إنّ الحد لله , نحمده ونستعينه ونشتغفره , ونعوذب الله من شرور أنفسنا ومن سيّئات أعمالنا , من يهده الله فلا مضلّ له ومن يضلل فلا هادي له, وأشهد أن لا إله إ لاّ الله وحده لا شريك له, وأشهد أنّ محمّدا عبده ورسوله
”
أمّا بعد فإنّ أصدق الحديث كتاب الله , وأحسن الهدي هدي محمّد, وشرَّ
الأمور محدثاتها , وكلَّ محدثاتةٍ بدعة, وكلَّ بدعة ضلالة, وكلَّ ضلالة في
النّار
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا
النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ
وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً
وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ
اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًاو,
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ
يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Segala puji hanya milik Allah, shalawat dan salam semoga dilimpahkan
kepada Rosulullah dan orang-orang yang loyalitas kepadanya, wa ba’du:
Ini adalah salah satu risalah yang telah saya tulis saat saya melihat beberapa ikhwah membicarakan hal yang sangat besar, dan tulisan ini merupakan risalah untuk membantah syubhat-syubhat terbesar orang-orang yang jahil. Syubhat-syubhat itu telah ada dari zaman dahulu hingga sekarang, sehingga dengan tersebarnya syubhat itu orang awam pun merasa bingung.
Saya menulis lembaran-lembaran ini dengan uslub/metode yang sesuai dengan keadaan mereka sehingga memudahkan bantahan terhadap mereka serta terhadap syubhat-syubhatnya, juga untuk mempermudah bagi ikhwan-ikhwan yang baru bergabung dengan dakwah yang penuh berkah ini. Dan apa yang saya harapkan itu dengan karunia Allah alhamdulillah bisa terealisasi, sehingga orang-orang ‘awam dari kalangan ahlussunnah mampu mematahkan dengan telak dalam masalah ini dalih orang-orang yang merasa bangga bahwa mereka itu adalah alumni universitas dan fakultas-fakultas lainnya. Ini semua sebagai pembuktian ucapan Syaikhul Islam Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah dalam kitabnya Kasyfusysyubhat: (Bisa jadi musuh-musuh tauhid itu memiliki ilmu yang banyak sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
Ini adalah salah satu risalah yang telah saya tulis saat saya melihat beberapa ikhwah membicarakan hal yang sangat besar, dan tulisan ini merupakan risalah untuk membantah syubhat-syubhat terbesar orang-orang yang jahil. Syubhat-syubhat itu telah ada dari zaman dahulu hingga sekarang, sehingga dengan tersebarnya syubhat itu orang awam pun merasa bingung.
Saya menulis lembaran-lembaran ini dengan uslub/metode yang sesuai dengan keadaan mereka sehingga memudahkan bantahan terhadap mereka serta terhadap syubhat-syubhatnya, juga untuk mempermudah bagi ikhwan-ikhwan yang baru bergabung dengan dakwah yang penuh berkah ini. Dan apa yang saya harapkan itu dengan karunia Allah alhamdulillah bisa terealisasi, sehingga orang-orang ‘awam dari kalangan ahlussunnah mampu mematahkan dengan telak dalam masalah ini dalih orang-orang yang merasa bangga bahwa mereka itu adalah alumni universitas dan fakultas-fakultas lainnya. Ini semua sebagai pembuktian ucapan Syaikhul Islam Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah dalam kitabnya Kasyfusysyubhat: (Bisa jadi musuh-musuh tauhid itu memiliki ilmu yang banyak sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
فَلَمَّا جَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَرِحُوا بِمَا
عِنْدَهُمْ مِنَ الْعِلْمِ وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ
يَسْتَهْزِئُونَ
”Maka tatkala datang kepada mereka rasul-rasul (yang diutus
kepadanya) mereka dengan membawa keterangan-keterangan, mereka merasa
senang dengan pengetahuan yang ada pada mereka, dan mereka di kepung
oleh adzab Allah yang selalu mereka perolok-olok,” (QS. Ghafir 40: 83]
Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah
berkata: Dan satu orang awam dari kalangan muwahhidiin mampu
mengalahkan seribu orang dari kalangan ulama kaum musyrikin, sebagaimana
firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
وَإِنَّ جُنْدَنَا لَهُمُ الْغَالِبُونَ
”Dan sesungguhnya tentara kami itu lah yang pasti menang,” (QS. Ash Shaffaat : 173).
