Bismillah
Saudaraku ikhwatifillah..Tahdzir, cercaan, dan sikap keras terhadap ahlul bid’ah telah ditunjukkan oleh Rasulullah . Kita semua pun sepakat, bahwa Rasulullah memeliki akhlaq yang termulia dan terbaik, sebagaimana direkomendasikan dengan tegas oleh Allah di dalam firman-Nya:
و إنك لعلى خلق عظيم
“Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berakhlaq yang sangat tinggi.” [Al Qalam:4]
Kita semua sepakat bahwa Rasulullah adalah uswatun hasanah:
لقد كان لكم في رسول الله أسوة حسنة لمن كان يرجوا الله و اليوم الآخر و ذكر الله كثيرا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi yang mengharap (rahmat) Allah dan (kemuliaan) hari akhir dan dia banyak menyebut Allah.” [Al Ahzab:21]
Maka merupakan akhlaq yang sangat mulia dan wajib kita teladani ketika Rasululah bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاَق
“Hanyalah aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia.”
Demikian juga, merupakan akhlaq yang sangat mulia dan wajib kita tauladani ketika Rasulullah mencerca dan bersikap keras terhadap ahlul bid’ah serta mentahdzir (memperingatkan) umat dari kejahatan mereka, baik secara umum maupun secara khusus.
Contoh sikap keras dan tahdzir secara umum adalah: sabda beliau kepada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha tentang firman Allah :
هو الذي أنزل عليك الكتاب منه آيات محكمات هن أم الكتاب و أخر متشابهات، فأما الذين في قلوبهم زيغ فيتبعون ما تشابه منه ابتغاء
الفتنة و ابتغاء تأويله
“Dialah (Allah) yang telah menurunkan kepada kalian Al Kitab, yang padanya ada ayat-ayat muhkamah, yang itu merupakan induk Al Kitab, dan yang lainnya ayat-ayat mutasyabihat. Adapun orang-orang yang di hatinya ada penyimpangan mereka akan mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat dalam rangka mencari fitnah dan mencari ta’wilnya…” [Ali ‘Imran : 7]
Rasulullah menegaskan kepada ‘Aisyah:
إِذَا رَأَيْتِ الَّذِيْنَ يَتَّبِعُوْنَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ فَأُوْلَئِكَ الَّذِيْنَ سَمَّى اللهُ، فَاحْذَرُوْهُمْ
“Apabila kau melihat orang-orang yang sukanya mengikuti ayat-ayat yang mutasyabih, maka merekalah yang Allah sebutkan (pada ayat tersebut). Maka hati-hatilah dari mereka.” [Muttafaqun ‘alaih]
Adapun contoh sikap keras dan tahdzir secara khusus, adalah:
Rasulullah juga bersabda tentang khawarij:
هُمْ شَرُّ الْخَلْقِ وَ الْخَلِيْقَةِ
Mereka adalah sejahat-jahat makhluk dan ciptaan. [HR. Muslim. No. 1067, dari Abu Dzarr]
Rasulullah juga berbicara pedas tentang khawarij dengan mengatakan:
الخَوَارِجُ كِلاَبُ النَّار
Khawarij adalah anjing-anjing neraka. [HR. Ibnu Majah (172) dari ‘Abdurrahman bin Abi Aufa]
Beliau juga bersabda sebagaimana dibawakan oleh Abu Umamah:
كِلاَبُ النَّارِ، كِلاَبُ النَّارِ، كِلاَبُ النَّارِ. هَؤُلاَءِ شَرُّ قَتْلَى قُتِلُوا تَحْتَ أَدِيْمِ السَّمَاءِ، وَ خَيْرُ قَتْلَى قُتِلُوا تَحْتَ أَدِيْمِ السَّمَاءِ الَّذِيْنَ قَتَلَهُمْ هَؤُلاَءِ
Anjing-anjing neraka, anjing-anjing neraka, anjing-anjing neraka! Mereka ini sejelek-jelek orang yang dibunuh di bahwa kolong langit ini. Dan sebaik-baik orang yang terbunuh di bahwa kolong langit ini adalah orang-orang yang dibunuh oleh mereka. [HR. Ahmad, Ibnu Majah]
Beliau juga bersabda bersabda:
فَإِذَا لَقِيْتُمُوْهُمْ فَاقْتُلُوْهُمْ فَإِنَّ فِي قَتْلِهِمْ أَجْرًا لِمَنْ قَتَلَهُمْ عِنْدَ اللهِ يَوْمَ القِيَامَةِ
Maka jika kalian mendapati mereka (khawarij), perangilah mereka! Karena sesungguhnya orang-orang yang memerangi mereka akan mendapat pahala di sisi Allah pada hari kiamat. [Muttafaqun ‘alaihi]
Al Qadariyyah itu majusinya umat ini. Jika mereka sakit, maka jangan dijenguk, jika mereka mati, jangan disaksikan (dihadiri) jenazah mereka. [HR. Ibnu Abi ‘Ashim]
Sikap keras dan tahdzir terhadap bid’ah dan ahlul bid’ah juga ditunjukkan oleh para shahabat. Di antaranya: ‘Abdullah bin ‘Abbas, ketika beliau berbicara tentang Al Qadariyyah :
“Demi Allah, tidaklah turun ayat:
“Rasakanlah oleh kalian adzab neraka Saqar Sesungguhnya segala sesuatu Kami ciptakan dengan ketetapan taqdir.” [Al Qamar : 48-49]
melainkan ditujukan kepada mereka. Mereka itu adalah sejelek-jelek umat ini, jangan kalian jenguk orang yang sakit di antara mereka, jangan kalian shalati orang yang mati dari kalangan mereka. Bila aku melihat salah seorang dari mereka, NISCAYA AKU AKAN MENCUNGKIL KEDUA MATANYA DENGAN DUA JARIKU INI.”
