haafidz Ibnu Hajar rahimahullah 1/136).
Imam Syaukani rahimahullah memberikan nasehat kepada kita seputar nasehat kepada wali amr dalam pernyataan beliau:
“Namun sudah seharusnya orang yang melihat kesalahan imam pada sebagian perkara untuk menasehatinya dan tidak menampakkan celaan dikhalayak ramai, bahkan seharusnya berbuat seperti yang dijelaskan dalam hadits yaitu untuk mengajaknya dan berduaan lalu memberikan nasehat kepadanya. Janganlah merendahkan sulton Allah (penguasa).”
(Lihat: As Sail Al Jaraar Al Mutadaffiq ‘Alaa Hadaa’iq Al Azhaar, karya Muhammad bin Ali Asy Syaukani)
Imam Al-Barbahariy berkata:
“Jika kamu melihat seseorang mendo’akan kejelekan bagi penguasa maka ketahuilah bahwa dia adalah pengekor hawa nafsu, dan jika kamu mendengar seseorang mendoakan penguasa dengan kebaikan maka ketahuilah bahwa dia adalah pengikut Sunnah.” (Aqidah as salaf Ashabul Hadist)
Fudhail bin Iyadh berkata : ” seandainya aku memiliki suatu doa, maka aku tidak memperuntukkannya melainkan kepada penguasa”. dia berkata, Ahmad bin Kamil memberitahukan kepada kami, dia berkata, Al Husain bin Muhammad t Thabari memeberitahkan kepada kami, Mardawih as Shaigh memberitahukan kepada kami, dia berkata : “aku mendengar Fudhail berkata : “seandainya aku memiliki doa yang mustajab maka aku tidak memperuntukkannya melainkan kepada penguasa, dikatakan kepadanya :
“wahai Abu Ali, jelaskan hal ini kepada kami. dia berkata :
“jika aku peruntukkan bagi diriku maka doa itu akan mengembalikanku, dan jika aku peruntukkan bagi penguasa, itu akan baik, jika penguasa baik maka masyarakat dan negeri pun turut baik, kami diperintah supaya mendoakan kebaikan bagi mereka, tapi kami tidak diperintahkan supaya melaknati mereka, walaupun mereka adalah penguasa yang zalim dan durhaka, karena kezaliman dan kedurhakaan itu dampaknya pada diri mereka sendiri, tapi kebaikan mereka akan berdampak pada diri mereka dan kaum Muslimin. (as sunnah, al Barbahari)
maka, nasihatku bagi diriku dan bagi pemuda Islam, bertakwalah kepada Allah, hendaknya memahami agama ini sesuai dengan petunjuk Al Quran dab As Sunnah sebagaimna yang dipahami oleh generasi pertama dari umat ini.
semoga Allah melimpahkan rahmatNya kepada Mereka, inilah perkataan mereka dan inilah atsar mereka dan sejarah perjalanan hidup mereka, hikmah adalah hikmah, jalan kebenaran adalah jalan kebenaran wahai pemuda Islam.
Wallaahu’alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.