وَإِنَّ جُنْدَنَا لَهُمُ الْغَالِبُونَ
”Dan sesungguhnya tentara kami itu lah yang pasti menang,” (QS. Ash Shaffaat : 173).
Ada Beberapa Faktor Kenapa Mereka Mudah Terseret Kepada Kubangan Iblis (Faham-faham sesat) .
a. Faktor Kejahilan
b. Faktor ekonomi
c . Faktor kondisi Terpaksa Oleh Situasi Dan Keadaan
Allah Berfirman Di Dalam Al-Qur’an :
لَهُمْ قُلُوبٌ لا يَفْقَهُونَ بِهَا
وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لا يَسْمَعُونَ
بِهَا أُولَئِكَ كَالأنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ
الْغَافِلُونَ
Mereka punya hati tapi tidak paham tentangnya, mereka punya mata
tapi tidak melihatnya, mereka punya pendengaran tapi tidak mendengarnya,
mereka itu seperti binatang bahkan lebih sesat. Mereka itulah
orang-orang yang lalai.” (Al-A’raf: 179).
----------------------------------------------
--------------------------------------------------
Berikut makna Al-Ma’iyyah.... المعية maksudnya kebersamaan Allah dengan hamba-hambaNya. Ini banyak dijelaskan di dalam Al-Quran antaranya:
Maksudnya: “Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadaNya. Dan Dia beserta kalian dimanapun kalian berada. Dan Allah Maha Melihat akan apa yang kalian kerjakan.” (Al-Hadiid: 4)
{أَلَمْ
تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ
مَا يَكُونُ مِنْ نَجْوَى ثَلاثَةٍ إِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ وَلا خَمْسَةٍ
إِلَّا هُوَ سَادِسُهُمْ وَلا أَدْنَى مِنْ ذَلِكَ وَلا أَكْثَرَ إِلاَّ
هُوَ مَعَهُمْ أَيْنَ مَا كَانُوا ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوا
يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ}.
Maksudnya: “Tidakkah kamu perhatikan bahawa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi? Tiada pembicaraan rahsia antara tiga orang, melainkan Diala yang keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dialah yang keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara (jumlah) yang kurang dari itu, atau lebih banyak, melainkan Dia bersama mereka dimanapun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitakan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Al-Mujaadalah: 7)
Ayat di atas inilah yg menjadikan beberapa kelompok menjadi menyimpang dalam memahaminya, diantaranya:
Jahmiyyah Mu’atthilah
Golongan ini berpandangan bahawa Allah tidak berada di dalam alam dan tidak pula di luarnya, tidak di atas alam dan tidak pula di bawahnya, tidak terpisah dengannya dan tidak pula bersatu dengannya. Mereka mengatakan dengan menafikan dua sifat yang saling berlawanan sekaligus tidak mungkin sesuatu yang ada wujudnya terlepas dari keduanya. (Lihat Ta’wil Musykilat Al-Hadits, Ibn Fauruq, halaman 63 dan Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad, halaman 29-34)
Mereka ini didorong dengan rasa kerisauan akan menyerupakan Allah dengan makhluknya secara berlebihan sehingga mereka menafikan Allah keseluruhannya. Maka mereka berpandangan sedemikian kerana ingin menghindari (sebagaimana dakwaan mereka) menetapkan bagi Allah itu arah (Jihah), tempat (Makan), dan posisi (Haiyiz) bagi Allah Ta’ala. Sebab itulah mereka beranggapan bahawa tajsim (menetapkan jasmani bagi Allah) itu adalah tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya). (Lihat Al-Atsaru Al-Marwiyati Fi Sifatu Al-Ma’iyyati, Dr. Muhammad Khalifah At-Tamimi, edisi terjemahan, Akbar Media Eka Sarana, halaman 96)
Jahmiyyah Hulliyyah
Golongan ini berpandangan bahawa zat Allah berada di setiap tempat (dimana-mana). Ini merupakan pendapat An-Najjariyyah. Nisbah kepada pengikut Husain bin Muhammad bin Abdullah bin Najjar. Dia ini merupakan seorang yang paling banyak mewarnai pandangan Mu'tazilah.