[Pembahasan serupa dengan ini telah dibahas dalam buku “Mereka Adalah Teroris” halaman 264-267(cet.I) atau halaman 276-279 (cet.II). dan di antara hadits-hadits di atas juga disebutkan berulang-ulang pada buku. Dan penulis pun juga telah menjelaskan di bagian kata pengantar cetakan I. Lihat pula halaman 104-119 cet I; atau 112-127 cet. II]
Asy Syaikh Rabi’ bin Hadi hafidhahullah berkata :
“Membantah, men-jarh (mengkritik dan mencerca) ahlul bid’ah, dan memperingatkan manusia dari bahaya mereka merupakan perkara pokok dalam Islam, karena hal ini termasuk bab amar ma’ruf nahi munkar yang paling penting dan juga termasuk bab nasehat yang terpenting terhadap Islam dan muslimin. Orang yang pertama kali men-jarh (mencerca) dan men-tahdzir (memperingatkan umat dari) orang-orang yang menyimpang adalah Rasulullah , yaitu ketika Rasulullah men-tahdzir (umat dari bahaya) khawarij dalam beberapa hadits dan menyifati mereka sebagai sejelek-jelek makhluk, beliau juga mencela Dzulkhuwaishirah (nenek moyang khawarij). Dan dalil-dalil yang menunjukkan tentang perkara ini banyak sekali.” –sekian dari Asy Syaikh Rabi’ —
Perlu diperhatikan, bahwa membantah dan memperingatkan dari bid’ah dan ahlul bid’ah ini harus ditegakkan di atas hujjah ilmiah, berdasarkan nash-nash Al Qur’an dan As Sunnah sesuai dengan apa yang telah difahami dan diaplikasikan oleh salaful ummah. Tidak boleh asal ngomong, maupun karena emosi. Karena itu, yang berhak melaksanakan ini adalah orang-orang yang bertaqwa, adil, dan jujur, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah :
يَحْمِلُ هَذَا الْعِلْمَ مِنْ كُلِّ خَلَفٍ عُدُوْلُهُ يُنْفُوْنَ عَنْهُ تَحْرِيْفَ الغَالِيْنَ وَ انْتِحَالَ الْمُبْطِلِيْنِ وَ تَأْوِيْلَ الْجَاهِلِيْنَ
Ilmu agama ini akan terus dibawa oleh orang-orang adil (terpercaya) dari tiap generasi, yang selalu berjuang membersihkan agama ini dari:
Merekalah para ‘ulama ahlus sunnah wal jama’ah, yang di antara akhlaq dan sifat mereka adalah:
إنما يخشى الله من عباده العلماء
“Sesungguhya yang paling takut kepada Allah di antara para hamba-Nya hanyalah para ‘ulama. Sesungguhnya Allah itu Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” [Fathir : 28]
Karena itu mari kita perbaiki akhlaq dan sikap kita, yaitu dengan benar-benar meniru akhlaq dan bimbingan Rasulullah dalam segala aspeknya, baik dalam aqidah, ibadah, da’wah, maupun mu’amalah sesama manusia. Ingat, kembalikan itu semua pada bimbingan dan petunjuk Rasulullah , bukan pada pada perasaan, pendapat, maupun akal seseorang ataupun kelompok, bukan pula pada adat istiadat suatu suku atau bangsa tertentu.