Asy-Syahrastani menukilkan dari Kitab Al-Milal Wa An-Nihal (1/113-114) dari Ka’bi mengatakan: “An-Najjar pernah mengatakan bahawa sesungguhnya Allah ada dalam bentuk wujud di setiap tempat, dan bukan bermakna ilmu dan kuasa.” (Lihat Maqalat Islamiyyin, Al-Farqu Baina Firaq (126-12), Usuluddin oleh Al-Baghdadi (334), dan At-Tabsir Fi Ad-Din)
Mereka mengatakan Allah berada di setiap tempat dengan berhujahkan ayat-ayat Ma’iyyah di atas tadi. Mereka mentakwilkan nas-nas tentang ketinggian Allah di atas ‘Arasy serta seluruh nas yang berlawanan dengan pandangan mereka. (Lihat Al-Atsaru Al-Marwiyati Fi Sifatu Al-Ma’iyyati, halaman 98-99)
Adapun Ahli Sunnah Wal Jamaah
Mereka ini adalah kelompok yang selamat dalam memahami ayat-ayat Ma’iyyah Allah. Berkenaan ayat-ayat ma’iyyah Allah ditafsirkan oleh para Ulama adalah sebagaimana berikut:
1 - Pendapat Ibnu Abas rodhiallahu 'anhu:
أخرج ابن أبي حاتم عن ابن عباس في قوله {وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ} قال: "عالم بكم أينما كنتم"
Maksdnya: Ibn Abi Hatim Ar-Razi rohimahullah mengeluarkan riwayat dari Ibn ‘Abbas tentang firman Allah Ta’ala: “Dan Dia bersama kalian dimanapun kalian berada.” Ibn ‘Abbas berkata: “Allah Maha Mengetahui dimanapun kalian berada.” (Lihat Ad-Durar Mantsur oleh As-Suyuti, jilid 6, halaman 171)
2 – Pendapat Muqatil bin Hayyan rohimahulloh
Berkata mengenai firman Allah: “Tiada pembicaraan rahsia antara tiga orang, melainkan Diala yang keempatnya. Muqatil berkata: “Allah di atas ‘Arasy dan ilmu-Nya menyertai mereka dimanapun mereka berada.
Diriwayat oleh Imam Ahmad secara mausul dalam
As-Sunnah (71), Abu Daud dalam Masa-il (263), Ibn Jarir At-Thobari dalam
tafsirnya (28/12-13), Al-Ajurri dalam Asy-Syari’ah (3/1079), no: 655,
Ibn Batthah di dalam Al-Ibanah (3/152-153), no: 109, Ibn Abi Ya’la dalam
At-Thobaqat (1/252), Al-Baihaqi dalam Asma’ was Sifat (2/341-342), no:
909, Ibn Abdil Barr dalam At-Tamhid (7/139), dan Ibn Qudamah dalam
Itsbat Sifat Al-Uluw (113).
3 – Imam Ad-Darimi rohimahulloh berkata dalam kitabnya Ar-Raddu ‘Ala Al-Jahmiyyah, dalam bab Istiwa’ Ar-Rabbi Tabaraka wata’ala ‘Ala Al-‘Arsy:
3 – Imam Ad-Darimi rohimahulloh berkata dalam kitabnya Ar-Raddu ‘Ala Al-Jahmiyyah, dalam bab Istiwa’ Ar-Rabbi Tabaraka wata’ala ‘Ala Al-‘Arsy:
"فاحتج
بعضهم فيه بكلمة زندقة استوحش من ذكرها وتستر آخر من زندقة صاحبه فقال:
قال تعالى {أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ
وَمَا فِي الأَرْضِ مَا يَكُونُ مِنْ نَجْوَى ثَلاثَةٍ إِلَّا هُوَ
رَابِعُهُمْ وَلا خَمْسَةٍ إِلاَّ هُوَ سَادِسُهُمْ وَلا أَدْنَى مِنْ
ذَلِكَ وَلا أَكْثَرَ إِلاَّ هُوَ مَعَهُمْ أَيْنَ مَا كَانُوا ثُمَّ
يُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ
شَيْءٍ عَلِيمٌ} قلنا: هذه الآية لنا عليكم لا لكم، إنما يعني أنه حاضر كل
نجوى، ومع كل أحد من فوق العرش بعلمه، لأن علمه بهم محيط، وبصره فيهم نافذ،
لا يحجبه شيء عن علمه وبصره، ولا يتوارون منه بشيء، وهو بكماله فوق العرش
بائن من خلقه {يَعْلَمُ السِّرَّ وَأَخْفَى}، أقرب إلى أحدهم من فوق العرش
من حبل الوريد، قادر على أن يكون له ذلك، لأنه لا يبعد عن شيء ولا يخفى
عليه خافية في السموات ولا في الأرض، فهو كذلك رابعهم، وخامسهم، وسادسهم،
لا أنه معهم بنفسه في الأرض كما ادعيتم، وكذلك فسرته العلماء.."
Bantahan terhadap kelompok yang menyelewengkan makna ayat
Lafaz ma’iyyah di dalam Al-Quran dan Sunnah mengandungi dua makna, yaitu ma’iyyah Allah yang bersifat Umum dan yang bersifat Khusus.
Ma’iyyah Umum: Ma'iyyah ini dengan segala kandungannya bahawa Allah mengawasi dan menyaksikan mereka, menguasai dan mengetahui mereka. Ma’iyyah inilah dimaksudkan di dalam firmanNya:
Maksudnya: “Tidakkah kamu perhatikan bahawa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi? Tiada pembicaraan rahsia antara tiga orang, melainkan Dialah yang keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dialah yang keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara (jumlah) yang kurang dari itu, atau lebih banyak, melainkan Dia bersama mereka dimanapun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitakan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Al-Mujaadalah: 7)
Perhatikan ayat ini Allah memulainya dengan ilmu dan mengakhirkannya juga dengan ilmu. Sebab itulah para ulama dari kalangan sahabat dan tabi’in yang mengambil tafsir ayat-ayat ma’iyyah ini dari mereka sepakat bahawasanya tafsir ayat ini adalah bahawa Allah bersama mereka dengan ilmuNya. Ijma’ mereka ini dinukil dari Ibn Abdir Barr rohimahulloh di dalam kitabnya At-Tamhid (7/138) dan Abu Umar At-Thalamanki. (Lihat Al-Atsaru Al-Marwiyati Fi Sifatu Al-Ma’iyyati, halaman 108-109)
Begitu juga firman Allah:
“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadaNya. Dan Dia beserta kalian dimanapun kalian berada. Dan Allah Maha Melihat akan apa yang kalian kerjakan.” (Al-Hadiid: 4)
Zhohir ayat ini menunjukkan dengan jelas bahawa yang dimaksudkan dengan kebersamaan Allah adalah ilmu-Nya dan pengawasan-Nya terhadap makhluk-makhluk-Nya. Dalam ayat ini Allah khabarkan yang Dia berada di atas ‘Arasy-Nya dan mengetahui segala sesuatu dan Dia bersama kita dimanapun kita berada. Maka di dalam ayat ini Allah mengumpulkan antara Al-Uluw (ketinggian) dengan Ma’iyyah (kebersamaan-Nya dengan makhluk-Nya). Oleh sebab itu, sama sekali tidak ada pertentangan antara keduanya. Telah tsabit sebuah hadis dari Nabi sallallahu ‘alaihiwasallam:
والله فوق العرش يعلم ما أنتم عليه
“Dan Allah di atas ‘Arasy mengetahui apa yang kalian lakukan.”