Saudaraku ikhwatifillah..Tahdzir, cercaan, dan sikap keras terhadap ahlul bid’ah telah ditunjukkan oleh Rasulullah . Kita semua pun sepakat, bahwa Rasulullah memeliki akhlaq yang termulia dan terbaik, sebagaimana direkomendasikan dengan tegas oleh Allah di dalam firman-Nya:
و إنك لعلى خلق عظيم
“Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berakhlaq yang sangat tinggi.” [Al Qalam:4]
Kita semua sepakat bahwa Rasulullah adalah uswatun hasanah:
لقد كان لكم في رسول الله أسوة حسنة لمن كان يرجوا الله و اليوم الآخر و ذكر الله كثيرا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi yang mengharap (rahmat) Allah dan (kemuliaan) hari akhir dan dia banyak menyebut Allah.” [Al Ahzab:21]
Maka merupakan akhlaq yang sangat mulia dan wajib kita teladani ketika Rasululah bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاَق
“Hanyalah aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia.”
Demikian juga, merupakan akhlaq yang sangat mulia dan wajib kita tauladani ketika Rasulullah mencerca dan bersikap keras terhadap ahlul bid’ah serta mentahdzir (memperingatkan) umat dari kejahatan mereka, baik secara umum maupun secara khusus.
Contoh sikap keras dan tahdzir secara umum adalah: sabda beliau kepada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha tentang firman Allah :
هو الذي أنزل عليك الكتاب منه آيات محكمات هن أم الكتاب و أخر متشابهات، فأما الذين في قلوبهم زيغ فيتبعون ما تشابه منه ابتغاء
الفتنة و ابتغاء تأويله
“Dialah (Allah) yang telah menurunkan kepada kalian Al Kitab, yang padanya ada ayat-ayat muhkamah, yang itu merupakan induk Al Kitab, dan yang lainnya ayat-ayat mutasyabihat. Adapun orang-orang yang di hatinya ada penyimpangan mereka akan mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat dalam rangka mencari fitnah dan mencari ta’wilnya…” [Ali ‘Imran : 7]
Rasulullah menegaskan kepada ‘Aisyah:
إِذَا رَأَيْتِ الَّذِيْنَ يَتَّبِعُوْنَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ فَأُوْلَئِكَ الَّذِيْنَ سَمَّى اللهُ، فَاحْذَرُوْهُمْ
“Apabila kau melihat orang-orang yang sukanya mengikuti ayat-ayat yang mutasyabih, maka merekalah yang Allah sebutkan (pada ayat tersebut). Maka hati-hatilah dari mereka.” [Muttafaqun ‘alaih]
Adapun contoh sikap keras dan tahdzir secara khusus, adalah:
- Sikap keras beliau terhadap kaum teroris-khawarij:
- Rasulullah bersabda:
Rasulullah juga bersabda tentang khawarij:
هُمْ شَرُّ الْخَلْقِ وَ الْخَلِيْقَةِ
Mereka adalah sejahat-jahat makhluk dan ciptaan. [HR. Muslim. No. 1067, dari Abu Dzarr]
Rasulullah juga berbicara pedas tentang khawarij dengan mengatakan:
الخَوَارِجُ كِلاَبُ النَّار
Khawarij adalah anjing-anjing neraka. [HR. Ibnu Majah (172) dari ‘Abdurrahman bin Abi Aufa]
Beliau juga bersabda sebagaimana dibawakan oleh Abu Umamah:
كِلاَبُ النَّارِ، كِلاَبُ النَّارِ، كِلاَبُ النَّارِ. هَؤُلاَءِ شَرُّ قَتْلَى قُتِلُوا تَحْتَ أَدِيْمِ السَّمَاءِ، وَ خَيْرُ قَتْلَى قُتِلُوا تَحْتَ أَدِيْمِ السَّمَاءِ الَّذِيْنَ قَتَلَهُمْ هَؤُلاَءِ
Anjing-anjing neraka, anjing-anjing neraka, anjing-anjing neraka! Mereka ini sejelek-jelek orang yang dibunuh di bahwa kolong langit ini. Dan sebaik-baik orang yang terbunuh di bahwa kolong langit ini adalah orang-orang yang dibunuh oleh mereka. [HR. Ahmad, Ibnu Majah]
Beliau juga bersabda bersabda:
فَإِذَا لَقِيْتُمُوْهُمْ فَاقْتُلُوْهُمْ فَإِنَّ فِي قَتْلِهِمْ أَجْرًا لِمَنْ قَتَلَهُمْ عِنْدَ اللهِ يَوْمَ القِيَامَةِ
Maka jika kalian mendapati mereka (khawarij), perangilah mereka! Karena sesungguhnya orang-orang yang memerangi mereka akan mendapat pahala di sisi Allah pada hari kiamat. [Muttafaqun ‘alaihi]
- Sikap keras beliau terhadap pengingkar taqdir (Al Qadariyyah) :
Al Qadariyyah itu majusinya umat ini. Jika mereka sakit, maka jangan dijenguk, jika mereka mati, jangan disaksikan (dihadiri) jenazah mereka. [HR. Ibnu Abi ‘Ashim]
Sikap keras dan tahdzir terhadap bid’ah dan ahlul bid’ah juga ditunjukkan oleh para shahabat. Di antaranya: ‘Abdullah bin ‘Abbas, ketika beliau berbicara tentang Al Qadariyyah :
“Demi Allah, tidaklah turun ayat:
“Rasakanlah oleh kalian adzab neraka Saqar Sesungguhnya segala sesuatu Kami ciptakan dengan ketetapan taqdir.” [Al Qamar : 48-49]
melainkan ditujukan kepada mereka. Mereka itu adalah sejelek-jelek umat ini, jangan kalian jenguk orang yang sakit di antara mereka, jangan kalian shalati orang yang mati dari kalangan mereka. Bila aku melihat salah seorang dari mereka, NISCAYA AKU AKAN MENCUNGKIL KEDUA MATANYA DENGAN DUA JARIKU INI.”