Hadis ini diriwayatkan oleh Ahmad dalam musnadnya (1/207), Abu Daud no: 4723, Tirmizi no: 3320, Ibn Majah dalam Muqaddimah Sunannya (1/69), Ad-Darimi dalam Ar-Raddu Ala Bisyr Al-Marisi (448), Ibn Abi Ashim dalam As-Sunnah (1/253), Ibn Khuzaimah dalam At-Tauhid no: 144, Al-Ajurri dalam Asy-Syari’ah no:665, Ibn Mandah dalam At-Tauhid dan Al-Lalikai dalam Syarah Usul I’tiqad Ahlis Sunnah Wal Jamaah (3/390).
Ma’iyyah Khusus: Ma’iyyah khusus ini adalah dengan makna mengawasi, memberi pertolongan dan menguatkan. Ia dinamakan dengan ma’iyyah khusus kerana khusus bagi para Nabi dan orang-orang yang dicintai Allah.
Allah Ta’ala berfirman: “…Di waktu dia berkata kepada temannya, ‘Jangan engkau bersedih hati (berduka cita), sesungguhnya Allah bersama kita.” (At-Taubah: 40)
Dan juga firman Allah:
“…Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (An-Nahl: 128)
Lafaz ma’a di atas ini tidak menunjukkan bahawa Allah bercampur dengan makhlukNya. Apabila ditafsirkan kebersamaan Allah adalah dengan zat-Nya di setiap tempat, nescaya akan bertentanganlah ayat-ayat ma’iyyah umum dengan ayat-ayat ma’iyyah khusus. Makna yang sebenarnya adalah bahawa rahmat Allah bersama mereka dengan memberikan pertolongan dan kekuatan kepada mereka, dan bukan kepada lainnya. (Lihat Al-Atsaru Al-Marwiyati Fi Sifatu Al-Ma’iyyati, halaman 113)
Ibn Abdil Barr rahimahullah berkata:
"فوجب حمل هذه الآية على المعنى الصحيح المجتمع عليه، وذلك أنه في السماء إله معبود من أهل السماء، وفي الأرض إله معبود من أهل الأرض، وكذلك قال أهل العلم بالتفسير"
Maksdnya: “Ayat ini wajib dimaknai dengan makna yang sahih yang telah disepakati, dan itu adalah bahawa Dia di langit
adalah Robb yang disembah oleh penghuni langit, dan di bumi adalah
juga Allah yang disembah oleh penghuni bumi, dan begitulah yang
dikatakan oleh para ulama.” (Lihat: At-Tamhid, jilid 7 halaman 134)
Imam Al-Ajurri rohimahulloh berkata:
Imam Al-Ajurri rohimahulloh berkata:
:
"وقوله عزوجل {وَهُوَ الَّذِي فِي السَّمَاءِ إِلَهٌ وَفِي الأَرْضِ}
فمعناه: أنه جل ذكره إله من في السموات وإله من في الأرض، وهو الإله يعبد
في السموات، وهو الإله يعبد في الأرض، هكذا فسره العلماء"
Berkenaan ayat “Dan Dialah Robb (yang disembah) di langit dan Robb
(yang disembah) di bumi..”: “Allah Yang Maha Agung adalah Robbbagi
penghuni langit dan bumi. Allah adalah Robb yang disembah di langit dan
Dia juga Robb yang disembah di bumi, begitulah para ulama
menafsirkannya.” (Lihat Asy-Syari’ah, halaman 297)
Imam Al-Ajurri rohimahulloh juga berkata:
Imam Al-Ajurri rohimahulloh juga berkata:
"وعند
أهل العلم من أهل الحق {وَهُوَ اللَّهُ فِي السَّمَاوَاتِ وَفِي الأَرْضِ
يَعْلَمُ سِرَّكُمْ وَجَهْرَكُمْ وَيَعْلَمُ مَا تَكْسِبُونَ} هو كما قال
الحق {يَعْلَمُ سِرَّكُمْ} فما جاءت به السنن أن الله عزوجل على عرشه، وعلمه محيط بجميع خلقه، يعلم ما يسرون وما يعلنون، ويعلم الجهر من القول ويعلم ما يكتمون"
Maksudnya: “Dalam pandangan para ulama yang haq, tak ada pertentangan antara ayat “Dan Dia Allah di langit dan di bumi; Dia mengetahui rahsia kalian dan ketampakan kalian dan apa yang kalian usahakan.” Dengan firman Allah “Dia mengetahui rahsia kalian.” Maka hadis-hadis yang ada bahawasanya Allah di atas ‘ArasyNya dan ilmu-Nya meliputi semua makhluk-Nya. Dia mengetahui apa yang mereka rahsiakan dan apa yang mereka perlihatkan. Dia mengetahui ucapan yang kelihatan dan apa yang mereka sembunyikan.” (Ibid)
Demikianlah bantahan ini secara ringkas, bagi mereka yang masih lagi ngeyel untuk bersikeras dengan pendapatnya sebagai contoh golongan Al-Asya’irah yang mana mereka juga menuduh ahlussunnah sebagai Jamiyyah sedangkan telah jelas penyimpangan mereka. Bantahan juga telah dilontarkan kepada mereka. Begitulah Ahli Sunnah Wal Jamaah yang sentiasa menjaga agama dengan melakukan bantahan kepada golongan-golongan yang menyeleweng.