[Pembahasan serupa dengan ini telah dibahas dalam buku “Mereka Adalah Teroris” halaman 264-267(cet.I) atau halaman 276-279 (cet.II). dan di antara hadits-hadits di atas juga disebutkan berulang-ulang pada buku. Dan penulis pun juga telah menjelaskan di bagian kata pengantar cetakan I. Lihat pula halaman 104-119 cet I; atau 112-127 cet. II]
Asy Syaikh Rabi’ bin Hadi hafidhahullah berkata :
“Membantah, men-jarh (mengkritik dan mencerca) ahlul bid’ah, dan memperingatkan manusia dari bahaya mereka merupakan perkara pokok dalam Islam, karena hal ini termasuk bab amar ma’ruf nahi munkar yang paling penting dan juga termasuk bab nasehat yang terpenting terhadap Islam dan muslimin. Orang yang pertama kali men-jarh (mencerca) dan men-tahdzir (memperingatkan umat dari) orang-orang yang menyimpang adalah Rasulullah , yaitu ketika Rasulullah men-tahdzir (umat dari bahaya) khawarij dalam beberapa hadits dan menyifati mereka sebagai sejelek-jelek makhluk, beliau juga mencela Dzulkhuwaishirah (nenek moyang khawarij). Dan dalil-dalil yang menunjukkan tentang perkara ini banyak sekali.” –sekian dari Asy Syaikh Rabi’ —
Perlu diperhatikan, bahwa membantah dan memperingatkan dari bid’ah dan ahlul bid’ah ini harus ditegakkan di atas hujjah ilmiah, berdasarkan nash-nash Al Qur’an dan As Sunnah sesuai dengan apa yang telah difahami dan diaplikasikan oleh salaful ummah. Tidak boleh asal ngomong, maupun karena emosi. Karena itu, yang berhak melaksanakan ini adalah orang-orang yang bertaqwa, adil, dan jujur, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah :
يَحْمِلُ هَذَا الْعِلْمَ مِنْ كُلِّ خَلَفٍ عُدُوْلُهُ يُنْفُوْنَ عَنْهُ تَحْرِيْفَ الغَالِيْنَ وَ انْتِحَالَ الْمُبْطِلِيْنِ وَ تَأْوِيْلَ الْجَاهِلِيْنَ
Ilmu agama ini akan terus dibawa oleh orang-orang adil (terpercaya) dari tiap generasi, yang selalu berjuang membersihkan agama ini dari:
- Tahriful Ghalin (pemutarbalikan pengertian agama yang dilakukan oleh para ekstrimis).
- Intihalul Mubthilin (Kedustaan orang-orang sesat yang mengatasnamakan agama)
- Ta’wilul Jahilin (Penta’wilan agama yang salah yang dilakukan oleh orang-orang yang jahil)
Merekalah para ‘ulama ahlus sunnah wal jama’ah, yang di antara akhlaq dan sifat mereka adalah:
إنما يخشى الله من عباده العلماء
“Sesungguhya yang paling takut kepada Allah di antara para hamba-Nya hanyalah para ‘ulama. Sesungguhnya Allah itu Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” [Fathir : 28]
Karena itu mari kita perbaiki akhlaq dan sikap kita, yaitu dengan benar-benar meniru akhlaq dan bimbingan Rasulullah dalam segala aspeknya, baik dalam aqidah, ibadah, da’wah, maupun mu’amalah sesama manusia. Ingat, kembalikan itu semua pada bimbingan dan petunjuk Rasulullah , bukan pada pada perasaan, pendapat, maupun akal seseorang ataupun kelompok, bukan pula pada adat istiadat suatu suku atau bangsa tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.