Golongan Asya’irah masih saja dengan pendapat mereka Allah tidak bertempat, sedang inilah pendapat Jahmiyyah sebagaimana telah dijelaskan di atas tadi. Telah jelas dengan dalil dari Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam bahawa “Allahu Fauqa Al-‘Arasy” (Allah di atas ‘Arasy). Mungkinkah mereka ingin masih hendak mentakwilkannya, kerana tidak cenderung kepada pemikiran mereka? Sepatutnya hadis Nabi ini telah jelas mentafsirkan ayat-ayat Istiwa-Nya Allah di atas ‘Arasy.
Saya bawakan pendapat guru Imam Bukhari rahimahullah, yang membawakan perkataan Abdullah bin Mubarak rohimahulloh;
عن علي بن الحسن بن شقيق، شيخ البخاري، قال: قلت لعبد الله ابن المبارك كيف نعرف ربنا؟ قال: "في السماء السابعة على عرشه".
وفي لفظ "على السماء السابعة على عرشه، ولا نقول كما تقول الجهمية إنه
هاهنا في الأرض". وقال أيضاً: سألت ابن المبارك: كيف ينبغي لنا أن نعرف
ربنا؟. قال: "على السماء السابعة، على عرشه، ولا نقول كما تقول الجهمية إنه
هاهنا في الأرض"
Dari Ali Ibn Al-Hasan bin Syaqiq, guru Imam Bukhari berkata: “Saya pernah bertanya kepada Abdullah bin Mubarak bagaimana kita mengetahui Tuhan kita?” Katanya: “DI LANGIT KE TUJUH DI ATAS ARASY-NYA”
Dalam lafaz lain: “Di atas langit ke tujuh di atas ‘ArasyNya dan kita tidak mengatakan sebagaimana yang dikatakan Jahmiyyah bahawasanya Allah di sini, di bumi.”
Ali juga berkata: “Saya pernah bertanya kepada Abdullah bin Mubarak rohimahulloh: “Bagaimana sepatutnya kita mengenali Robb kita?” Dia menjawab: “Di atas langit ketujuh, di atas Arasy-Nya, dan kita tidak mengatakan sebagaimana orang Jahmiyyah yang berkata bahawa Allah ada di bumi ini.”
Imam Bukhari mengeluarkan riwayat ini dalam Khalqu Af’al Al-Ibad (8), Ad-Darimi dalam Raddu Ala Al-Marisi (103) dan juga dalam Ar-Raddu Ala Al-Jahmiyyah (50), Abdullah bin Ahmad dalam As-Sunnah no: 22 & no: 216, Ibn Batthah dalam Al-Ibanah no: 112, Ibn Mandah dalam At-Tauhid no: 899, Ash-Shobuni dalam Aqidah As-Salaf no: 28, Al-Baihaqi dalam Asma’ Wa Al-Sifat no: 903, Ibn Abdil Barr dalam At-Tamhid (7/142), Ibn Qudamah dalam Itsbat Shifat Al-Uluw, 99 & 100.
Akhukum Fillah
Dzulkifli Baqir Al-Farizi Husyain Al-Atsary
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.